Taiyuan (ANTARA) - Kinoa batangan, teh soba (buckwheat), dan kue jawawut (millet), yang semuanya terbuat dari biji-bijian kasar, kini menjadi produk favorit baru di pasar konsumen makanan China.

Dahulu dianggap sebagai pelengkap sederhana untuk makanan pokok, biji-bijian kasar kini diolah menjadi produk-produk jadi yang inovatif dan kembali meraih popularitas.

Biji-bijian kasar merujuk pada jenis biji-bijian pangan selain gandum dan beras. Di China, biji-bijian ini terutama meliputi jawawut, sorgum, dan jelai (barley), di antara jenis sereal lainnya.

Meski produksi biji-bijian ini relatif rendah, nilainya terletak pada keberagaman dan kandungan nutrisinya yang tinggi. Menurut analisis pasar oleh Market Monitor, sebuah firma konsultasi China, pasar makanan biji-bijian utuh global, yang definisinya serupa dengan biji-bijian kasar, diperkirakan akan mencapai nilai 464,7 miliar yuan (1 yuan = Rp2.326) per 2027, sementara pasar di China diperkirakan akan melampaui 230 miliar yuan.

"Saya selalu menyimpan stok kinoa batangan di meja kerja saya," kata Liu Yan, seorang pekerja kantoran berusia 25 tahun yang berbasis di Taiyuan, Provinsi Shanxi, China utara, salah satu daerah penghasil biji-bijian kasar utama. "Kinoa batangan membuat saya kenyang dan membantu mengontrol asupan gula saya," tambah Liu.

Selama periode yang cukup lama, seiring dengan peningkatan standar hidup, biji-bijian olahan (refined grains) dan makanan olahan secara besar-besaran menggantikan biji-bijian kasar dalam pola makan banyak warga China. Namun demikian, kebiasaan makan seperti ini menyebabkan asupan serat makanan, vitamin, dan mineral tidak memadai, yang meningkatkan risiko penyakit kronis.

Sebuah temuan penelitian yang dipublikasikan pada 2020 dalam jurnal internasional Nutrition Reviews menunjukkan bahwa dari tahun 1982 hingga 2015, rata-rata konsumsi harian biji-bijian pada orang dewasa di China telah menurun dari 498 gram menjadi 281,1 gram. Penurunan paling signifikan terjadi pada biji-bijian kasar seperti jagung, jawawut, dan sorgum, dengan rata-rata konsumsi harian anjlok dari 92 gram menjadi 14,8 gram, turun 84 persen.

"Ketika kami masih muda, kami hanya makan biji-bijian kasar saat makanan sedang langka," kenang Yan Tiemei, seorang pensiunan berusia 62 tahun. Dia juga mengenang bagaimana biji-bijian tersebut telah berubah dari pengingat akan kemiskinan yang tidak diinginkan menjadi simbol gaya hidup trendi saat ini. "Sekarang, seiring meningkatnya kualitas hidup, orang-orang lebih fokus pada pola makan yang seimbang dari segi nutrisi. Keluarga kami sering membeli biji-bijian kasar untuk dimasak di rumah" ungkap Yan.

Di platform media sosial China, Weibo, topik tentang "biji-bijian kasar" telah dilihat sebanyak lebih dari 6,2 juta kali. Di platform perdagangan elektronik (e-commerce) besar, toko-toko yang menjual produk biji-bijian kasar berkembang pesat, dengan banyak produk terjual lebih dari 100.000 unit

Secara khusus, Pedoman Gizi China (2022) menekankan bahwa biji-bijian utuh merupakan bagian penting dari pola makanan harian, dengan anjuran konsumsi harian sebesar 50 hingga 150 gram.

"Sebagian besar orang China saat ini makan lebih banyak tetapi bergerak lebih sedikit, yang menyebabkan asupan kalori yang berlebihan," ujar Chen Shujun, profesor di Fakultas Ilmu Hayati Universitas Shanxi. "Serat makanan dalam biji-bijian kasar membantu mengatur pencernaan dan metabolisme, menurunkan kadar lipid darah, dan antioksidan yang terkandung di dalamnya dapat memperlambat penuaan, dan semua ini menjadikan makanan berbahan biji-bijian kasar semakin populer."

Meningkatnya permintaan akan biji-bijian kasar tidak hanya didorong oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan, tetapi juga oleh kemajuan teknik pengolahan dan pengembangan produk yang inovatif.

Sejak 2022, wilayah Xingxian di Shanxi telah memperdalam kerja sama dengan Akademi Ilmu Pertanian China (Chinese Academy of Agricultural Sciences) untuk bersama-sama membangun sebuah pusat nasional untuk produksi, eksperimen, dan budi daya biji-bijian kasar, sehingga mempercepat transformasi industri.

Kedua pihak telah mendirikan pusat penelitian dan pengembangan (litbang) serta pusat percontohan untuk varietas baru jawawut, buckwheat, kacang-kacangan, dan sorgum, yang telah membawa hasil signifikan selama tiga tahun terakhir.

Di sisi penjualan, produk biji-bijian kasar yang inovatif dan siap saji semakin populer di kalangan konsumen. "Di supermarket kami, kinoa batangan, onigiri beras cokelat, dan bubur jawawut instan adalah produk paling populer," ujar Zhang Li, seorang pramuniaga di sebuah supermarket di Taiyuan.

Pasar ini diperkirakan akan tumbuh. Pada 2024, China merilis Rencana Aksi Biji-bijian Utuh Nasional (2024-2035), yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai produk makanan dan bahan baku biji-bijian utuh yang sesuai dengan preferensi diet masyarakat China.

Para pakar percaya bahwa masa depan produk biji-bijian kasar di China terletak pada kemudahan dan spesialisasi.

"Dengan gaya hidup yang serbacepat dan kemajuan teknologi rantai dingin, produk makanan biji-bijian kasar siap saji akan menjadi semakin canggih," tutur Chen. Gaya hidup modern, seperti tidur larut malam dan melakukan latihan kebugaran, juga mendorong permintaan akan produk khusus seperti bubuk biji-bijian dan protein batangan kinoa.