Tinggalkan Bank BUMN, Budi Haryanto Sukses Jual Susu Kedelai 15 Ribu Botol/Hari, Omzet Rp30 Juta
Sudarma Adi October 19, 2025 03:30 PM

Poin penting:

  • Tokoh: Budi Haryanto (35), Mantan pegawai Bank BUMN, kini Ketua Umum HIPMI Bondowoso.
  • Usaha: D-SOYMILK (Susu Kedelai).
  • Produksi & Omzet: Mencapai 15.000 botol/hari, dengan estimasi omzet harian Rp30,5 juta.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Kisah inspiratif datang dari pria bernama Budi Haryanto (35) yang meninggalkan zona nyamannya sebagai pegawai di salah satu Bank BUMN.

Ia memilih menjadi salah seorang Entrepreneur dengan  merintis usaha sebagai penjual susu kedelai di rumah orangtuanya di Desa Pejagan Kecamatan Jambesari Darus Sholah, Bondowoso, Jawa Timur, sebelum usaha itu ia bawa untuk dilanjutkan di rumah istrinya di Desa Prajekan Lor, Kecamatan Prajekan, Bondowoso, Jawa Timur.

Menghabiskan semua tabungannya hasil saat bekerja sebagai karyawan bank.

Kini, dirinya sukses menjual produk susu kedelainya yang diberi nama D-SOYMILK.

Produksinya bisa tembus 15 ribu botol dengan berbagai ukuran dan varian rasa per hari. Harga produknya, termurah 100 ml dengan Rp 2.500 dan harga tertinggi ada pada kemasan 1,5 liter dengan harga Rp 20 ribu.

Jika diestimasi degan harga termurah, Budi bisa mengantongi omzet sekitar Rp 30,5 juta dalam sekali produksi.

Untuk berada di posisi saat ini, Budi harus berjuang selama 8 tahun menjual produk dari satu pintu ke pintu lainnya.

Inspirasinya untuk membuka usaha, datang pada saat dirinya bekerja di Perbankan, karena selama bekerja di bagian kredit Perbankan, dirinya selalu bertemu dengan pengusaha atau pun pelaku UMKM.

Budi mewawancari mereka sebagai bagian dari pemeriksaan atau asessment pemberian kredit agar tidak tertipu dengan orang-orang yang berkepentingan.

"Setelah ketemu mereka, saya mikir. Ternyata, untuk finansial stabil itu harus buka usaha," ujar pria yang sekarang juga merupakan Ketua Umum HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) di Bondowoso saat di dikonfirmasi pada Sabtu (18/10/2025).

Mantap berhenti tahun 2017, setelah 3 tahun bekerja di Perbankan. Ia memutuskan membuka usaha sebagai pengusaha susu kedelai.

Namun sekali lagi, Budi tak gegabah. Sebelum memproduksi susu kedelai dan dijual. Dia masih melakukan observasi berbagai susu kedelai yang ada di pasar dan tersebar di masyarakat, dan menanyakan secara pribadi pada 100 konsumen tentang pendapatnya perihal rasa susu kedelai produk lain.

Hasilnya, 60-75 orang dari total 100 orang mengalami intoleran terhadap laktosa dan perlu susu protein nabati sebagai solusi pemenuhian terhadap kebutuhan protein dan kandungan nutrisi penting lainnya yang ada pada susu nabati.

Namun, mereka enggan mengkonsumsi susu kedelai karena aroma kedelainnya yang kuat dan bau langu.

"Baunya susu kedelai banyak bikin sebagian orang merasa pusing akibat bau langu yang sangat tidak sedap. Disitulah saya berinisiasi untuk menciptakan susu kedelai yang  nikmal, lezat, tanpa bau langu dan memiliki kandungan protein dan nutrisi penting lainnya yang butuhkan oleh tubuh. Dalam hai ini saya belajar dan melakukan eksperimen cukup lama untuk dapat menghilangkan aroma tidak sedap itu," jelas pria kelahiran 10 Juni 1990 itu.

Setelah berhasil membuat susu kedelai tanpa aroma tidak sedap yang memiliki kandungan nutrisi tinggi, Budi menjual susu nabati D-SOYMILK itu dengan cara door to door ke orang-orang yang dikenalnya, baik itu adalah teman-temannya sendiri atau pun teman-teman dari istrinya yang kebetulan lumayan banyak.

