 
            Ringkasan Berita:
- Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Oktober 2025 mencapai 53,50 atau naik 0,48 poin dibandingkan September di posisi 53,02.
- Tren positif ini ditopang stabilitas ekonomi makro dan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75 persen.
- Sebanyak 22 subsektor yang mengalami ekspansi dengan kontribusi sebesar 98,8 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II 2025.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja industri manufaktur nasional terus menunjukkan ketangguhannya di tengah tantangan ekonomi global dan dinamika pasar dalam negeri.
Hal ini tercermin dari capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Oktober 2025 yang tercatat 53,50, naik 0,48 poin dibandingkan September (53,02) dan lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (52,75 poin).
Didukung stabilitas ekonomi makro, dimana Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75 persen, membuat pembiayaan bagi dunia usaha tetap terjaga.
Selain itu, neraca perdagangan yang mencatat surplus selama 64 bulan berturut-turut dan pertumbuhan ekonomi nasional Triwulan II 2025 sebesar 5,12 persen (yoy) semakin memperkokoh kepercayaan pelaku industri untuk melanjutkan ekspansi.
Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat 22 subsektor yang mengalami ekspansi dengan kontribusi sebesar 98,8 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II 2025.
"Satu subsektor mengalami kontraksi yaitu Industri Tekstil (KBLI 13), yang masih terdampak pelemahan konsumsi dalam negeri serta tekanan dari peningkatan impor benang dan kain," kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dikutip Jumat (31/10/2025).
Febri juga mengungkapkan, dukungan Kemenperin terhadap langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang berkomitmen memberantas rokok ilegal dan perdagangan pakaian bekas impor (thrifting).
"Ketegasan seperti itu kan arahan dari Presiden Prabowo dan merupakan hal yang positif. Jadi kami tentu mendukung karena itu melindungi industri dalam negeri kita," kata Jubir Kemenperin.
Febri menyebut subsektor dengan capaian IKI tertinggi bulan ini adalah Industri Pengolahan Tembakau (KBLI 12) serta Industri Kertas dan Barang dari Kertas (KBLI 17). Keduanya didorong oleh kenaikan permintaan di pasar domestik maupun ekspor.
Subsektor Industri Kayu, Barang dari Kayu, dan Gabus serta Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya (KBLI 16) juga mencatat peningkatan berkat lonjakan pesanan ekspor menjelang akhir tahun, khususnya dari Jepang dan Eropa.
Dari sisi komponen pembentuk indeks, perbaikan kinerja IKI Oktober ditopang oleh penguatan permintaan baru, yang naik 1,46 poin menjadi 55,25, serta tingkat persediaan yang tetap ekspansif di 56,52, meningkat 0,66 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Namun demikian, komponen produksi masih menunjukkan fase kontraksi di level 48,57.
"Fase kontraksi pada produksi ini telah terjadi selama lima bulan berturut-turut. Kondisi tersebut menunjukkan pelaku industri masih berhati-hati dalam menambah output produksi, mengingat permintaan belum sepenuhnya pulih dan banyak perusahaan masih memanfaatkan stok yang tersedia," ucap Febri.