SURYA.co.id | SURABAYA – Program Diplomat Success Challenge (DSC) Wismilak Foundation telah memasuki tahun ke-16 penyelenggaraannya.
Sebagai program kompetisi dan inkubasi kewirausahaan terbesar di Indonesia, DSC juga memiliki tujuan menjadi ruang yang aman bagi para entrepreneur dalam ekosistemnya untuk berdampak melalui DEN (Diplomat Entrepreneur Network).
Ada tiga pelaku usaha asal Jawa Timur (Jatim), menunjukkan bagaimana DSC memiliki peran bagi mereka dalam membangun bisnis dengan nilai otentik, berkelanjutan, sekaligus adaptif terhadap tren.
Pertama adalah Avara Custom, Finalis DSC Season 9 di tahun 2018, Alvon Yulius kini bertumbuh bersama Avara Custom, sebuah manufaktur Custom dan Universal In Ear Monitor (IEM) yang merupakan perangkat earphone yang dicetak 100 persen sesuai telinga pemakainya.
Alvon membangun Avara Custom karena melihat permasalahan di mana saat itu belum ada Custom IEM yang diproduksi anak bangsa.
“IEM merupakan perangkat wajib yang dipakai oleh musisi profesional serta mereka yang memiliki standar tinggi dalam bidang audio. Dulu Custom IEM harus impor dari Amerika Serikat, Jepang atau Eropa. Jadi, harganya mahal dan juga lama mendatangkannya”, ujar Alvon, saat menerima kunjungan media dan tim DSC, Kamis (11/9/2025) di workshop nya yang berada di kawasan Purimas, Rungkut, Surabaya.
Selain menjadi finalis DSC 2018, Avara Custom juga menorehkan prestasi sebagai finalis Good Design Indonesia 2020 dari Kementerian Perdagangan, finalis Indonesia Good Design Selection 2020 dari Kementerian Perindustrian, dan merupakan representatif Indonesia dalam NAMM Show 2023 di Amerika Serikat.
Saat ini, Avara Custom merupakan produsen CIEM/IEM Universal dengan harga paling terjangkau dengan waktu produksi yang cepat karena mengkombinasikan teknologi SLAprint pada printer 3D yang dapat memindai dan menangkap setiap detail bentuk telinga secara akurat tanpa kehilangan resolusi atau detail mikro.
Dari sisi desain, Avara juga tengah mengembangkan inovasi material produk berkelanjutan.
Salah satunya dengan memanfaatkan limbah kayu jati pecahan untuk dijadikan bahan baku CIEM.
Limbah kayu jati ini dipahat menggunakan tangan untuk mendapatkan bentuk yang 100 persen sama dengan bentuk telinga pemakainya.
Inovasi ini diharapkan dapat menambah nilai produk-produk Avara, terutama saat bersaing dengan produk dari mancanegara.
Kedua, YORRI Eatery, dessert sehat yang menjangkau semua orang.
Foundernya,Yessie Natasia, menjadi finalis DSC 2022, memperkenalkan dessert rendah kalori, bebas gluten, dan berbahan plant-based melalui YORRI Eatery.
Dibangun tahun 2021, saat itu Yessie dan adiknya yang adalah seorang vegan dan vegetarian merasa kerap kesulitan mencari makanan dan minuman berbahan nabati sehingga harus membuatnya sendiri.
"Hal inilah yang menjadi cikal bakal YORRI Eatery," ujar Yessie, saat ditemui di kawasan Amesta Living, Gunung Anyar, Surabaya.
Tidak sekadar latah mengikuti tren healthy lifestyle, YORRI juga menekankan pada rasa dan pengalaman menikmati hidangan penutup atau kudapan yang tetap nikmat sekaligus aman untuk berbagai preferensi diet.
Inovasi ini membuka jalan baru bagi industri kuliner sehat, sekaligus membuktikan bahwa bisnis mindful eating bisa kompetitif di pasar yang lebih luas.
“Tren mengonsumsi makanan sehat yang secara masif menjamur sejak era pandemi membuat YORRI menjadi salah satu pemain plant-based dessert & kudapan sehat yang diperhitungkan di daerah Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Setelah menjadi finalis DSC, misi kami menjadi lebih tajam, yaitu bagaimana membuat healthy dessert dapat diakses lebih banyak orang. Bukan hanya soal harga yang lebih terjangkau, tapi juga dengan menambah varian produk dengan ragam bahan pangan lokal serta pengolahan yang bebas pengawet, pemanis buatan, pewarna makanan, atau bahan non-alami lainnya”, ungkap Yessie.
