Viral Ortu di Subang Marahi Guru yang Tampar Anak karena Panjat Tembok Sekolah
kumparanNEWS November 06, 2025 01:20 PM
Sebuah video perselisihan antara seorang guru pria dan orang tua murid di sebuah SMP di Kabupaten Serang, Banten, beredar di media sosial. Tampak keduanya adu mulut hebat. Guru tersebut bernama Rana Setiaputra.
Dalam video itu tampak orang tua murid datang ke sekolah dengan penuh emosi sambil mencak-mencak. Ia tak terima anaknya, ZR (16), ditampar oleh Rana.
Dalam keterangannya, Rana membenarkan menampar siswa. Ia menyebut, perilaku tersebut bukan tanpa alasan.
"Karena diomongin baik-baik sudah tidak nurut, dengan cara-cara biasa anak-anak sudah pada ngelunjak," ujar Rana dalam sebuah video.
Perilaku ngelunjak yang dimaksud Rana adalah para siswa itu memanjat tembok sekolah hingga menyebabkan tembok roboh.
Sementara itu, orang tua murid bernama Deni Rukmana mengakui kesalahan sang anak. Namun menurutnya hukuman yang diberikan jangan berbentuk fisik.
"Saya akui anak saya salah gara-gara manjat tembok sampai roboh, tapi saya tidak suka cara guru sudah pakai kekerasan, dan bukan anak saya saja yang kena gampar, 8 anak kena gampar," tulisnya dalam keterangan unggahan video di akun Instagramnya.
Menurutnya saat itu anaknya telat masuk sekolah dan masuk melalui tembok belakang pagar sekolah.
Orang tua siswa tersebut sempat mengancam akan melaporkan tindakan guru tersebut ke Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, namun menurutnya dia ditantang balik oleh guru tersebut.
Penjelasan Sekolah: Saling Memaafkan
Wakasek Sarana dan Prasarana SMPN 2 Jalancagak Subang, Yaumi Basuki, memberikan keterangan terkait peristiwa ini.
Pihak sekolah mengakui adanya kekeliruan dalam proses pendisiplinan, dan menyebut peristiwa itu berawal dari kesalahpahaman.
Yaumi mengatakan, guru tersebut awalnya berupaya menegakkan kedisiplinan karena ZR dan tujuh siswa lain diketahui meloncat pagar sekolah untuk bolos.
"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," ujar Yaumi, Rabu (5/11).
Yaumi menegaskan, setelah kejadian, pihak sekolah langsung melakukan mediasi dengan guru, orang tua ZR, dan pihak sekolah pada Selasa (4/11).
Namun, setelah mediasi dan dianggap selesai, pihak orang tua tetap memutuskan untuk mempublikasikan kejadian tersebut di media sosial.
"Kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. Tapi pada hari Selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf," ujar Yaumi.
Peristiwa pendisiplinan itu, kata Yaumi, terkait larangan meloncat pagar sekolah yang baru saja selesai dibangun.
"Pagar ini baru selesai dua minggu. Kami sudah wanti-wanti supaya dijaga. Tapi beberapa siswa masih loncat pagar, termasuk ZR dan teman-temannya," kata Yaumi.
Ia mengatakan, pihak sekolah khawatir pagar yang baru dibangun rusak kembali, mengingat sebelumnya bagian pagar sempat roboh karena ulah siswa dan cuaca.
8 Siswa Disanksi Disiplin
Yaumi menyebut ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.
"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," katanya.
Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk penegakan disiplin, pihak sekolah mengakui cara tersebut keliru.
"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.
Sebelumnya, ZR disebut oleh Yaumi sudah beberapa kali melakukan pelanggaran sejak kelas VII. Orang tuanya juga pernah dipanggil.
Sampai ke Telinga Dedi Mulyadi: Ortu Harus Sadar Diri
Perbesar
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Foto: kumparan
Kasus ini mendapat perhatian dari Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, yang langsung memanggil guru tersebut dan Kepala Sekolah SMPN 2 Jalancagak.
Melalui akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71, mengunggah pertemuan dengan pihak guru untuk meminta penjelasan.
“Karena anaknya merokok, kemudian berkelahi dan loncat (dari tembok sekolah),” jelas sang guru kepada Dedi.
“Artinya ada kekeliruan oleh anak tersebut,” tegas Dedi.
Ia menambahkan bahwa kasus tersebut perlu segera diselesaikan dengan bijak.
“Saya sudah mendengarkan apa yang menjadi latar belakangnya. Selanjutnya saya juga akan bertemu dengan orang tuanya. Saya pikir masalah ini harus segera selesai,” ucapnya.
Dedi meminta kepada pihak orang tua untuk mempercayakan cara mendidik anak ke guru saat anak berada di sekolah.
"Guru juga masih punya kesabaran dan perasaan tak mungkin berlebihan mendidik anak dengan kekerasan. Jika anaknya tak melawan dan ngelunjak, saya yakin guru nggak akan nampar," pungkas Kang Dedi.