TRIBUNJOGJA.COM - Pelaku industri wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai bersiap menyambut kebijakan pemerintah yang akan membuka embarkasi haji dan umrah di Kulon Progo tahun 2026. Sekitar 60 hotel di wilayah itu disiapkan untuk menampung jemaah sekaligus memperkuat posisi pariwisata daerah.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan pihaknya telah menyiapkan sekitar 60 hotel berbintang dan nonbintang di Kulon Progo. Persiapan ini dilakukan melalui koordinasi antara pengurus PHRI DIY dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PHRI Kulon Progo agar seluruh akomodasi yang disiapkan memenuhi standar pelayanan.
“Kami sudah siap, ada sekitar 60 hotel bintang dan nonbintang yang disiapkan untuk itu,” ujar Deddy saat dikonfirmasi, Senin (20/10/2025).
Menurut Deddy, langkah persiapan sudah dimulai sejak 2024, seiring rencana awal pemerintah menjadikan Kulon Progo sebagai embarkasi pada 2025. Namun, karena pelaksanaannya mundur, target kini ditetapkan untuk tahun 2026. Ia berharap jadwal tersebut tidak kembali berubah agar upaya pelaku industri wisata tidak sia-sia.
“Selama ini kan paling rendah di Kulon Progo, hanya sekitar 20–30 persen rata-rata, maksimal tetap di bawah 50 persen,” ujarnya, merujuk pada tingkat okupansi hotel di wilayah itu.
Ia menilai, rencana embarkasi Kulon Progo akan memberikan dampak langsung pada peningkatan tingkat hunian hotel sekaligus memperkuat posisi daerah sebagai destinasi wisata pendukung. Dengan kehadiran embarkasi, arus pergerakan calon jemaah haji dan umrah diperkirakan akan membawa efek ekonomi ke berbagai sektor, mulai dari perhotelan, transportasi, hingga kuliner.
Deddy memastikan pelayanan akomodasi bagi para calon jemaah akan lebih optimal dibandingkan daerah embarkasi lain. Pasalnya, pengelolaan dilakukan langsung oleh pihak hotel, bukan oleh pemerintah.
“Hospitality-nya kami bisa jamin, karena memang itu bidang kami,” tegasnya.
Ia menambahkan, seluruh hotel yang disiapkan telah melalui proses verifikasi oleh DPC PHRI Kulon Progo terkait kelayakan usaha dan sertifikasi. Pemeriksaan mencakup fasilitas, kesiapan tenaga kerja, serta kelengkapan administratif.
“Embarkasi itu juga untuk menunjukkan ke semua daerah bahwa ada hotel di Kulon Progo yang bisa diakses untuk itu,” ujarnya.
Selain menyiapkan sarana akomodasi, Deddy mendorong agar Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga memperkuat daya tarik wisata setempat. Menurutnya, pengembangan destinasi dan fasilitas wisata perlu dilakukan agar lama tinggal wisatawan meningkat.
“Menahan wisatawan stay di Kulon Progo, tidak pindah ke Magelang, Borobudur, dan daerah terdekat lain,” ujarnya.
Ia menegaskan, seluruh langkah persiapan dilakukan dalam koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DIY dan Pemkab Kulon Progo. PHRI DIY juga terus memantau kesiapan pengelola hotel agar pelayanan optimal saat embarkasi resmi beroperasi.
“Instruksi itu sudah 2024 untuk persiapan 2025, kemarin dipertegas mundur di tahun 2026,” kata Deddy.
Terpisah, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardiyanto Setyo Aji, menilai pembukaan embarkasi haji dan umrah di Kulon Progo merupakan langkah strategis yang dapat memperkuat posisi Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) sebagai gerbang penerbangan internasional.
“Kami menyambut baik hal tersebut sebagai upaya menjadikan Bandara Internasional Yogyakarta sebagai pintu umroh dan haji, karena hal ini sangat penting untuk bargaining position DIY dalam penerbangan internasional ke depan,” ujar Bobby.
Menurutnya, keberadaan embarkasi juga akan memberi dampak positif bagi peningkatan kunjungan wisata ke DIY. Namun, ia mengingatkan perlunya kesiapan infrastruktur dan fasilitas pendukung agar wisatawan tidak sekadar melintas, melainkan juga menetap dan berbelanja di Kulon Progo.
“Ini PR bersama, sebagai pintu masuk namun sangat perlu diperkuat oleh kebutuhan pendukung—baik infrastruktur maupun amenitas—yang mampu menahan wisatawan tidak hanya lewat, tapi tinggal di Kulon Progo,” ujarnya.
Dengan semakin matangnya rencana pemerintah dan dukungan pelaku industri wisata, Kulon Progo diharapkan tidak hanya menjadi embarkasi haji dan umrah, tetapi juga simpul baru pertumbuhan ekonomi pariwisata di wilayah barat Yogyakarta.