Dia menjualnya sendiri menggunakan motor, berkeliling setiap hari dari jam 08.30 – 11.30 WIB untuk memperkenalkan produknya dengan memberikan edukasi dan penjelasan secara rinci tentang keunggulan dari produknya, D-SOYMILK.

Dia menawarkan kepada semua orang mulai dari Kantor Desa sekitar, ke Sekolah-sekolah yang ada untuk dikenalkan kepada para gurunya, ke Puskesmas, Rumah sakit, hingga kantor-kantor OPD dan instansi-instansi lainnya yang ada di Bondowoso dan Situbondo.

"Jadi aku langsung ke kantor-kantor untuk menawarkan D-SOYMILK, aku mulai dengan mengedukasi tentang produk ini kepad para calon konsumen," ujarnya.

Bahan baku kedelainya kata Budi, dibeli di Bondowoso. Tak sembarangan, kedelainya merupakan kedelai dengan kategori grade A agar tetap sesuai dengan tujuan awal berdirinya usaha ini, yaitu dapat menyajikan susu nabati yang memili kandungan protein dan nutirisi penting lainnya yang sangat tinggi.

Dia memilih kedelai import karena jika menggunakan kedelai lokal saat proses produksi banyak hambatan. Salah satunya, susah menghilangkan aroma tidak sedap bagi para konsumen susu kedelai.

"Kita coba menggunakan kedelai import yang tidak kalah kandungan proteinnya dengan kategori kedelai grade A," jelasnya.

Dulunya, dia memproduksi kedelai menjadi susu nabati dalam sepekan sekali hanya 3 Kiligram kedelai, karena masih bellum banyak dikenal kualitas produknya oleh masyarakat. Dan sekaran, dalam sekali produksi setiap hari bisa mencapai kurang lebih 1,5 kwintal kedelai, yang bisa menjadi 2.000 liter susu kedelai atau setara 15 ribu pcs D-SOYMILK.

Kini, susunya telah memiliki kerjasama dengan beberapa stackholder, salah satunya adalah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk makan bergizi gratis (MBG) yang ada di Bondowoso. Karena itulah, Budi menambah karyawan hingga mencapai 18 orang.

"Alhamdulillah, karyawan saya hari ini sudah ada 18 orang," ungkapnya.

Meski telah mengantongi izin BPOM, dan Halal. Budi enggan menjual produknya ke toko modern. Karena, potensi kerugiannya besar. Nilai return cukup besar.

Sementara produk D-SOYMILK miliknya ini tanpa bahan pengawet, karena itu harus berada di suhu 4-2 derajat Celcius agar mampu bertahan selama 7 – 15 hari. Jika suhu penyimpanan di bawah itu atau kurang dari 4-2 derajat celcius, maka hanya mampu bertahan 3 - 4 hari saja.

"Sementara ini D-SOYMILK bisa awet dengan bergantungan pada suhu. Bukan pada pengawet," jelasnya.

Kerjasamanya dengan dapur SPPG saat ini, kata Budi, di antar sendiri dengan ikut jadwal pengiriman mobil MBG. Alasannya, Budi sudah mempersiapkan boks dengan suhu yang terjaga. Sehingga jika dikonsumsi oleh siswa susu kedelainya tetap segar dan terjaga kuwalitasnya. Hal ini iya lakukan untuk mengantisipasi terhadap penanganan yang kurang tepat terhadap produknya sehingga sangat berpengaruh terhadap kualitas D-SOYMILK, terutama soal suhu yang akan berdampak pada kuwalitas.

Produknya tak hanya laku di Bondowoso saja. Namun, kerap COD ke luar kota seperti Surabaya, Malang, Bangkalan, Mojokerto, dan lainnya.

"Saya pakai jejaring untuk bisa kirim D-SOYMILK ke beberapa Kabupaten/Kota. Jadi, kalau ke luar kota saya kirimnya pakai es batu dengan kondisi D-SOYMILK setengah beku," terangnya.

Dia memanfaatkan media sosial, dan juga ikut serta di event-event yang ada di Kabupaten bahkan tingkat Provinsi.

Selamet Jaelani, warga Desa Kembang, Kecamatan Bondowoso, mengaku pertama kali coba susu D-SOYMILK saat putrinya membeli di pameran. Dia menilai rasanya tak seperti susu kedelai pada umumnya.

"Ini saya pikir bukan susu kedelai, karena rasanya seperti susu Sapi. Tak ada aroma kedelainya sama sekali," pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.