Ringkasan Berita:
- Industri fintech Indonesia terus tumbuh pesat dengan nilai diproyeksikan mencapai Rp341 triliun pada 2025.
- Di tengah momentum ini, PINTU dan JULO berkolaborasi melalui program “Pintu Goes to Office” untuk memperkuat literasi keuangan dan edukasi investasi kripto bagi kalangan profesional.
- Kolaborasi ini menjadi langkah strategis mendorong ekosistem keuangan digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah pertumbuhan industri fintech yang semakin pesat, dua perusahaan teknologi keuangan asal Indonesia, Pintu dan Julo, bersepakat bahwa literasi keuangan menjadi fondasi penting bagi ekosistem keuangan digital yang sehat dan berkelanjutan.
Kolaborasi keduanya diwujudkan melalui program Pintu Goes to Office, sebuah inisiatif edukatif yang menyasar kalangan profesional di berbagai sektor.
Program ini menghadirkan sesi diskusi seputar pengelolaan keuangan digital dan pemahaman investasi aset kripto secara bijak.
Senior Vice President Strategy & Business Pintu, Andy Putra, menegaskan kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab industri fintech untuk memperkuat pemahaman publik terhadap keuangan digital.
“Kami ingin masyarakat memahami risiko dan potensi aset crypto, bukan hanya mengikuti tren,” ujarnya di sela-sela kegiatan edukasi, Senin (3/11/2025).
Andy menjelaskan, edukasi keuangan digital bukan sekadar pelengkap pertumbuhan industri, tetapi merupakan fondasi untuk menjaga keberlanjutan ekonomi digital di Indonesia.
Ia menambahkan, PINTU telah mengedukasi ratusan profesional melalui berbagai program literasi keuangan yang digelar secara langsung maupun daring.
“Kolaborasi ini bagian dari strategi kami memperluas literasi crypto nasional. Kami terbuka berkolaborasi dengan berbagai pihak agar masyarakat dapat berinvestasi secara cerdas dan memahami risikonya,” katanya.
Senada dengan Andy, Presiden Direktur JULO, Harri Suhendra, menilai kerja sama lintas fintech seperti ini penting untuk membangun industri keuangan yang inklusif.
Menurutnya, edukasi keuangan harus sejalan dengan inovasi agar masyarakat tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga memahami dasar pengelolaan finansial pribadi.
“Kami percaya peningkatan literasi keuangan akan memperkuat ekosistem fintech Indonesia, khususnya di tengah maraknya layanan digital yang menawarkan kemudahan akses,” ujarnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Mordor Intelligence, nilai industri fintech Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai Rp341,1 triliun, dengan sektor fintech lending mencatat kenaikan pembiayaan hingga Rp82,59 triliun.
Sementara itu, transaksi aset kripto menembus Rp360,3 triliun hingga September 2025.
Angka tersebut menggambarkan besarnya potensi pasar fintech dan kripto di Indonesia, sekaligus tantangan untuk memastikan masyarakat memiliki literasi yang memadai sebelum berpartisipasi di dalamnya.
“Capaian ini menunjukkan antusiasme publik terhadap layanan keuangan digital, namun juga menegaskan pentingnya edukasi agar pertumbuhan industri berjalan seimbang,” tambah Harri.
Dengan lebih dari 10 juta unduhan aplikasi baik di Pintu maupun Julo, kedua perusahaan tersebut menegaskan komitmennya untuk berperan aktif membangun budaya finansial yang cerdas dan bertanggung jawab di Indonesia.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan menjadi contoh nyata sinergi antarpelaku industri dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif, aman, dan berkelanjutan.