Kasus Campak Melonjak di Jember, Gejala Disertai Diare Hingga Nyeri Sendi
Ndaru Wijayanto September 13, 2025 11:30 PM

Poin penting:

  • Hingga minggu ke-37 tahun 2025, terdapat 45 kasus positif campak di Jember dari 178 laporan suspek, mayoritas menyerang anak usia 0–9 tahun.
  • Sebagian besar pasien dirawat jalan di puskesmas, dengan gejala tambahan seperti diare, nyeri sendi, mual muntah, dan tanpa komplikasi.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Jumlah kasus campak di Kabupaten Jember, Jawa Timur terus meningkat. Hingga Minggu ke-37 tahun ada 45 pasien yang positif.

Kepala bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember dr Rita Wahyuningsih menyebutkan, jumlah tersebut dari 178 laporan dari dugaan gejala campak.

"Setelah dilakukan pemeriksaan, yang positif campak 45 orang per 10 September 2025. Untuk kasus baru pada minggu epidemiologi (pelaporan penyakit menular) ke 37," Sabtu (13/9/2025).

Menurutnya, penyintas campak tersebut rata-rata anak-anak dengan rentang usia 0-9 tahun. Kasus ini tersebar di Kecamatan Puger, Sumbersari, Mayang, Puskesmas, dan Umbulsari.

"Mayoritas pasien mendapatkan penanganan dengan rawat jalan di puskesmas," tutur Rita.

Berdasarkan 178 suspek campak, Rita mengungkapkan 14 persen kasus disetai diare, 10,6 persen penyintas mengalami nyeri sendi.

"6,1 persen disertai mual dan muntah, sementara 49 persen sisanya tak ada komplikasi," ungkapnya.

Rita menjelaskan pasien yang tidak mengalami komplikasi, kondisinya mulai membaik dalam 7 sampai 10 hari masa perawatan sejak munculnya ruam dan batuk.

"Sedangkan yang disertai komplikasi bisa memerlukan perawatan lebih lama. Mayoritas pasien sembuh setelah perawatan suportif seperti istirahat, cairan, pengendalian demam," katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan belum ada obat anti virus secara pasti yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Sebab pengobatan selama ini dilakukan mengunakan vitamin kekebalan tubuh.

"Penyembuhannya harus melalui perawatan suportif cek hidrasi, antipiretik sesuai usia, oksigen bila ada pneumonia, serta pemberian vitamin A bila diperlukan," paparnya.

Sementara peningkatan kasus campak di Jember. Rita mengatakan hal itu karena cakupan imunisasi masih cukup rendah, serta tidak adanya kekebalan kelompok.

"Banyak anak tanpa kekebalan, penumpukan orang di ruang tertutup, imunitas menurun dan gangguan layanan imunisasi," urainya.

Mengingat campak berasal dari virus morbillivirus yang mudah menyebar lewat batuk atau bersin penyintas. Kata dia, hal itu membuat penyakit ini mudah menular.

"Orang yang kontak erat dengan penderita campak akan sangat mudah terpapar virus. Ditambah lagi ada celah kekebalan populasi yang rendah," tuturnya

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.