Bayi orang utan ini merupakan temuan warga yang kemudian diserahkan ke BKSDA

Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah kembali menerima satu individu orang utan dari warga yang menemukan satwa tersebut saat membangun pondok di kebun.

“Pada Minggu (14/9), kami melakukan serah terima satu individu orang utan berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia empat bulan, bayi orang utan ini merupakan temuan warga yang kemudian diserahkan ke BKSDA,” kata Komandan BKSDA Resort Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.

Serah terima satwa liar yang dilindungi Undang-Undang tersebut dilaksanakan di Desa Ramban, Kecamatan Mentaya Hilir Utara. Tepatnya, di rumah warga yang mengaku menemukan satwa tersebut.

Ia menjelaskan berdasarkan keterangan warga yang bernama Muhammad Hadrianur, bayi orang utan itu ditemukan pada Kamis (11/9) saat yang bersangkutan sedang membangun pondok di kebun yang berada di belakang desa.

Ketika itu, Hadrianur mendengar suara tangisan dan berinisiatif mencari sumber suara dan kemudian mendapati bayi orang utan di tepian air tabukan atau galian.

Hadrianur sempat melihat kondisi sekitar dan tidak melihat induk orang utan, sehingga karena kasihan dan khawatir meninggalkan bayi orang utan itu sendiri ia pun membawanya ke desa untuk dirawat sementara.

Mengetahui orang utan termasuk satwa liar yang dilindungi Undang-Undang dan tidak boleh dipelihara, Hadrianur kemudian menghubungi BKSDA untuk melaporkan penemuan tersebut dan bermaksud untuk menyerahkan bayi orang utan itu.

“Saat diserahkan ke kami kondisi badan bayi orang utan itu nampak kurus, saat ini sementara dirawat di Pos Sampit dan sesuai arahan pimpinan Senin ini juga kawan-kawan dari SKW KSDA Wilayah II Pangkalan Bun dan OF UK akan datang menjemput bayi orang utan itu,” lanjutnya.

Ia menambahkan secara alami induk orang utan tidak akan meninggalkan anaknya dalam kondisi apapun, sehingga penemuan bayi orang utan kali ini tergolong tidak biasa.

Bahkan biasanya saat dilakukan evakuasi orang utan dan sang induk ditembak bius insting untuk melindungi anaknya dengan cara mengarahkan punggung kepada penembak, sedangkan anaknya disembunyikan di dada.

“Jadi kalau anaknya sengaja ditinggalkan atau dibuang itu tidak mungkin. Kami menduga bayi orang utan itu terpisah dari induknya karena beberapa kemungkinan, seperti induknya mati karena sakit, terbunuh atau faktor lainnya,” kata Muriansyah.