Cerita Mahasiswa UNISA Jogja: Umur 20 Tahun Jadi Kepala Dusun Termuda di Sleman
Pandangan Jogja October 22, 2025 09:00 AM
Sito Apri Nurrochim, mahasiswa semester 3 Program Studi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, resmi dilantik sebagai Dukuh Padukuhan Kajor, Kalurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Sleman, pada Senin (6/10).
Di usianya yang baru 20 tahun dan masih menempuh semester 3, Sito menjadi dukuh termuda di Sleman. Mahasiswa angkatan 2024 ini mengaku tidak langsung berminat maju, namun terdorong setelah mendapat dukungan warga dan tokoh masyarakat di dusunnya.
“Awalnya sempat dilema, tapi setelah dipikirkan matang saya mantap mendaftar,” ujarnya.
Perbesar
Sito Apri Nuroochim, bersama Ibu-ibu PKK Padukuhan Kajor, Kalurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Sleman. Foto: Pandangan Jogja/Gigih Imanadi
Sesuai aturan, calon dukuh harus mengumpulkan dukungan minimal 15 persen dari total warga di padukuhannya. Setelah syarat terpenuhi, ia mengikuti seleksi administrasi, tes tertulis, keterampilan, dan wawancara. Proses penilaian melibatkan Universitas APMD, berdasarkan Peraturan Kabupaten Sleman Nomor 10 Tahun 2019.
“Tes hanya satu hari dan hasilnya langsung diumumkan. Alhamdulillah saya memperoleh nilai tertinggi,” katanya.
Tahapan pendaftaran berlangsung Juli–Agustus 2025, saat Sito harus membagi waktu antara kuliah, bekerja paruh waktu di sebuah kedai kopi, dan menyiapkan berkas pencalonan.
“Agak kewalahan, tapi bisa teratasi,” ujarnya.
Setelah terpilih, ia mengaku bangga sekaligus terbebani tanggung jawab besar di usia muda. Dukungan datang dari keluarga dan teman, meski sebagian awalnya ragu. Karena belum menikah, ia kerap mendapat candaan warga untuk segera mencari “Bu Dukuh”. Untuk sementara, ibunya membantu menjalankan peran pendamping kegiatan kemasyarakatan seperti PKK.
Perbesar
Mahasiswa semester 3 Program Studi Psikologi Universitas 'Aisyiyah (UNISA), Sito Apri Nurrochim. Foto: Pandangan Jogja/Gigih Imanadi
Sito mengatakan ilmu psikologi yang ia pelajari seperti psikologi sosial, organisasi, hingga penyelesaian masalah membantunya memahami dinamika masyarakat. Ia menargetkan menyelesaikan kuliah terlebih dahulu sebelum merancang program jangka panjang dan merencanakan pernikahan.
“Banyak potensi di Kajor, dari budaya sampai ekonomi. PR kami adalah mengembangkannya,” tutur Sito.
“Daripada kita cuma mengkritisi pemerintah, ayo kita sebagai generasi penerus ambil peran untuk berdampak langsung pada masyarakat,” pesannya.