Klaten, Jawa Tengah (ANTARA) - Program pendampingan petani yang dijalankan melalui Bayer Juwiring Agriculture Research and Academy (JUARA) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berfokus mencetak generasi muda pertanian dengan pendekatan teknologi modern dan berbasis sains.

Head of Field Solutions Bayer South East Asia & Pakistan Kukuh Ambar Waluyo mengatakan bahwa akademi tersebut menjadi wadah pelatihan bagi petani muda untuk mengenal dan mempraktikkan teknologi pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim dan kebutuhan pasar.

“Kami mencetak petani muda melalui teknologi. Saat ini kami memiliki tujuh alat pendeteksi cuaca, dua diantaranya di Klaten, termasuk sensor hujan dan sistem pemantauan suhu, serta teknologi drone seperti phenotyping dan application drone,” katanya di Klaten, Kamis.

Menurut Kukuh, teknologi tersebut membantu petani memahami kondisi lahan, tingkat kelembaban, dan kebutuhan tanaman secara akurat, sehingga keputusan pertanian dapat diambil berdasarkan data ilmiah, bukan sekadar pengalaman.

Bayer JUARA, lanjutnya, juga menjalin kerja sama dengan sejumlah universitas terkemuka di Indonesia seperti Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam program magang dan penelitian terapan.

Mahasiswa dari berbagai kampus diberikan ruang yang besar ikut belajar langsung untuk menjembatani teori dengan praktik di lapangan, sehingga diharapkan tumbuh keingintahuan mereka pada pertanian.

"Kami ada 120 riset per tahun. Mereka juga ikut belajar menganalisis benih, tanah, cuaca, dan bagaimana mengoperasikan teknologi pertanian terkini. Begitupun sebaliknya kami juga belajar dengan ahli di sana,” ujarnya.

Pihaknya menilai pelibatan generasi muda dalam pertanian menjadi bagian penting dari upaya menjaga regenerasi petani di tengah menurunnya minat terhadap sektor pangan dan pertanian di Indonesia.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 70 persen petani Indonesia saat ini berusia di atas 40 tahun. Generasi X mendominasi dengan porsi 42,39 persen, disusul Baby Boomers sebesar 27,61 persen.

Sementara itu, partisipasi generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 masih sangat minim, hanya 2,14 persen.

“Dengan pendekatan teknologi, kami ingin menunjukkan bahwa pertanian adalah bidang masa depan yang menarik, produktif, dan bernilai ekonomi tinggi bagi anak muda,” kata Kukuh.