Sosok Dian, Korban Kasus Suami Bunuh Istri di Panderejo Banyuwangi, Tetangga: Ramah dan Aktif PKK
Musahadah October 20, 2025 11:32 PM
Ringkasan Berita:
  • Tetangga menyebut pasangan korban tampak harmonis, tanpa pernah terdengar cekcok atau masalah rumah tangga selama tinggal di lingkungan Panderejo, Banyuwangi.
  • Korban dikenal aktif di kegiatan sosial dan pengajian, serta merupakan pegawai lama BCA yang tinggal bersama suami dan dua anaknya.
  • Kabar pembunuhan membuat warga kaget, karena sehari sebelumnya korban baru pulang dari perjalanan kantor ke Bali.

 

SURYA.CO.ID - Warga Kelurahan Panderejo, Kecamatan Banyuwangi, masih tidak percaya dengan kabar tewasnya BW atau Bu Dian, pegawai bank swasta ternama yang diduga dibunuh oleh suaminya, Gandhi (GDF), seorang pegawai lembaga keuangan plat merah (BUMN).

Salah satu tetangga, Deni Tri Rahayu, Ketua RT 04/01 Kelurahan Panderejo yang tinggal di belakang rumah korban, menceritakan keseharian pasangan tersebut yang dikenal harmonis dan ramah.

“Ya harmonis, baik-baik aja. Warga nggak pernah tau maksudnya kalau ibu nggak harmonis atau gimana.
Pokoknya itu ya pasangan ideal lah, intinya baik-baik aja,” ujarnya, Senin (20/10/2025).

Menurut sang tetangga, selama ini tak pernah terdengar kabar adanya percekcokan di antara keduanya.

“Selentingan-selentingan cekcok atau apa itu juga nggak pernah ada ya selama ini ya? Gimana ya? Saya nggak pernah tau ya,” katanya.

 

SUAMI BUNUH ISTRI - Olah TKP di rumah pasutri lokasi pembuhuhan di Jalan Serayu Nomor 54, Kelurahan Panderejo, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Senin (20/10/2025).
SUAMI BUNUH ISTRI - Olah TKP di rumah pasutri lokasi pembuhuhan di Jalan Serayu Nomor 54, Kelurahan Panderejo, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Senin (20/10/2025). (kolase surya/aflahul abidin)

Pasangan ini disebut sudah lama tinggal di lingkungan tersebut.

“Lama sudah, anaknya yang kecil itu lama sudah pokoknya itu,” ucapnya.

Istri korban dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

“Aktif ya, di PKK aktif. Kalau yang lakinya nggak aktif lah. Yang perempuan aktif,” ujarnya.

Dani juga mengungkapkan bahwa Bu Dian merupakan warga asli Panderejo, sedangkan suaminya pendatang baru.

“Yang perempuan. Yang laki kan orang baru sih itu,” tambahnya.

Bu Dian diketahui menikah dua kali.

“Iya suami kedua. Sebelumnya sudah pernah menikah berarti ya? Dengan dua anak. Itu pisah hidup suaminya ada ya? Iya pisah hidup. Kemudian menikah lagi dengan yang ini, Pak Gandhi ini yang baru ini,” katanya.

Ia juga bercerita tentang detik-detik saat dirinya mengetahui kabar pembunuhan itu.

“Saya kan di belakang ya? Di belakang tuh ada yang telepon, ‘Coba jenengan keluar, itu rame-rame keluar ke atas.’
Itu lho Mbak Dian itu lho, Mbak Dian kayaknya sudah nggak ada, bu. Coba jenengan keluar, akhirnya rumah saya di belakangnya. Akhirnya saya lewat bang. Oh saya lihat, oh iya benar-benar rame itu. Sudah jam 9 ibu, sudah jam 9-an ya?” katanya.

Namun, ia mengaku tidak bisa masuk ke rumah korban karena sudah dijaga polisi.

“Sudah ada polisi-polisi, saya nggak bisa masuk juga,” ujarnya.

Sang tetangga mengatakan dirinya baru mendapat informasi pasti setelah bertemu dengan lurah setempat.

“Baru ketemu sama Pak Lurah ini tadi, akhirnya ya itu baru jelas. Saya nggak mau menggali pada tempat yang salah gitu,” ucapnya.

Ia mengaku kaget mendengar kabar tersebut, apalagi sehari sebelumnya korban baru pulang dari perjalanan kantor ke Bali.

“Iya kaget, karena ya itu saya lihat statusnya kan dia pulang dari Bali. Yang perempuan ini. Ngelancar ke Bali, makanya benar-benar kaget kan gitu. Sama kantor, liburan ke Bali, pulangnya kayaknya tadi malam,” katanya.

Terakhir kali ia bertemu korban sekitar seminggu lalu.

“Ada, satu minggu yang lalu. Dia waktu bersih-bersih saya lewat. Hari Sabtu yang lalu ketemu saya. Biasanya kan yang ditanyakan, ‘Bu, PKK kapan?’” ujarnya.

Bu Dian dikenal aktif di kegiatan masyarakat, termasuk pengajian malam Jumat.

“Pasti ikut, ketika nggak ada kegiatan pasti ikut ya? Di pengajian itu juga datang. Dia aktif di pengajian malam Jumat,” kata tetangganya.

Menurutnya, korban adalah pribadi yang ramah dan tidak pernah punya masalah dengan tetangga.

“Ya ramah, maksudnya ya baik, sudah sama orang baik. Nggak pernah ada masalah dengan tetangga ya? Nggak pernah. Ya kalau ketemu, mesti sama saya, mesti teriak-teriak ya,” ujarnya.

Bu Dian disebut telah lama bekerja di bank swasta dan sebentar lagi akan pensiun.

“Dulu itu kan termasuk pegawai yang lama, yang pindah-pindah dia sempat jadi kasir, terus dipindah di Moncar, di Jajak. Itu kayaknya jabatannya lumayan, karena dia memang pekerja yang sudah sangat lama. Dua tahun lagi pensiun,” kata sang tetangga.

Ia menambahkan, Bu Dian pernah bercerita soal rencana setelah pensiun.

“Habis ini saya nonstop pergi yang tanpu, karena dua tahun lagi pensiun,” katanya menirukan perkataan korban.

Meski begitu, Bu Dian tidak pernah bercerita tentang kehidupan rumah tangganya.

“Nggak. Nggak pernah ya? Kalau yang itu tertutup. Privasi masing-masing orang,” katanya.

Bu Dian memiliki tiga anak.

“Yang paling besar kuliah di Malang di Unisa, yang kedua di STM Gelagah, yang ketiga masih SMP,” ujarnya.

Ia menuturkan, pada hari kejadian, sang suami sempat terlihat mengantarkan anaknya sekolah.

“Setengah tujuh masih ada. Yang laki sempat ngantarkan anaknya sekolah kok. Biasanya yang laki yang ngantar anaknya? Bukan, embahnya biasanya. Ini tadi kok Bapaknya sendiri yang ngantarkan,” katanya.

Tetangga itu menambahkan, korban adalah sosok terbuka dan mudah bergaul di lingkungan.

“Kalau ada kegiatan, kalau ada pengajian, dia ya ditarik di rumahnya. Di luar urusan keluarga, sangat humble ya? Iya. Maksudnya, enjoy-enjoy, semua kaget. Yang intinya semua kaget. Nggak menyangka gitu loh. Dengan sokok yang seperti itu kok akhirnya seperti itu,” ucapnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.