Dengan segala keterbatasan yang dimiliki Jakarta, kota ini mampu menunjukkan prestasinya dengan menjadi kota bahagia ke-18 di dunia menurut survei internasional Time Out.
Jakarta (ANTARA) - Di tengah modernnya ibu kota dengan deretan gedung-gedung yang menjulang, tawa anak-anak yang berlarian di bawah rindangnya pepohonan menjadi pemandangan langka di Jakarta.
Di kota metropolitan ini, pohon bukan lagi tempat bermain yang mengasyikan bagi anak-anak, melainkan sekadar pemandangan di pinggir jalan.
Padahal, kehadiran alam bukan tempat bermain semata, tetapi juga ruang untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, empati, dan kebahagiaan anak-anak ibu kota.
Dari tanah dan udara segar itulah imajinasi tumbuh, dan jiwa belajar hidup berdampingan dengan alam tercipta. Namun, hal ini seolah perlahan hilang di tengah kehidupan Jakarta yang digadang-gadang sebagai kota global.
Pentingnya stimulasi
Kesibukan warga kota dengan layar gawai yang tak pernah redup membuat banyak anak yang lahir diperkotaan tumbuh dengan stimulasi yang serba terbatas.
Banyak orang tua yang akhirnya menyerahkan gawai kepada anak-anaknya demi bisa mengelola waktu mengasuh anak sambil mengerjakan hal lainnya.
Padahal, sentuhan, percakapan, dan eksplorasi alam menjadi kebutuhan dasar yang tak bisa digantikan teknologi.
Dokter Spesialis Anak Prof DR Rini Sekartini menjelaskan, stimulasi merupakan salah satu kebutuhan dasar anak yang wajib dipenuhi orang tua. Salah satu stimulasi yang dapat dilakukan adalah bermain.
“Bermain juga merupakan kebutuhan dasar anak. Selain bermanfaat untuk sosialisasi dengan anak sebaya atau orang lain, bermain dapat meningkatkan kemampuan dan perkembangan anak baik aspek motor kasar, motor halus, bicara bahasa, kemandirian dan kecerdasan,” kata Rini.
Itulah sebabnya, bermain di alam akan memungkinkan anak mendapat kesempatan untuk mendengar suara binatang, suara angin, teriakan ataupun candaan sesama anak. Hal ini sangat baik untuk merangsang proses perkembangan bicara.
Selain itu, dengan bermain di alam, tanpa alas kaki dan bertelanjang tangan, dapat melatih sensori anak terutama perabaan.
Upaya pemerintah
Meski tampaknya Jakarta sudah penuh sesak dengan berbagai bangunan, namun Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo tetap bertekad menghadirkan ruang terbuka hijau untuk masyarakat khususnya anak-anak.
Salah satunya, Pemerintah Jakarta kini sedang dalam proses pembangunan Taman Bendera Pusaka yang menyatukan tiga taman sekaligus yakni Taman Ayodya, Taman Leuser dan Taman Langsat.
Untuk itu, DKI memutuskan untuk membuka beberapa taman selama 24 jam. Beberapa taman juga dibuka hingga malam hari misalnya Tebet Eco Park yang bisa dikunjungi masyarakat hingga pukul 22.00 WIB.
Pramono mengakui alasan untuk membuka taman 24 jam karena terinspirasi di London yang tamannya bisa dikunjungi sepanjang waktu. Dengan demikian, masyarakat bisa berolahraga hingga bermain di taman kapanpun.
Selain itu, pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) dalam skala kecil di berbagai titik permukiman di ibu kota akan dioptimalkan.
Jumlah ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Ibu Kota belum memenuhi kebutuhan warga. Keterbatasan lahan menjadi salah satu tantangan utama pembangunan RPTRA berukuran besar. Karena itu, Jakarta akan berfokus pada taman lingkungan berukuran sedang hingga kecil.
Bagi Gubernur Jakarta itu, taman kota tak harus luas untuk memberikan manfaat. Ruang terbuka hijau dengan luasan 3.000 hingga 5.000 meter persegi tetap bisa menjadi area bermain, interaksi sosial, dan ruang publik yang fungsional bagi masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan akan tambahan taman, Jakarta memanfaatkan kolong tol untuk dijadikan RTH. Dengan begitu, meski skala kecil, Pemerintah Jakarta bisa membangun taman di sekitar 300 tempat.
Beberapa kolong tol juga sudah dimanfaatkan menjadi taman di Jakarta. Salah satunya adalah Taman Si Pitung di Jalan Jampea Kecamatan Koja. Taman ini merupakan taman di bawah kolong tol kedua yang dibuat di DKI Jakarta. Sebelumnya, kolong tol di Slipi juga telah dimanfaatkan untuk menjadi taman.
Kota bahagia dan layak anak
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki Jakarta, kota ini mampu menunjukkan prestasinya dengan menjadi kota bahagia ke-18 di dunia menurut survei internasional Time Out.
Adapun 20 kota paling bahagia di dunia versi Time Out 2025 meliputi Abu Dhabi, Uni Emirat Arab; Medellin, Kolombia; Cape Town, Afrika Selatan; Mexico City, Meksiko; Mumbai, India; Beijing, China; Shanghai, China; Chicago, Amerika Serikat; Seville, Spanyol; Melbourne, Australia; Brighton, Inggris; Porto, Portugal; Sydney, Australia; Chiang Mai, Thailand; Marrakech, Maroko; Dubai, Uni Emirat Arab; Hanoi, Vietnam; Jakarta, Indonesia; Valencia, Spanyol; dan Glasgow, Inggris.
Tak hanya itu, Jakarta juga meraih predikat penghargaan sebagai Provinsi Layak Anak (Provila) dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).
Predikat serupa pernah diraih DKI Jakarta pada 2022, 2023 dan 2024. Penghargaan Provilam merupakan bentuk apresiasi yang diberikan kepada provinsi yang berkomitmen penuh dalam mewujudkan lingkungan yang ramah bagi tumbuh kembang anak, memperhatikan pemenuhan hak dan perlindungan anak, serta berjuang menjadikan seluruh kabupaten/kota menjadi Kota Layak Anak.
Dengan adanya prestasi-prestasi ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun bertekad untuk menjadikan kota itu lebih baik lagi. Sehingga, Jakarta nantinya bisa menjadi kota global yang bahagia dan ramah anak.
Betapa nikmatnya melihat anak-anak bermain di taman yang dipenuhi pohon rindang dan rumput. Mereka bisa bersosialisasi dengan anak sebaya atau orang lain, bermain untuk meningkatkan kemampuan dan perkembangan sosialnya.