Dulu zaman penjajahan yang dibutuhkan hanya keberanian, sekarang adalah peradaban digital. Sudah Artificial Intelligence (AI)
Kabupaten Pohuwato (ANTARA) - Dinas Kominfo dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi Gorontalo menggandeng Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Gorontalo untuk melakukan edukasi tentang literasi media di SMA Negeri 1 Marisa di Kabupaten Pohuwato, Rabu.
Ketua KPID Gorontalo Safrin Saifi menjelaskan, kegiatan kolaborasi tersebut diharapkan bisa meningkatkan pemahaman literasi digital dan literasi media di kalangan siswa. Dua aspek penting di era keterbukaan informasi.
"Digitalisasi hari ini bukan hanya tren tapi juga sebagai kebutuhan dasar. Dulu zaman penjajahan yang dibutuhkan hanya keberanian, sekarang adalah peradaban digital. Sudah Artificial Intelligence, sudah," ucap Safrin.
Ia menjelaskan, kegiatan Remaja Cakap (Recak) Digital tersebut bertujuan untuk mengawal para pelajar untuk memanfaatkan ruang digital.
"Kalau kita salah mendidik adik adik memanfaatkan alat digital ini, maka hanya akan melahirkan generasi yang menghancurkan peradaban," ujar Safrin.
Menurut dia, dunia penyiaran sedang mengalami tantangan yang pesat. Kecenderungan orang menonton televisi konvensional sudah beralih ke ruang ruang digital atau media sosial. Pelaku penyiaran tidak saja dari media televisi dan radio arus utama, tapi bisa dilakukan oleh siapa saja.
Di sisi lain, regulasi tentang penyiaran belum mengatur terkait standar dan etika penyiaran. Ruang digital dipenuhi dengan berita bohong, ujaran kebencian dan hasutan.
"Akibatnya apa?, Dengan media sosial orang sesuka hati melakukan siaran pornografi, siaran langsung demo yang cenderung menghasut dan memprovokasi orang lain. Tidak heran saat demo dua pekan lalu, pemerintah terpaksa harus membatasi siaran langsung di Tik Tok," imbuhnya.
Kepala Sekolah SMA 1 Marisa Zikrun Punuh menyambut baik pelaksanaan Recak Digital di sekolahnya. Ia menilai kegiatan ini sangat penting sebagai bekal bagi murid.
"Kegiatan ini akan menambah pengetahuan dan pemahaman kami di sekolah. Sebetulnya kalau ada tempat yang memadai, harusnya semua siswa bisa hadir tapi karena fasilitas mengumpul siswa masih minim kita hanya mengirim perwakilan kelas," ujarnya.