Bangga! Ada “Indonesian Lounge” di Markas Besar PBB
Sindy Nur Fitri October 20, 2025 09:21 PM
Setiap bulan September, sebuah gedung kaca di tepian East River di jantung kota New York, berubah menjadi panggung dunia. Ratusan pemimpin dunia berkumpul, pidato dari berbagai bahasa bergema, dan bendera-bendera negara berkibar di United Nations Headquarters atau Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tahun 2025, podium hijau zamrud di ruang Majelis Umum yang megah ini menjadi saksi pidato pertama Presiden Prabowo Subianto di hadapan Sidang Majelis Umum PBB.
Di balik megahnya Markas Besar PBB di New York, gedung seluas lebih dari 7 hektar ini menyimpan cerita tentang sudut kecil yang sering luput dari sorotan kamera: Indonesian Lounge.
Titik Temu Kebanggaan Indonesia di Markas Besar PBB
Begitu melangkah keluar dari ruang sidang utama Majelis Umum PBB, ada sebuah ruang tunggu berkarpet hijau dihiasi beberapa ornamen tradisional. Di sanalah Indonesian Lounge berada dan menjadi lokasi sekaligus saksi pertemuan para pemimpin dunia.
Sesaat setelah menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-16 pada 25 September 1961, Presiden AS, John F. Kennedy, berbincang dengan Menteri Pertahanan India, Krishna Menon, di Indonesian Lounge. Foto: UN Photo
zoom-in-whitePerbesar
Sesaat setelah menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-16 pada 25 September 1961, Presiden AS, John F. Kennedy, berbincang dengan Menteri Pertahanan India, Krishna Menon, di Indonesian Lounge. Foto:
Letaknya yang strategis membuat Indonesian Lounge menjadi bagian dari banyak momen penting. Para diplomat, kepala negara, dan pejabat tinggi PBB sering singgah dan melaksanakan pertemuan bilateral di Indonesian Lounge.
Fun fact: Tidak semua negara namanya diabadikan di Markas Besar PBB di New York. Indonesia adalah satu dari segelintir negara — sejajar dengan Austria, Turki, Qatar, dan Rusia — yang memiliki spot permanen di gedung bersejarah ini. Selain Indonesian Lounge, para diplomat untuk PBB di New York juga mengenal beberapa titik temu lain seperti "Qatar Lounge", "Vienna Cafe" "Turkish Corner", dan "Sputnik Lobby".
Lokasi Indonesian Lounge di sudut dekat pintu keluar ruang Sidang Majelis Umum PBB. Foto: UN Directory
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi Indonesian Lounge di sudut dekat pintu keluar ruang Sidang Majelis Umum PBB. Foto:
Dari Bali ke New York: Karya Seni Indonesia untuk Dunia
Indonesian Lounge lahir bukan tanpa alasan. Di sudut ini berdiri dua patung kayu, masing-masing berjudul “Peace” (Perdamaian) dan “Prosperity” (Kemakmuran). Kedua karya ini merupakan buah karya seniman asal Bali, I Made Runda, atau lebih dikenal dengan M.D. Runda.
Patung "Peace" (Perdamaian) di Indonesian Lounge. Foto: UN Gifts
zoom-in-whitePerbesar
Patung "Peace" (Perdamaian) di Indonesian Lounge. Foto:
Patung "Prosperity" (Kesejahteraan) di Indonesian Lounge. Foto: UN Gifts
zoom-in-whitePerbesar
Patung "Prosperity" (Kesejahteraan) di Indonesian Lounge. Foto:
Pada tahun 1954, Presiden Soekarno memberikan dua karya seni tersebut sebagai hadiah dari rakyat Indonesia kepada PBB. Kedua karya seni ini ditempatkan di area lounge yang dikenal kini sebagai Indonesian Lounge.
Patung-patung ini bukan sekadar hiasan. Mereka adalah simbol dari pesan perdamaian dan kemakmuran yang ingin Indonesia suarakan kepada dunia, bahkan sejak awal keterlibatan kita di PBB.
Warna Dunia di Indonesian Lounge
Meski bernama Indonesian Lounge, ruang ini juga memamerkan karya seni dari berbagai negara. Di antara koleksinya, terdapat kiswah — kain penutup Ka’bah — yang merupakan sumbangan dari Kerajaan Arab Saudi serta benda bersejarah dari Peru.
Kiswah, yang sebelumnya menyelimuti pintu Ka'bah di Mekah dan dihadiahkan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk PBB, saat ini berada di Indonesian Lounge. Foto: UN Visitor Centre
zoom-in-whitePerbesar
Kiswah, yang sebelumnya menyelimuti pintu Ka'bah di Mekah dan dihadiahkan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk PBB, saat ini berada di Indonesian Lounge.
Keberagaman ini mencerminkan semangat PBB itu sendiri: tempat di mana seluruh bangsa bertemu, berdialog, dan berkolaborasi demi tujuan bersama.
Namun, kehadiran karya seni Indonesia di antara simbol-simbol dunia tersebut memberikan sentuhan unik dan tanda nyata kontribusi Indonesia dalam membentuk wajah diplomasi global melalui seni, budaya, dan nilai kemanusiaan.
Mantel upacara dari Peru ini merupakan tekstil langka yang ditemukan di pemakaman Paracas di Peru selatan. Karena iklim yang kering, mantel ini ditemukan dalam kondisi terawetkan yang luar biasa pada tahun 1930-an dan diperkirakan berusia 2.000 hingga 3.000 tahun. Benda bersejarah ini dihadiahkan oleh Peru untuk PBB pada 1957 dan dipajang di Indonesian Lounge. Foto: United Nations Gifts
zoom-in-whitePerbesar
Mantel upacara dari Peru ini merupakan tekstil langka yang ditemukan di pemakaman Paracas di Peru selatan. Karena iklim yang kering, mantel ini ditemukan dalam kondisi terawetkan yang luar biasa pada tahun 1930-an dan diperkirakan berusia 2.000 hingga 3.000 tahun. Benda bersejarah ini dihadiahkan oleh Peru untuk PBB pada 1957 dan dipajang di Indonesian Lounge. Foto:
Yuk, Abadikan Momen di Indonesian Lounge
Masyarakat dapat berkunjung Markas Besar PBB di New York melalui program kunjungan (guided tour) yang dilaksanakan oleh Sekretariat PBB setiap harinya.
Jika berkesempatan ikut tur ke Markas Besar PBB di New York, jangan lupa mampir ke Indonesian Lounge. Temukan patung “Peace” dan “Prosperity”, lalu abadikan momen di sana sebagai apresiasi terhadap sejarah panjang dan simbol abadi diplomasi Indonesia untuk dunia.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.