Ramallah, Palestina/Istanbul (ANTARA) - Pasukan Israel telah menahan lebih dari 1.000 warga Palestina di Kota Tulkarim, Tepi Barat bagian utara, memasuki hari kedua operasi besar kelompok Zionis tersebut, demikian menurut pejabat setempat.

Tentara Israel menutup akses utama ke kota, menggerebek rumah, toko, dan kafe, serta memaksa para pemuda berbaris untuk interogasi lapangan.

Saksi mata mengatakan tentara merusak properti, menyita rekaman kamera pengawas, dan membawa alat berat termasuk buldoser ke pusat kota.

Gubernur Tulkarim, Abdullah Kamil, Jumat (12/9) menyebut operasi tersebut sebagai bentuk “hukuman kolektif” dan menyeru komunitas internasional serta kelompok hak asasi manusia untuk turun tangan, sambil memperingatkan dampak kemanusiaan yang serius.

Media Israel melaporkan, tindakan represif itu dilakukan setelah sebuah bom pinggir jalan menghantam kendaraan lapis baja Panther di dekat pos pemeriksaan Nitzanei Oz, Kamis (11/9), yang menyebabkan dua tentara terluka ringan.

Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, bersama Brigade Al-Quds dari Jihad Islam, mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut dengan mengatakan bahwa mereka meledakkan bahan peledak besar yang ditujukan kepada pasukan Israel di dekat pos pemeriksaan.

Tulkarim kini menjadi titik panas dalam kampanye militer Israel yang telah berlangsung berbulan-bulan di Tepi Barat utara, dengan penggerebekan hampir setiap hari yang semakin meningkat sejak pecahnya perang di Gaza.

Sejak dimulainya perang genosida Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023, sedikitnya 1.020 warga Palestina tewas dan lebih dari 7.000 lainnya terluka di Tepi Barat akibat serangan pasukan Israel dan pemukim ilegal, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Dalam pendapat penting pada Juli lalu, Mahkamah Internasional menyatakan bahwa pendudukan Israel atas wilayah Palestina adalah ilegal.

Pengadilan tersebut menuntut evakuasi seluruh permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Sumber: Anadolu