Disebut Gandeng Perusahaan Israel Selidiki Pencurian, Museum Louvre Bantah
kumparanNEWS October 21, 2025 07:20 AM
CGI Group, perusahaan yang berbasis di Tel Aviv Israel, mengatakan bahwa museum Louvre meminta bantuan mereka menyelidiki pencurian delapan perhiasan bersejarah tak ternilai dari Galeri Apollo. Permintaan itu karena keberhasilan CGI Group di masa lalu dalam menemukan artefak curian dari sebuah museum Jerman pada 2019.
"Louvre secara khusus meminta kami untuk mengungkap identitas orang-orang yang terlibat dalam pencurian tersebut dan untuk mengambil kembali artefak yang dicuri," kata CEO CGI Group, Zvika Naveh, kepada AFP, dikutip Selasa (21/10).
Namun, pihak Museum Louvre membantah telah menghubungi firma intelijen Israel tersebut. Seorang perwakilan museum membantah pernyataan Zvika Naveh.
"Manajemen Louvre membantahnya," kata museum, tanpa komentar lebih lanjut.
Ketika dimintai klarifikasi, Naveh mengatakan permintaan tersebut datang melalui perantara. "Melalui perantara yang bertindak atas nama Louvre dan entitas lain, termasuk perusahaan asuransi," ucap Naveh.
Namun, manajemen Louvre bersikeras bahwa mereka tidak menghubungi siapa pun.
Polisi Prancis sedang memburu empat pencuri perhiasan yang membobol Louvre pada hari Minggu. Satu potong -- sebuah mahkota yang dilapisi lebih dari 1.000 berlian -- terjatuh saat mereka melarikan diri.
Perbesar
Petugas kepolisian Prancis berdiri di samping lift barang yang digunakan oleh para perampok untuk masuk ke Museum Louvre di Quai Francois Mitterrand, Paris, Minggu (19/10/2025). Foto: Dimitar Dilkoff/AFP
Pencurian di Museum Green Vault Dresden 2019
Perampokan tahun 2019 di Museum Green Vault Dresden mengakibatkan pencurian perhiasan abad ke-18 senilai 113 juta euro ($132 juta). Perhiasan curian tersebut, yang diasuransikan senilai lebih dari 113 juta euro, sebagian dikembalikan oleh lima penjahat yang dihukum karena pencurian tersebut.
Dihubungi oleh AFP, terkait pengungkapan pencurian ini, Koleksi Seni Negara Dresden membantah adanya kerja sama dengan perusahaan Israel tersebut.
Namun demikian, CEO CGI Group, Zvika Naveh, kembali mengatakan bahwa baik Museum Louvre dan Dresden dapat mengatakan apa pun yang mereka inginkan, tetapi bersikeras bahwa perusahaannya telah dihubungi atas nama kedua museum.
Ia menolak memberikan detail karena alasan 'kerahasiaan'. Ia mengatakan permintaan tersebut bisa saja diajukan oleh perusahaan asuransi, pengacara perusahaan asuransi, entitas apa pun yang terkait dengan museum, bahkan bisa jadi kementerian, bukan pihak museum secara langsung.
"Masing-masing pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Kepentingan museum tidak sama dengan kepentingan perusahaan asuransi, atau perusahaan keamanan, yang telah melakukan kesalahan," tambahnya.
"Beberapa orang berkepentingan untuk mengungkap cerita ini, dan yang lainnya berkepentingan untuk menyangkalnya, tentu saja, kepolisian Prancis tidak menyukai kenyataan bahwa kami, sebagai firma swasta Israel, ditugaskan untuk melakukan investigasi," pungkasnya.