Oleh: Gautam Billa, APJI CTO and SE Leader, Ciena
Kecerdasan buatan (AI) sedang berkembang pesat sebagai katalis perubahan yang cepat dan disruptif. Keberadaan AI dapat membentuk masa depan ekonomi digital serta mengubah cara negara-negara membangun, memajukan, dan menghubungkan infrastruktur mereka.
Indonesia bergerak cepat dalam mengintegrasikan AI ke dalam agenda pembangunan nasionalnya. Melalui Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020–2045, pemerintah telah menetapkan rencana penerapan AI di berbagai bidang strategis, termasuk kesehatan, reformasi birokrasi, penelitian dan pendidikan, ketahanan pangan, mobilitas, serta pengembangan kota cerdas.
Ketika membahas pembangunan infrastruktur AI sering kali berfokus pada pembangunan pusat data dan peningkatan kapasitas komputasi. Namun, pendekatan ini sering mengabaikan satu elemen penting: infrastruktur jaringan yang menghubungkan seluruh sistem tersebut, baik di dalam, di sekitar, maupun di antara mereka.
Tanpa jaringan komunikasi yang andal dan dapat ditingkatkan, kekuatan besar dari komputasi dan penyimpanan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal itu menimbulkan hambatan yang menghalangi potensi penuh dari AI. Beban kerja AI pada dasarnya sangat bergantung pada data, memerlukan koneksi berkecepatan tinggi dan latensi rendah untuk mentransfer serta memproses sejumlah besar informasi secara real-time. Oleh karena itu, infrastruktur jaringan harus dipandang sebagai komponen inti yang fundamental dalam pengembangan infrastruktur AI.
Penyedia layanan kini bergerak untuk mempersiapkan jaringan mereka menghadapi evolusi berikutnya dari strategi AI Indonesia, dengan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas, khususnya di wilayah pedesaan. Berdasarkan data APJII (2024), penetrasi internet di daerah pedesaan baru mencapai 30,5%, jauh tertinggal dibandingkan 69,5% di kawasan perkotaan. Kesenjangan ini menegaskan pentingnya mengatasi tantangan infrastruktur, tidak hanya dengan memperluas kapasitas jaringan di kota-kota padat penduduk, tetapi juga memastikan konektivitas yang lebih merata di wilayah pedesaan dan terpencil yang masih kurang terlayani.
Membangun Infrastruktur AI
Secara global, ratusan miliar dolar digelontorkan untuk pengembangan AI yang mencangkup infrastruktur komputasi, penyimpanan, dan jaringan. Investasi besar ini menghadirkan tantangan baru dalam hal konektivitas yang menuntut rancangan jaringan inovatif dengan kapasitas dan keandalan lebih tinggi serta latensi yang lebih rendah.
Di Indonesia, perusahaan lokal mulai mengambil peran aktif untuk memenuhi kebutuhan ini. Pada Juni 2025, pemerintah meresmikan JK6 milik DCI Indonesia, sebuah fasilitas berstandar dunia dengan kapasitas 36 megawatt yang menjadikannya salah satu pusat data terbesar di Asia Tenggara. Pusat data ini dirancang untuk mempermudah penyimpanan, pemrosesan, dan pertukaran data lintas sektor. Sementara itu, perusahaan lokal lainnya, NeutraDC (anak perusahaan Telkom), tengah membangun infrastruktur di kawasan SIJORI (Singapura, Johor, Riau).
Pada saat yang sama, para hyperscaler global seperti Microsoft, Google Cloud, dan Alibaba Cloud juga telah membangun fasilitas pusat data di Indonesia. Berbagai inisiatif ini mendukung ambisi Indonesia untuk menjadi pusat data center yang AI-ready di kawasan.
Memenuhi Kebutuhan AI
Lebih dari itu, AI juga telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan studi Katadata Insight Center (KIC) mengenai penggunaan AI di masyarakat, 81,2% masyarakat Indonesia menggunakan AI untuk mencari informasi, 46,7% untuk berbelanja online, dan 44,8% untuk mengedit foto dan video.
Hal ini mencerminkan permintaan terhadap AI inference, yaitu proses ketika model yang telah dilatih menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memberikan jawaban, membuat prediksi, atau mengambil keputusan dalam berbagai kasus nyata. Misalnya, melalui AI inference, robot di pabrik dapat mengenali cacat pada lini produksi dan secara proaktif mengambil tindakan yang diperlukan. Proses ini membutuhkan jaringan yang mampu menangani arus data besar serta memberikan respons dalam hitungan milidetik.
Kesiapan AI Dimulai Sekarang
Pemerintah Indonesia, melalui strategi nasionalnya, telah menunjukkan kesiapan untuk mengintegrasikan AI dengan roadmap yang jelas. Namun, rencana ini perlu dilengkapi dengan tindakan bersama yang terkoordinasi.
Penyedia layanan, penyedia cloud, dan pembuat kebijakan kini bekerja sama untuk menjembatani kesenjangan infrastruktur yang berisiko membuat beberapa wilayah tertinggal. Upaya ini mencakup langkah melampaui pembangunan yang berfokus pada kota besar, menuju jaringan yang lebih terdistribusi dan adaptif, dengan cara memperkuat kemampuan di tepi akhir, mempercepat pembangunan jaringan fiber, dan memperluas jangkauan ke daerah yang belum terlayani secara optimal.
Jika AI ingin mendorong kemajuan yang berarti di seluruh negeri, sekaranglah saat yang tepat untuk membangun jaringan yang akan menjadi fondasinya. Hanya dengan infrastruktur jaringan yang kuat dan tepat, potensi penuh AI dapat benar-benar tercapai. Seiring dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan teknologi di kawasan ini, Indonesia memiliki peluang besar yang tidak boleh dilewatkan yakni untuk menetapkan peran strategisnya dalam masa depan AI di Asia Tenggara.