Changchun (ANTARA) - Berkat akses ke teknologi pemuliaan tanaman yang berkembang pesat, perusahaan-perusahaan bioteknologi China tertarik untuk membudidayakan galur (strain) baru kedelai berkualitas tinggi guna memenuhi besarnya permintaan pasar di negara tersebut.

Hal itu diungkap sejumlah sumber Xinhua seusai pertemuan nasional yang digelar di China baru-baru ini.

Sejumlah varietas kedelai yang baru dikembangkan memiliki kandungan minyak tinggi serta hasil panen tinggi. Varietas-varietas tersebut dipamerkan dalam pertemuan yang diadakan pada Jumat (12/9) di Provinsi Jilin, China timur laut. Pertemuan itu berfokus pada pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) utama nasional dalam pemuliaan bioteknologi pertanian.

Semua galur baru yang ditampilkan dalam pertemuan di Jilin itu memiliki kandungan minyak di atas 22 persen dan hasil panen 8 persen lebih tinggi dibandingkan galur yang saat ini ditanam.

Dengan dukungan dari sebuah program nasional yang bertujuan mendorong pemuliaan bioteknologi pertanian, institusi-institusi penelitian dan perusahaan-perusahaan benih ikut berupaya menerapkan teknologi mutakhir dalam pemuliaan kedelai, misalnya polimerisasi poligen dan seleksi penanda molekuler.

Dalam pertemuan tersebut, Beijing Dabeinong Biotechnology Co., Ltd. mempresentasikan varietas baru dari perusahaan itu yang diberi nama Maiyu 511, yang terbukti cocok untuk ditanam saat musim semi di wilayah utara China dan memiliki kandungan minyak 23,69 persen, melebihi rata-rata kandungan minyak kedelai impor.

Shao Liangliang, seorang petani biji-bijian di wilayah Lishu, Provinsi Jilin, merupakan salah satu petani yang mencoba menanam galur baru tersebut tahun ini. Dia menanam benih kedelai Maiyu 511 di ladang seluas 3,6 hektare, dan saat ini, tanamannya sudah hampir siap untuk dipanen.

"Varietas baru ini menghemat hampir 100 yuan (1 yuan = Rp2.301) per hektare untuk biaya tanam. Hasil panennya akan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Saya akan memperluas area penanaman benih ini tahun depan," ujar Shao.

Sejak 2015, volume impor kedelai tahunan China melampaui 80 juta ton, karena pasokan kedelai dalam negerinya tidak mampu memenuhi permintaan pasar domestik, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pengembangbiakan varietas kedelai yang memiliki kandungan minyak tinggi.