Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai Indonesia butuh menyempurnakan sistem informasi potensi hujan menjadi lebih spesifik melaporkan potensi bencana seperti banjir dan sejenisnya termasuk sebaran kawasan yang terancam, tidak sekadar peringatan dini cuaca harian.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, mengatakan bahwa keperluan tersebut menjadi salah satu hasil evaluasi menyusul bencana banjir bandang yang melanda Bali, pada awal September lalu, karena informasi prakiraan cuaca atau peringatan dini hujan deras tidak spesifik bisa diartikan peringatan dini bencana.
"Informasi cuaca yang ada saat ini belum sepenuhnya dapat diterjemahkan menjadi peringatan bahaya di tingkat masyarakat. Yang disampaikan baru intensitas hujan, padahal masyarakat dan petugas di lapangan butuh informasi bahaya yang lebih spesifik, seperti potensi banjir, longsor, atau banjir bandang,” kata dia, dalam konferensi daring “Disaster Briefing” yang diikuti dari Jakarta, Senin malam.
Menurut dia, peringatan dini seharusnya berbasis real time dan terus diperbaharui sejak pertama diterbitkan, misalnya dengan menginformasikan curah hujan aktual yang sudah melampaui ambang batas ekstrem.
“Dalam peristiwa banjir Bali, tanggal 10 kemarin, kalau threshold hujan ekstrem 150 milimeter sudah terlewati, maka petugas harus segera bergerak melakukan evakuasi dan patroli di sungai,” katanya.
Sistem pemantauan di Pintu Air Katulampa, Bogor Jawa Barat, yang bisa berubah menjadi peringatan dini banjir di wilayah Jakarta adalah salah satu contoh yang dinilai dapat direplikasi karena sudah terbukti efektif.
Sistem serupa bisa dikembangkan di Bali, terutama di daerah aliran sungai (DAS) Ayung yang mengaliri daerah Badung, Jembrana, Buleleng, Karangasem, Gianyar, Bangli, dan Denpasar.
Ketujuh daerah itu merupakan kawasan paling terdampak banjir akibat aliran sungai Ayung tak mampu membendung tingginya intensitas hujan pada 10 September lalu yang lebih dari 300 milimeter.
BNPB melaporkan informasi yang mereka terima saat ini sudah ada 18 orang meninggal dunia yang ditemukan, dan masih ada sebanyak149 orang warga mengungsi, berikut sejumlah dampak kerusakan bangunan rumah-infrastruktur akibat banjir bandang tersebut.
"Pembenahan peringatan dini penting, jadi perhatian, agar masyarakat tidak lagi terkejut menghadapi bencana. Kita harus geser peringatan dari sekadar fenomena cuaca ke informasi bahaya yang bisa ditindaklanjuti,” ujarnya.
Untuk itu, BNPB mendorong agar kementerian / lembaga termasuk juga organisasi perangkat daerah terkait untuk memperkuat sistem peringatan dini cuaca berbasis dampak sebagai dasar yang memperkuat rencana aksi tanggap darurat bencana.