Cerita UMKM dari Gunung Kidul-Lombok Menembus Ekspor ke China-Kanada
kumparanBISNIS October 18, 2025 02:00 PM
Dari Lombok, Pipin memulai bisnis perhiasan berbahan dasar mutiara pada 2014. Saat itu, ia belum punya modal besar. Hanya dengan semangat dan jaringan media sosial, ia membuat toko bernama Mutiara Gitbay.
Pipin memulainya sebagai dropshipper atau reseller. Selama dua tahun, wanita berusia 45 tahun itu berjualan dengan sistem titip beli. Baru setelah itu, ia bisa memiliki stok sendiri dan mulai mencari pengrajin untuk mengembangkan desain produknya.
Sejak September 2022, ia berkenalan dengan Pertamina dan mendapat pendanaan pertama. Modal Rp 200 juta yang ia dapat, dimanfaatkan membeli bahan baru dan membuat galeri mini.
“Setelah itu, omzet saya per bulan sekitar Rp 100 hingga Rp 150 juta," kata Pipin kepada kumparan saat mengikuti Trade Expo Indonesia 2025, Jumat (18/10).
Pipin menggambarkan perubahan besar setelah pendampingan. “Kalau dulu membabat hutan pakai pisau dapur, tapi dengan Pertamina masuk ke dalam bisnis saya, itu ibarat dibantu alat berat," sambungnya.
Tak cuma omzet melonjak, Pipin juga mengaku senang kini bisa membuka lapangan kerja. Dari yang awalnya tidak punya karyawan, kini ia sudah punya 10 pekerja. "Jadi ada ibu-ibu yang saya berdayakan untuk membantu merakit-merakit mutiara. Ada juga tiga pengrajin,” kata Pipin.
Sepanjang tiga tahun bermitra dengan Pertamina, Mutiara Gitbay mengikuti berbagai pelatihan, pameran, hingga program business matching. Pamerannya itu bukan hanya sekadar dalam negeri, tapi juga luar negeri.
"Produk saya sudah dibawa dengan Pertamina ke empat negara yaitu, Algeria, Washington DC, Hong Kong, dan China," lanjutnya.
Hal senada juga dirasakan Eliest. Ia membangun usaha aromaterapi bukan dari modal besar sejak 2014. Tokonya pun baru berdiri secara resmi pada 2018.
Awalnya, ia hanya ingin melanjutkan program pemberdayaan desa yang dulu digagas lewat yayasan. Tapi begitu pendanaan program berhenti, muncul dilema: bagaimana menjaga agar para petani dan penyuling binaannya tetap punya penghasilan? “Mau tidak mau kami harus bikin perusahaan yang sustain,” ujarnya.
Masalahnya, modal tak ada, Eliest kala itu masih mencicil rumah dan mobil. Sementara dua tahun pertama dihabiskan dengan kerja keras tanpa hasil berarti. “Sampai hampir tidak bisa ngasih makan anak,” katanya.
UMKM binaan Pertamina.
zoom-in-whitePerbesar
UMKM binaan Pertamina.
Titik balik datang pada 2020, saat pandemi membuat bisnis nyaris mati, ia pun mencoba mendaftar program dana kemitraan Pertamina dan diterima. Dana Rp 100 juta yang cair tahun itu membuatnya bisa memutar produksi lagi, memasarkan produk, dan menggaji pekerja.
“Saya ingat banget dalam satu tahun, dari yang tadinya minus jadi Rp 1,2 miliar. Rasanya kayak dikasih napas buatan,” katanya.
Sejak itu, DDistillers tumbuh pesat. Dari awalnya cuma bermitra dengan 10 hingga 15 petani di Brebes, kini jaringan mereka mencakup 200 titik di seluruh Indonesia, dengan 2.000 petani dan 400 penyuling aktif di Aceh, Sumatera, dan Jawa. “Sekitar 4 tahunan, sampai 200 titik ini, yang tadinya cuma 1 titik di Brebes,” ujarnya.
Riset dan pendampingan dari Pertamina juga memperkuat kapasitas bisnisnya. Eliest mengikuti UMKM Akademi, pelatihan daring, hingga pameran seperti SMEXPO dan Trade Expo Indonesia (TEI). Dari jejaring tersebut, ia menjalin kolaborasi dengan bisnis bidang lain seperti pelaku usaha kosmetik alami.
Perjuangan itu berbuah ekspor. Akhir 2020, DDistillers menembus pasar Prancis untuk pertama kali setelah berbulan-bulan berjuang mengurus sertifikat fitosanitari.
Produk mereka kini telah masuk ke 12 negara, antara lain Prancis, Singapura, Malaysia, Kamboja, Kuwait, Arab Saudi, India, Korea Selatan, Kanada, Swiss, Brasil, dan satu lagi yang baru dijajaki adalah Italia.
Setiap negara punya kebutuhan berbeda: sandalwood dan agarwood untuk Arab Saudi, Kuwait, Kamboja dan Prancis, patchouli untuk Swiss, frangipani untuk Kanada, jeruk purut untuk Singapura dan Malaysia. Sementara itu, untuk India, DDistillers mengekspor Sugandh Mantri. Untuk Korea Selatan adalah pine oil.
Tahun ini, ia sedang menegosiasikan kontrak ekspor baru ke Italia dan Prancis: 200 ton minyak helor per tahun, senilai sekitar Rp 500 ribu per kilogram. “Mereka akan trial satu ton dulu. Kalau lolos, tiap bulan bisa kirim satu 16 sampai 20 ton sehingga dalam 1 tahun sekitar 200-an,” ujarnya optimistis.
Olahan kakao produksi Java Criollo. Dok: kumparan/Amira Nada.
zoom-in-whitePerbesar
Olahan kakao produksi Java Criollo. Dok: kumparan/Amira Nada.

