 
            Ringkasan Berita:
- Agenda Utama: Seminar Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA).
- Waktu & Lokasi: Sabtu (1/11/2025) di Perpustakaan Bung Karno, Kota Blitar.
- Tokoh Kunci: Megawati Soekarnoputri (Ketum PDIP); Hasto Kristiyanto (Sekjen PDIP).
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, akan menghadiri seminar peringatan Konferensi Asia Afrika di Perpustakaan Bung Karno, Kota Blitar, Sabtu (1/11/2025).
Hal itu disampaikan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto usai mendampingi Megawati bertemu dengan kader PDIP Jawa Timur di Pendopo Ronggo Hadi Negoro Kabupaten Blitar di Jl Semeru, Kota Blitar, Jumat (31/10/2025).
"Jadi, hari ini, Ketum PDIP Megawati datang ke Blitar dalam rangka peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia bagi dunia, khususnya melalui visi internasional dari Bung Karno dalam membangun tata dunia baru," kata Hasto.
Hasto mengatakan, Konferensi Asia Afrika menjadi semangat dekolonialisasi yang pertama, di mana bangsa-bangsa Asia Afrika bersatu menggagas pemikiran anti penjajahan tanpa campur tangan barat.
Lewat Konferensi Asia Afrika, Bung Karno menjadi salah satu tokoh yang telah mengubah sejarah yang digerakan oleh nilai-nilai keadilan, kemanusian, dan kesejahteraan.
"Maka, besok (Sabtu) perwakilan akademisi dari 30 negara akan nyekar (ziarah ke Makam Bung Karno di Kota Blitar) dan menghadiri seminar tersebut," ujarnya.
Dikatakannya, seminar peringatan Konferensi Asia Afrika juga untuk menggugah kesadaran bersama bahwa bangsa Indonesia harus berbangga punya kontribusi besar bagi peradaban dunia, yaitu semangat anti penjajahan yang harus terus digelorakan sampai sekarang.
"Termasuk penjahan di bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang teknologi, dan bidang kebudayaan. Karena nilai-nilai itu menunjukkan kepemimpinan Indonesia," katanya.
Hasto berharap, peringatan Konferensi Asia Afrika dapat menggelorakan semangat pemikiran Bung Karno dan seluruh tokoh-tokoh yang pertama menggelorakan dekolonialisasi.
"Karena jelas, saat ini ada penjajahan di bidang teknologi, ekonomi, hukum, dan kebudayaan. Juga ini mengingatkan kepada semua, pada tahun 1955, Indonesia punya cara pandang untuk bergerak keluar menjadi pemimpin bangsa-bangsa," ujarnya.