Dia juga mengungkapkan bahwa peran mentor selama mengikuti DSC sangat membantu mengarahkan perjalanan bisnisnya.
Ia semakin konsisten mengikuti berbagai offline activation, merencanakan pembukaan offline outlet, serta aktif berkolaborasi dengan berbagai brand, baik lokal maupun nasional.
Semangat ini membuat arah pengembangan YORRI semakin jelas.
Bagi Yessie, keberlanjutan bukan hanya soal produk sehat atau kemasan ramah lingkungan, tetapi juga bagaimana membangun manajemen yang solid dan pengembangan bisnis yang berkesinambungan.
Saat ini, YORRI tengah mempersiapkan central kitchen dan humble bake shop untuk memperkuat fondasi perusahaan.
Selain itu, YORRI juga menjalin kerja sama dengan sejumlah rumah sakit di Surabaya sebagai bagian dari strategi B2B untuk memperluas jangkauan dan dampak bisnisnya.
Pelaku usaha ketiga, adalah Robries, mengubah sampah plastik menjadi material desain berkelas dunia.
Founder & CEO Robries, Syukriatun Niamah, yang memproduksi furnitur inovatif dari sampah plastik, merupakan finalis DSC Season 15 tahun 2024.
Dengan sentuhan green business mindset, Robries lahir dari keresahan akan masalah sampah plastik di Indonesia.
"Robries mengolah limbah plastik menjadi material terbarukan berupa Robries Polymer Sheet (RPS), yang kemudian dapat digunakan menjadi material interior, arsitektural, maupun dikreasikan menjadi furnitur yang dirancang modern dan fungsional," cerita Niam, saat ditemui di kawasan pergudangan Sinar Gedangan, Sidoarjo.
Setiap produk Robries tidak hanya estetis, tetapi juga membawa pesan keberlanjutan.
"Bagaimana sisa plastik bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan tetap mempertahankan kualitas terbaik," terang alumni DKV, ITS tersebut.
Brand ini kini menjadi representasi nyata dari circular economy, memperlihatkan bahwa bisnis bisa berkembang tanpa meninggalkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
“Berbekal ilmu desain produk saat kuliah, dan di saat yang sama saya melihat pengolahan sampah di Indonesia belum memadai sehingga limbah sampah menjadi masalah bagi masyarakat. Di sisi lain, saya dan tim juga terpacu untuk menghadirkan produk daur ulang yang bisa membawa pengaruh baik di tengah masyarakat. Bukan hanya bangga memakai produk daur ulang, tapi juga bisa mengubah perilaku konsumen dalam mengolah sampah," papar Niam yang mengaku asli dari Jember tersebut.
Hingga saat ini, Robries telah memproduksi lebih dari 27.000 produk yang dibuat dari 198 ton lebih sampah plastik.
Dalam lima tahun terakhir, Robries telah bekerja sama dengan 1.000 klien lebih yang tidak hanya di dalam negeri tetapi juga meluas ke mancanegara dengan beberapa distributor di Singapura, potensi kemitraan di Taiwan, Filipina, dan Australia, serta menambah distribusi resmi di Malaysia dan Uni Eropa di tahun ini.
Pencapaian yang ditorehkan oleh para alumninya merupakan kebangaan tersendiri bagi ekosistem DSC yang sudah berdiri selama 16 tahun di Indonesia.
“Kebangaan DSC akan alumni kami tidak serta merta hanya karena mereka membangun bisnis yang sukses, namun mereka juga meninggalkan legacy melalui kolaborasi kreatif dan inovatif. Ini bukti nyata bahwa DSC memupuk mindset kewirausahaan yang kuat, adaptif, dan berdampak”, ungkap Anastesya Ftraya, perwakilan Wismilak Foundation selaku inisiator program DSC.
Sebagai program kompetisi, inkubasi, dan ekosistem kewirausahaan terbesar di Indonesia, tahun ini, DSC Season 16 hadir kembali dengan semangat baru: 'Wujud Sinergi Kolaborasi'.
Pendaftaran DSC Season 16 telah dibuka, dan siap menawarkan hibah modal usaha dengan total 2,5 miliar Rupiah.
DSC Season 16 terbuka bagi seluruh wirausaha Indonesia yang siap membangun dampak nyata dan berkolaborasi untuk warisan masa depan Indonesia.