Angkatan Laut PLA mampu melakukan kombinasi apa pun untuk memaksimalkan efek serangan mereka.

Beijing (ANTARA) - Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army atau PLA) China dalam parade militer peringatan 80 tahun kemenangan Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang pada 3 September 2025 lalu, menerbangkan jet tempur siluman pertamanya berseri J-35.

J-35 dirancang untuk ditempatkan di kapal induk. Pesawat tempur ini dapat diluncurkan dengan dua cara: menggunakan sistem ski-jump (landasan lompat tradisional) yang digunakan oleh kapal induk China CNS Liaoning dan CNS Shandong, maupun menggunakan sistem ketapel elektromagnetik canggih dari kapal induk terbaru, CNS Fujian, yang sekarang sedang dalam tahap uji coba terakhir.

Sistem ketapel elektromagnetik ini adalah sistem peluncuran canggih yang mendorong pesawat dengan tenaga listrik sehingga bisa lepas landas lebih cepat dan membawa muatan lebih berat.

Pesawat ini memiliki desain siluman, diproduksi dengan teknik manufaktur termutakhir, serta dilengkapi radar dan sensor canggih kelas dunia. Kemampuannya diperkuat dengan beragam pilihan persenjataan yang komprehensif untuk berbagai misi operasional.

Selain jet tempur, Angkatan Laut PLA juga melakukan debut atas pesawat peringatan dini dan kendali KJ-600.

KJ-600 dikembangkan para perancang pesawat di AVIC dan peneliti radar dari China Electronics Technology Group Corp, salah satu pemasok elektronik pertahanan terbesar dunia. Pesawat ini adalah pesawat peringatan dini dan kendali keempat Angkatan Laut yang memiliki sayap tetap, sekaligus yang terbesar, terberat, dan paling canggih yang pernah digunakan di kapal induk China.

KJ-600 berfungsi sebagai "mata dan telinga" Angkatan Laut PLA di langit. Ia terbang tinggi di sekitar kapal induk untuk memantau dan mendeteksi ancaman (seperti pesawat atau rudal musuh) dari jarak sangat jauh, dan mengoordinasikan pertempuran. Karena ukuran dan kemampuannya yang unggul, KJ-600 sangat penting untuk memperkuat pertahanan armada kapal induk.

Pesawat ini diperkirakan akan digunakan di kapal induk CNS Fujian setelah kapal itu menyelesaikan uji coba dan mulai beroperasi dalam beberapa bulan mendatang.

KJ-600 menggunakan dua mesin turboprop, punya sayap yang dipasang tinggi, ekor berbentuk empat sirip, roda tiga, serta kubah besar di atasnya yang disebut rotodome yang menjadi rumah bagi radar canggihnya.

Bentuk ekor dengan empat sirip ini membuat pesawat lebih aman dan stabil saat lepas landas maupun mendarat di kapal induk. Desainnya juga sesuai dengan ruang terbatas di dalam hanggar kapal.

Dengan memiliki KJ-600, kapal induk PLA diharapkan dapat melakukan pelacakan jauh dari pantai untuk mengintai sekaligus menyerang.

Angkatan Laut PLA juga menampilkan berbagai pesawat nirawak besar yang dapat diangkut kapal. Drone itu diperkirakan akan diterjunkan di kapal serbu amfibi untuk misi pengawasan, pengintaian dan penyerangan jarak jauh.

Dalam parade juga diperkenalkan sebuah helikopter nirawak pertama buatan China yang dirancang khusus untuk operasi di kapal. Drone ini punya multi-fungsi, antara lain untuk misi pengawasan, pengintaian, meneruskan komunikasi, hingga tugas anti-kapal selam.

Helikopter nirawak dalam parade militer peringatan 80 tahun kemenangan Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang pada Rabu (3/9/2025) di Beijing. (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Drone siluman ini dapat digunakan untuk misi pengawasan, pengintaian, dan penyerangan jarak jauh.

Platform angkatan laut nirawak lain yang ditampilkan dalam parade tersebut adalah pesawat rotorcraft tanpa pilot pertama yang dikembangkan oleh Tiongkok untuk penggunaan kapal. Pesawat ini cocok untuk tugas pengawasan, pengintaian, relai komunikasi, dan kontra-kapal selam.

Angkatan Laut PLA juga memamerkan JL-3 yang merupakan tipe terbaru rudal balistik antarbenua yang diluncurkan dari kapal selam milik Angkatan Laut PLA dan memiliki akurasi serang yang setara dengan rudal strategis berbasis laut terbaik di dunia.

JL dalam nama rudal berbasis kapal selam merupakan singkatan dari julang, atau "Gelombang Besar"

Persenjataan baru ini merupakan inti dari upaya Angkatan Laut PLA untuk mengejar ketertinggalan dari kekuatan laut global di arena pencegahan nuklir dan memperkuat kemampuan serangan nuklir kedua.

Rudal balistik jarak jauh JL-3 dapat diluncurkan dari mana pun kapal induknya yaitu kapal selam bertenaga nuklir kemudian dapat berlayar, dan memiliki jangkauan serang yang jauh lebih jauh daripada pendahulunya.

JL-3 sulit dideteksi dan dilacak, serta dapat digunakan dalam waktu singkat, sekaligus dapat mewujudkan tujuan pencegahan dan serangan balik nuklir berbasis laut negara tersebut.

Rudal JL-3 adalah bagian dari keluarga triad nuklir PLA, sebuah sistem pencegahan nuklir yang andal dengan kemampuan pembalasan nuklir berbasis darat, laut, dan udara dengan kata sandi YJ, DF dan JL.

rudal balistik antarbenua yang diluncurkan dari kapal selam dalam parade militer peringatan 80 tahun kemenangan Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang pada Rabu (3/9/2025) di Beijing. (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Setiap sebutan rudal memiliki arti khusus dalam bahasa Mandarin: YJ adalah singkatan dari yingji, atau "Serangan Elang"; DF adalah singkatan umum untuk dongfeng, atau "Angin Timur"; JL dalam nama rudal berbasis kapal selam merupakan singkatan dari julang, atau "Gelombang Besar"; dan JL yang diluncurkan dari udara adalah singkatan dari jinglei, atau "Petir yang Mengejutkan". Di antara mereka, JL-1, JL-3, DF-26D, DF-31BJ, DF-61, dan DF-5C telah dirahasiakan sebelum acara parade militer.

Dengan semua opsi rudal tersebut, Angkatan Laut PLA mampu melakukan kombinasi apa pun untuk memaksimalkan efek serangan mereka. Kombinasi ini memberi opsi serangan terkuat yang belum pernah dimiliki negara lain.