BOLASPORT.COM - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, meminta agar publik tak ada yang membully dan rasis kepada pemain Timnas Indonesia.
Perundungan atau bully memang menjadi masalah serius di Indonesia dan pemain sepak bola pun tak lepas dari hal itu.
Oleh karena itu, Erick Thohir pun menyoroti dengan serius terkait aksi perundungan atau bullying ini.
Di dunia sepak bola ini memang tak sedikit pihak yang telah menjadi korban bullying di media sosial.
Situasi ini menjadi perhatian serius setelah Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026.
Erick Thohir mengaku banyak mendengar ada pemain hingga pelatih yang dibully secara berlebihan di media sosial.
Untuk itu, dalam konferensi pers PSSI, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (24/10/2025) ini Erick Thohir menekankan soal adanya perundungan ini.
Pria yang juga menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) tersebut meminta agar tidak ada yang melakukan bullying ke depannya.
“Saya juga berharap teman-teman media harus menjadi bagian membangun sepakbola kita dan kebenaran. Karena saya minta tolong sekali masalah bullying yang berlebihan kepada pemain,” ujar Erick Thohir kepada awak media termasuk BolaSport.com, di SUGBK, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Mantan pemilik Inter Milan ini mengatakan bahwa publik juga harus menjaga aset dan masa depan Timnas Indonesia ini.
Oleh karena itu, ia berharap agar tak ada pihak-pihak yang merundung pemain Timnas Indonesia.
Erick Thohir menegaskan bahwa mengkritik pemain Timnas Indonesia memang tak masalah dan dipersilahkan.
Namun, ia menekankan bahwa kritik itu harus membangun, tidak harus menjatuhkan mental pemain apalagi rasis.
Terkait rasisme ini sebelumnya menjadi sorotan, karena pelatih Patrick Kluivert dikabarkan mendapat komentar tak menyenangkan setelah skuad Garuda gagal lolos ke Piala Dunia 2026.
Oleh karena itu, Erick Thohir menekankan agar tak ada masyarakat yang membully dan rasis kepada pemain Timnas Indonesia.
“Kita harus sayang dengan aset kita, tidak mudah. Kita punya pemain seperti Rizky Ridho, Marselino Ferdinan, ini generasi emas yang kemarin,” kata Erick Thohir.
“Kita punya sepertinya ada beberapa pemain di U-23, U-20, ini sepertinya di U-17 juga bisa generasi emas lagi,” ucapnya.
“Kembali, kita kritik tidak ada masalah. Tapi, kalau sampe kita menerima rasisme, diskriminasi, itu bukan kita, bangsa kita bukan gitu. Dan, saya menolak tegas kalau yang namanya diskriminasi,” tegasnya.
Erick Thohir mengatakan bahwa sejak awal ia tak ingin ada yang melakukan diskriminasi terkait pemain Timnas Indonesia.
Beberapa waktu lalu dua pemain Timnas Indonesia yakni Yakob Sayuri dan Yance Sayuri juga menjadi korban rasisme.
Untuk itu, Erick menegaskan bahwa ia tak ingin sepak bola Indonesia ternoda dengan hal seperti ini.
Oleh karena itu, ia menekankan tak ingin ada diskriminasi, karena sepak bola untuk semua orang.
“Sejak awal saya jadi Ketua (Umum) PSSI saya juga tidak mau ada diskriminasi di lapangan sepakbola dengan saudara-saudara kita di Indonesia Timur,” jelas Erick Thohir.
“Itu saudara kita, tidak bisa dilabeli seperti itu. Sama, saya meminta semua untuk hal yang ekstrim, saya minta rekan-rekan media bantu jaga. Kasihan pemain kita.”
Pria berusia 55 tahun tersebut bahkan mengungkapkan saat ini para pemain Timnas U-17 Indonesia pun tengah dilindungi.
Pasalnya, mereka adalah pemain-pemain masa depan Timnas Indonesia, sehingga diharapkan tak ada yang mentalnya down karena aksi bullying.
Bahkan para pemain Timnas U-17 Indonesia yang akan tampil di Piala Dunia U-17 2025 nanti tak bermain media sosial.
Ini dilakukan dengan harapan kondisi psikologi I Putu Panji Apriawan dan kawan-kawan tak tergangu nantinya
Untuk itu, pelatih Timnas U-17 Indonesia Nova Arianto pun melarang Zahaby Gholy dan kawan-kawan bermain media sosial selama Piala Dunia U-17 2025 nanti.
“Kita harus jaga karena mereka juga jangan gagal pada konteks pengembangan diri mereka,” ungkap Erick Thohir.
“Jadi, coach Nova Arianto, sama saya, sama Sekjen (Yunus Nusi), sama Technical Director (Alexander Zwiers), saya bilang juga untuk pemain-pemain yang U-17 itu stop media sosial dahulu,” tegasnya.
“Kasihan. Belum tentu mereka sekuat kita gitu. Kalau pak Sekjen dan saya sudah khatam di bully. Tetapi, kalau anak-anak kita yang U-17, kasihan. Ini yang harus kita jaga,” tuturnya.