Industri Tahu Jombang Hasilkan 1,76 Juta Liter Limbah Sehari, Pemda Bangun IPAL Komunal di Jogoroto
Deddy Humana September 17, 2025 02:32 AM

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI bersama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melaksanakan kunjungan kerja di Sentra UMKM Tahu, Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Selasa (16/9/2025). 

Kegiatan tersebut ditandai dengan penanaman pohon secara simbolis dan peletakkan batu pertama pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.

Rombongan tiba di lokasi sekitar pukul 09.35 WIB. Kemudian dilakukan penanaman pohon yang disusul groundbreaking pembangunan IPAL tahu pukul 09.55 WIB. 

Acara ini dihadiri Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air KLHK RI, Tulus Laksono selaku Direktur SDM, dan Penunjang Bisnis PGN, Rahmat Hutama, serta Bupati Jombang, Warsubi dan segenap Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Jombang. 

Dalam laporannya, Rahmat Hutama menegaskan komitmen PGN sebagai subholding Pertamina untuk menghadirkan energi bersih dan mendukung lingkungan hijau. 

“Melalui program CSR, kami bekerja sama dengan KLHK dan Pemkab Jombang untuk menghadirkan solusi lingkungan yang juga memperkuat ekonomi lokal,” kata Rahmat.

Program yang digagas meliputi pembangunan IPAL komunal, pemanfaatan eceng gondok dan minyak jelantah menjadi biofuel, serta pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Seluruh program akan berjalan bertahap pada 2025-2026.

Bupati Jombang, Warsubi menyampaikan bahwa industri tahu telah menjadi ikon ekonomi lokal sejak tahun 1970. Saat ini ada 88 unit usaha tahu tersebar di Desa Mayangan, Sumbermulyo, dan Ngumpul, Kecamatan Jogoroto.

Namun produksi tahu juga menghasilkan limbah dalam jumlah besar, sekitar 1,76 juta liter per hari, yang berdampak pada penurunan kualitas air sungai.

“Pemkab Jombang berkomitmen menangani persoalan limbah melalui pembangunan IPAL, pemanfaatan biogas, dan langkah darurat pencemaran. Meski dihadapkan keterbatasan anggaran dan SDM, kami mendorong penguatan kelembagaan melalui koperasi perajin tahu,” ungkap Warsubi.

Direktur KLHK, Tulus Laksono, menambahkan bahwa persoalan limbah tahu telah disampaikan ke KLHK sejak 2024. 

Limbah tersebut bukan hanya merusak lingkungan, tetapi juga berpotensi menimbulkan konflik sosial. 

Apalagi sebagian besar bermuara ke Sungai Brantas, yang menjadi penopang kehidupan masyarakat Jawa Timur, mulai PDAM, PLTA, pertanian, hingga industri.

“Industri tahu di Desa Mayangan menghasilkan 1,2 juta liter limbah per hari. Ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan Sungai Brantas,” terang Tulus.

Ia menjelaskan, pembangunan IPAL dengan dukungan dana CSR PGN senilai Rp7,7 miliar ditargetkan mampu menekan volume limbah dari 1,2 juta liter per hari menjadi 995.600 liter. 

Beban pencemar yang sebelumnya 1.533 ton BOD per tahun juga diproyeksikan turun menjadi 969,44 ton BOD per tahun.

Selain itu, KLHK juga memberi atensi khusus kepada perajin tahu agar lebih hemat menggunakan air, memanfaatkan limbah untuk biogas, dan memperkuat kelembagaan paguyuban. 

“Melalui penguatan organisasi, pengelolaan limbah dapat berjalan lebih tertata dan berkelanjutan,” pungkas Tulus.

Kegiatan pembangunan IPAL komunal ini menjadi kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, BUMN, dan pelaku usaha guna menciptakan lingkungan bersih sekaligus memperkuat perekonomian berbasis UMKM di Kabupaten Jombang. ****

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.