URGENT Waduk Muara Badung! Pasca Banjir Enam Sungai di Bali Akan Dinormalisasi, Ini Kata Pak Koster!
Anak Agung Seri Kusniarti September 18, 2025 03:30 AM

TRIBUN-BALI.COM - Gubernur Bali, Wayan Koster melakukan pertemuan dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno pada Senin (15/9). Hasil dari pertemuan tersebut sebanyak enam sungai akan dilakukan normalisasi untuk mencegah bencana banjir kembali melanda. 

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali – Nusa Penida Gunawan Sunantoro menjelaskan, usulan Koster telah masuk ke Menteri Pekerjaan Umum (PU) segera ditindaklanjuti.

Namun, tidak akan dikerjakan tahun karena masih kajian dan identifikasi. Hal tersebut diungkapkan usai Rapat pansus DPRD Provinsi Bali tentang Penegakan Peraturan Daerah Terkait Tata Ruang, Perizinan, dan Aset Daerah pada, Rabu (17/9). 

Enam sungai yang akan dinormalisasi adalah Tukad Unda, Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Ayung dan Waduk Muara Badung. Gunawan mengaku yang paling urgent untuk dilakukan normalisasi sebab adanya pengerukan sedimentasi adalah di Waduk Muara Badung karena telah sangat tebal. 

“Salah satunya di waduk muara cukup tebal. Perlu dilakukan normalisasi. Terakhir kali, itu 10 tahun lalu,” ucapnya. 

Perkiraan tebal sedimentasi di waduk muara sekitar 270 ribu kubik. Biaya untuk normalisasi waduk muara menghabiskan sekitar Rp 30 miliar.

“Sedangkan yang lain kami sedang mengukur ketebalan-ketebalan dan titik-titiknya kami tidak bisa dipastikan. Khawatirnya kami sampaikan ternyata lebih dari itu,” terangnya. 

Sementara itu, Tukad Unda tidak hanya normalisasi tapi juga akan dibangun fasilitas infrastruktur pengendali banjir seperti DAM dan perbaikan tanggul-tanggul. “Untuk perlindungan ada di sana embung memang tergerus perlu perbaikan tanggul,” jelasnya. 

Menurutnya, yang paling urgent normalisasi di waduk muara, sedangkan Tukad Badung tidak terlalu signifikan.

Tukad Mati dan Ayung juga perlu ada pengangkatan dan normalisasi. Langkah normalisasi disebabkan curah hujan tinggi mencegah terjadi banjir. Katanya, kalau curah hujan normal tidak perlu adanya normalisasi sungai. 

“Sebenarnya kalau normal-normal saja tidak diperlukan tetapi karena memang kami sudah melihat curah hujan cukup tinggi diperlukan upaya-upaya khusus  untuk penanganan di sana,” jelas Gunawan. 

Lebih lanjut dijelaskan rencana penanganan sungai paling dekat bisa dilakukan tahun ini perbaiki-perbaiki tanggul jebol. Sementara rencana normalisasi kemungkinan dilakukan pada tahun depan dengan anggaran yang bertahap. 

“Kami agak kesulitan harus sekaligus. Mungkin bertahap dan ini memang jangka menengah yang tidak cukup dilakukan setahun. Mungkin bisa start tahun depan,” jelasnya. 

Disinggung soal sampah-sampah di Daerah Aliran Sungai (DAS) katanya itu adalah sampah kayu menyumbat di jembatan. Banyak juga ditemukan sampah plastik. “Ada juga sofa, kasur di sana tapi memang sampah plastik yang banyak,” jelasnya. 

Ada juga isu banjir terjadi karena keterlambatan membuka DAM? Gunawan tak ingin memberikan vonis. Ia menjawab diplomatis, pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin.

“Kami juga berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali serta kabupaten/kota harus mempunyai hal yang sama mereka punya SOP yang sudah disepakati,” bebernya. 

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung terus menggencarkan program normalisasi alur sungai di sejumlah titik rawan banjir. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi sedimentasi dan penumpukan sampah yang kerap menjadi pemicu luapan air saat musim hujan.

Sejumlah aliran sungai menjadi fokus pembersihan, di antaranya Sungai Penet, Sungai Yeh Poh, Sungai Batu Culung, dan Sungai Tukad Mati.

Penanganan sampah akibat banjir juga digencarkan, khususnya di aliran Sungai Batu Culung kawasan Baluran, Kerobokan Kaja, serta pembersihan tumpukan sampah di Sungai Sunset Road, Kuta. Aksi serupa dilakukan di halte Jimbaran, Kuta Selatan.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Badung, Anak Agung Rama Putra mengungkapkan, pihaknya mengerahkan puluhan peralatan berat untuk mempercepat proses normalisasi. Bahkan dalam hal ini pihaknya menurunkan puluhan alat berat.

“Kami menurunkan 22 alat, seperti Amphibi Excavator (Ampibi), Excavator, dan Loader, untuk memperlancar pembersihan sungai di kawasan Badung,” jelasnya, Rabu (17/9).

Rama Putra menambahkan, pembersihan telah dilakukan di alur Sungai Penet, Yeh Poh, hingga Tukad Mati. Meski tidak menghitung total volume sampah yang diangkat, seluruh material sementara dibawa ke TPA Suwung. 

“Kami fokus pada pendalaman dan pelancaran alur air. Jumlah sampah tidak kami hitung, yang terpenting aliran sungai kembali lancar,” ujarnya.

Menurutnya, normalisasi sungai menjadi langkah penting karena tidak hanya mengurangi sedimentasi, tetapi juga mencegah penumpukan sampah yang berpotensi menyumbat aliran air.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung juga menggandeng masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

“Kami mengimbau warga agar tidak membuang sampah sembarangan ke sungai. Dengan normalisasi ini, diharapkan aliran air tetap lancar sehingga air hujan tidak meluap ke jalan maupun permukiman,” tegasnya.

Lebih lanjut pihaknya berharap agar banjir tidak ada lagi di Badung. Sehingga pariwisata di Badung umumnya Bali kembali pulih. “Jadi sebagian besar banjir terjadi akibat sampah. Sehingga kita imbau agar masyarakat tidak membuang sampah ke Sungai,” kata dia. (sar/gus)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.