Ringkasan Berita:
- GDST (produsen steel plate) berhasil meningkatkan ekspor ke pasar Filipina dan Korea Selatan (total 19 ribu ton di Ags & Okt 2025).
- Total penjualan ekspor hingga Okt 2025 mencapai 22 ribu ton (naik 590 persen dari 2024), kontribusi ekspor naik 242,77 % .
- GDST menghadapi kendala ekspor ke Eropa (margin kurang menarik) dan bea masuk anti dumping di AS, Kanada, Australia, Meksiko.
- Total penjualan hingga Sept 2025 capai Rp 1,788 triliun; target 2025 Rp 2,4 triliun (proyeksi laba 4 % , turun dari 9 % di 2024).
SURYA.co.id | SURABAYA - PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk atau yang melantai di pasar bursa dengan kode GDST menggelar public expose kinerja hingga September 2025, Kamis (6/11/2025).
Dalam kegiatan tersebut Direktur GDST Hadi Sutjipto menyampaikan hasil kinerja ekspor perseroan yang bergerak di bidang produksi steel plate (plat baja) di tahun 2025 ini yang berhasil masuk ke pasar Filipina dan Korea Selatan (Korsel).
"Pada bulan Agustus dan Oktober 2025 lalu, perseroan berhasil melakukan penjualan ekspor sebesar 8 ribu ton dan 11 ribu ton ke Filipina dan Korsel. Total penjualan ekspor sampai dengan Oktober, di tahun 2025 ini mencapai 22 ribu ton atau naik 590 persen dibanding tahun 2024," kata Hadi, dalam public expose yang digelar di pabrik GDST di kawasan Margomulyo, Kota Surabaya tersebut.
Momentum tersebut diharapkan bisa peningkatan penjualan ekspor di masa mendatang.
Mengingat sebelumnya, GDST masih menghadapi kendala ekspor untuk ke pasar Eropa dan masih adanya penerapan bea masuk anti dumping ke negara-negara tujuan ekspor yang sebelumnya menjadi pasar bagi perseroan.
"Kendala ekspor pasar Eropa karena marginnya yang kurang menarik akibat bersaingan dengan negara-negara produsen plat baja lainnya. Seperti China, Korsel dan Jepang," jelas Hadi.
Sementara negara-negara yang menerapkan pengenaan bea masuk anti dumping untuk melindungi industri sejenis mereka adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia dan Meksiko.
"Tapi kami tetap berupa untuk masuk ke pasar baru. Termasuk mempertahankan serta meningkatkan pasar ekspor existing kami di Singapura dan Malaysia," ungkapnya.
Hingga September 2025, kontribusi penjualan ekspor naik 242,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 dengan nilai mencapai Rp 110,896 miliar.
Sementara pasar domestik, hingga September 2025 penjualan mencapai Rp 1,677 triliun.
Turun 7,30 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.
Secara total perseroan mencatatkan penjualan baik dari ekspor maupun domestik sebesar Rp 1,788 triliun.
Didampingi Sigis Bahak Mustawan, Corporate Secretary GDST, Hadi menyebut, hingga akhir tahun, pihaknya mentargetkan penjualan total bisa mencapai Rp 2,6 triliun.
Dengan target laba setelah pajak sebesar 5 persen dari penjualan bersih atau Rp 130 miliar.
Namun dengan kondisi pasar dan industri baja saat ini, perseroan memperkirakan penjualan 2025 hanya tercapai Rp 2,4 triliun dengan proyeksi laba 4 persen.
"Proyeksi laba ini menurun dibanding tahun 2024 sebesar 9 persen, terutama disebabkan turunnya harga jual dan kenaikan kurs dolar AS," pungkas Hadi.