Kakao Gunung Kidul Menembus Jepang-Dubai

Aroma kakao dari lereng Gunung Kidul kini sampai hingga ke Jepang. Dengan modal kecil, Inge Arina dan Nepi Ariyanto membangun usaha yang diberi nama Java Criollo pada 2023.
Setahun pertama, omzetnya baru sekitar Rp 300 juta. Tahun berikutnya, 2024, Java Criollo bergabung dengan program pembinaan Pertamina.
Lewat pendampingan itu, Java Criollo semakin serius membangun kapasitas. Dari situ, kata Nepi, mulai banyak calon pembeli yang tertarik bahkan, hingga menginspeksi perkebunan dan fasilitas mereka bersama pihak Pertamina. “Setelah melalui komunikasi intensif, kita akhirnya tembus untuk pasar ekspor Jepang,” ujar Inge.
Kini, Java Criollo sudah menembus omzet USD 5 juta per tahun. Jumlah karyawan pun meningkat jadi 10 orang tetap, dengan dukungan sekitar 1.000 petani mitra di Gunung Kidul.
Selain Jepang, produk Java Criollo juga sudah dibawa oleh diaspora Indonesia ke Dubai, Belanda, Amerika Serikat, dan Denmark. Skala pengiriman berada di rata-rata 20 kilogram per koper.
Produk yang dikirim semuanya hasil hilirisasi kakao. “Mulai dari cocoa powder, cocoa butter, chocolate mix, hingga chocolate bar,” jelas Inge.
Produk UMKM binaan Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Produk UMKM binaan Pertamina

Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke TEI 2025

PT Pertamina (Persero) memboyong 45 UMKM binaan unggulan di ajang pameran dagang terbesar di Indonesia, Trade Expo Indonesia (TEI) 2025. Pertamina optimistis produk unggulan UMKM akan menembus pasar ekspor, sehingga dapat berkontribusi mendorong perekonomian nasional.
Pameran berskala internasional ini berlangsung pada 15-19 Oktober 2025 di ICE BSD Hall 7, Tangerang, Banten, dengan tema “Discover Indonesia’s Excellence: Trade Beyond Boundaries.”
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menyampaikan, keikutsertaan UMKM binaan Pertamina di TEI 2025 menjadi wujud nyata sinergi antara korporasi, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun daya saing bangsa.
“Pertamina tidak hanya hadir sebagai perusahaan energi nasional, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi rakyat. Melalui program TJSL, kami terus mendukung UMKM naik kelas dan berdaya saing global. Kami percaya, keikutsertaan 45 UMKM binaan ini bukan hanya tentang memamerkan produk, tetapi juga memperkenalkan potensi terbaik bangsa kepada dunia,” ujar Fadjar.
Sesuai dengan temanya, dalam pameran kali ini, Pertamina akan mengantarkan produk UMKM binaan unggulan untuk menembus pasar global, dengan sektor produk Craft (kerajinan, dekorasi, souvenir), Fashion ( wastra, batik, tenun, dan modest wear), Food & Beverage (makanan olahan khas daerah, komoditi olahan, dll). Partisipasi ini menjadi bukti nyata komitmen Pertamina dalam mendorong UMKM naik kelas dan memperkuat daya saing ekonomi nasional di kancah internasional.
Fadjar menjelaskan, UMKM telah melewati proses kurasi sejak April 2025. Kurasi ini berjalan melalui proses seleksi berlapis dari berbagai aspek, seperti kualitas produk, kapasitas produksi, konsistensi, legalitas usaha, kemampuan ekspor, hingga kesiapan branding dan digital marketing.
"Dengan seleksi yang komprehensif, Pertamina memastikan bahwa UMKM binaan Pertamina yang tampil di TEI adalah pelaku usaha yang telah siap bersaing di pasar global, baik dari produk maupun syarat legalitas dan sertifikasi yang diwajibkan untuk menembus pasar luar negeri," jelas Fadjar.
UMKM binaan Pertamina di Trade Expo Indonesia 2025.
zoom-in-whitePerbesar
UMKM binaan Pertamina di Trade Expo Indonesia 2025.
Selain kurasi, Pertamina telah memberikan dukungan dan pendampingan secara intensif melalui coaching clinic mencakup pelatihan pengemasan merk (branding), pengemasan produk (packaging), dan aspek penceritaan produk (storytelling). Pelatihan berlangsung pada program UMK Academy, program pembinaan Pertamina bagi UMKM.
Selain itu, pelaku UMKM dibekali pelatihan ekspor yang diselenggarakan Pertamina dengan Pusat Pelatihan dan Pengembangan Ekspor Jasa Perdagangan (PPEJP) Kementerian Perdagangan, pada Maret dan September 2025. Pembekalan tersebut menjadi bekal utama bagi UMKM saat melakukan pertemuan dagang dengan calon mitra, baik itu distributor, supplier, pembeli, serta investor.
Melalui berbagai pelatihan tersebut, UMKM telah dibekali pengetahuan ekspor mendasar mulai dari regulasi perdagangan internasional, standar kualitas produk global, penghitungan harga ekspor, serta strategi menembus pasar luar negeri.
Fadjar mengungkapkan, melalui strategi ini, Pertamina tidak hanya memperkuat posisi UMKM binaan sebagai eksportir potensial, tetapi juga membuka peluang penjualan retail dan promosi merek bagi pasar domestik dan global. "Pendekatan dua arah — ekspor dan retail — menjadi bagian penting dalam memperluas jangkauan bisnis UMKM agar berdaya saing tinggi dan berkelanjutan," ujar Fadjar.
Langkah Pertamina ini sejalan dengan semangat Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran poin ke-3, yaitu “meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur.”
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
----
Reporter: Amira Nada
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.