Laporan Wartawan Tribunpalu.com, Ismet
TRIBUNPALU.COM, MOROWALI – Polres Morowali menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah di Masjid Darul Muttaqin, Senin (8/9/2025) pagi.
Kegiatan yang mengusung tema “Meneladani Akhlak Rasulullah SAW, Kita Wujudkan Polri Presisi Guna Mendukung Asta Cita” itu dihadiri Kapolres Morowali AKBP Zulkarnain, para pejabat utama (PJU) Polres Morowali, personel, Ketua Bhayangkari Cabang Morowali Ny Ayu Zulkarnain, serta pengurus Bhayangkari.
Penceramah, Ustadz Maulana Irfan Hadadi dalam tausiyahnya menekankan pentingnya meneladani sifat Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. “Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang tegas sekaligus lembut.
Melalui momentum Maulid Nabi ini, mari kita teladani akhlak beliau dalam menjalankan tugas sebagai anggota Polri yang menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat,” ujarnya.
Kapolres Morowali AKBP Zulkarnain menyampaikan, peringatan Maulid Nabi diharapkan mampu menumbuhkan perubahan akhlak di lingkungan Polres Morowali.
“Nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial harus menjadi pedoman dalam pengabdian kita kepada bangsa dan negara,” kata Kapolres.
Acara berlangsung khidmat dan ditutup dengan doa bersama.
Sejarah Singkat Perayaan Maulid Nabi
Ada beberapa versi mengenai awal mula perayaan ini:
Dinasti Fatimiyah (Abad ke-10): Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir.
Namun, perayaan saat itu masih bersifat terbatas dan hanya dilakukan oleh kalangan tertentu.
Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (Abad ke-12): Versi yang paling populer dan diterima luas adalah perayaan Maulid Nabi secara besar-besaran diresmikan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi.
Tujuannya sangat strategis, yaitu untuk membangkitkan semangat jihad kaum Muslimin dalam menghadapi Perang Salib dan mempersatukan umat Islam yang saat itu terpecah-belah.
Raja Mudhaffar di Irbil (Abad ke-13): Versi lain menyebutkan bahwa perayaan Maulid pertama kali dilakukan oleh Raja Mudhaffar Abu Said Kukuburi di Irbil, Irak.
Raja ini dikenal sangat dermawan dan menghormati ulama, sehingga perayaan yang dilakukannya meriah dengan jamuan makan besar dan pembacaan syair-syair pujian untuk Nabi.
Terlepas dari perdebatan mengenai siapa yang pertama kali memulainya, tujuan utama perayaan ini adalah sebagai wujud kecintaan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, serta untuk meneladani sifat-sifat mulianya.(*)