Kalender Jawa 31 Oktober 2025, Pasaran Jumat Legi
galih permadi October 30, 2025 11:30 PM

Kalender Jawa Oktober 2025

TRIBUNJATENG.COM- Berukut kalender jawa Oktober 2025, pasaran jawa hari ini: 

Pasaran Jawa Oktober 2025, Pon Wage Kliwon Legi Pahing (Media Nusa Aplikasi)

 Pasaran Jawa Oktober 2025, Pon Wage Kliwon Legi Pahing (Media Nusa Aplikasi)
 

 

 Asal Usul Kalender Jawa, Warisan Sultan Agung yang Gabungkan Hindu dan Islam

 

Kalender Jawa hingga kini masih digunakan sebagian masyarakat, terutama di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sistem penanggalan ini bukan sekadar alat menghitung waktu, melainkan juga bagian dari identitas budaya yang sarat makna filosofis.

Namun, tahukah Anda bahwa kalender Jawa merupakan hasil perpaduan tiga sistem besar, yakni kalender Saka (Hindu), Hijriah (Islam), dan tradisi lokal masyarakat Jawa?

 
🔹 Awal Mula dari Kalender Saka
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Jawa mengenal kalender Saka yang berasal dari India. Kalender ini dimulai sejak tahun 78 Masehi dan menggunakan sistem perputaran matahari (solar calendar).
Tahun barunya jatuh pada bulan Caitra (sekitar Maret), dan terdiri dari 12 bulan dengan panjang 30 hingga 31 hari.

Sistem inilah yang menjadi dasar dalam berbagai upacara adat kuno, termasuk yang masih lestari di Bali hingga saat ini.

 
🔹 Perubahan Besar oleh Sultan Agung
Transformasi besar terjadi pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma, Raja Mataram Islam, pada tahun 1633 Masehi.
Sultan Agung berupaya menyatukan dua sistem penanggalan yang digunakan masyarakatnya saat itu—antara Saka (Hindu) dan Hijriah (Islam)—agar tidak menimbulkan perbedaan sosial dan keagamaan.

Dari gagasan itulah lahir kalender Jawa, yang mulai berlaku pada tahun 1555 Saka (atau 1633 M). Sultan Agung mengubah dasar perhitungannya menjadi berdasarkan peredaran bulan (lunar calendar), mengikuti sistem Hijriah, tetapi tetap mempertahankan angka tahun Saka agar kesinambungan sejarah tidak terputus.

 
🔹 Ciri Khas Kalender Jawa
Kalender Jawa memiliki sejumlah keunikan yang tidak dimiliki kalender lain.
Awal tahunnya dimulai pada 1 Sura, yang bertepatan dengan 1 Muharram Hijriah.
Selain itu, sistem pekan di Jawa tidak hanya mengenal tujuh hari seperti kalender Masehi, tetapi juga siklus pasaran lima hari, yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Kombinasi keduanya melahirkan siklus 35 hari, yang masih digunakan dalam berbagai tradisi, seperti menentukan hari baik untuk pernikahan, pindah rumah, hingga upacara adat.

 
🔹 Warisan Budaya yang Masih Hidup
Meski zaman telah berganti, kalender Jawa masih dipakai oleh masyarakat, terutama dalam lingkungan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, serta di kalangan masyarakat pedesaan Jawa.
Hari-hari seperti 1 Sura, Selasa Kliwon, atau Jumat Legi tetap dianggap memiliki makna khusus dan menjadi bagian dari spiritualitas Jawa.

Kalender ini menjadi bukti bahwa peradaban Jawa mampu menggabungkan nilai agama, budaya, dan kosmologi, menjadi satu sistem yang unik dan bertahan lebih dari empat abad.

 (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.