Bagaimana Kematangan Emosional Bisa Menunjukkan Kesiapan Menuju Pernikahan? Begini Penjelasan Psikolog
Faza Anjainah Ghautsy November 09, 2025 10:34 AM

Grid.ID- Bagaimana kematangan emosional bisa menunjukkan kesiapan menuju pernikahan? Begini penjelasan dari psikolog.

Banyak orang beranggapan bahwa kesiapan menikah cukup diukur dari usia atau kondisi finansial, padahal ada aspek lain yang tidak kalah penting, yaitu kematangan emosional. Faktor ini menjadi dasar yang kuat dalam membangun hubungan yang sehat dan saling memahami antara pasangan.

Psikolog Klinis Ayu Mas Yoca Hapsari, M.Psi., menjelaskan bahwa kematangan emosional merupakan aspek yang sangat penting dimiliki seseorang sebelum memutuskan untuk menikah. Aspek ini menjadi dasar dalam membangun hubungan yang sehat, saling memahami, serta mampu bertahan dalam jangka panjang.

“Kematangan emosional penting bukan hanya dalam hubungan, tapi untuk individu juga,” ujar Ayu, dilansir dari Kompas.com.

Individu yang memiliki kematangan emosional umumnya mampu mengenali, mengendalikan, dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang tepat. Mereka tidak mudah terbawa emosi dan dapat menjaga keseimbangan dalam menghadapi tekanan hidup maupun konflik dengan pasangan.

Kematangan emosional membuat seseorang lebih stabil ketika menghadapi perubahan dan tantangan dalam kehidupan, termasuk dalam pernikahan. Kemampuan ini juga membantu menjaga hubungan agar tetap harmonis dan tidak mudah terguncang oleh perbedaan pendapat.

Ayu menjelaskan bahwa orang yang belum matang secara emosional sering kali kesulitan memahami perasaannya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung bereaksi secara impulsif atau meledak-ledak ketika berada dalam situasi yang menekan.

“Kalau kamu tidak tahu apa yang sedang dirasakan dan juga pengelolaan emosinya juga buruk, bahkan mengungkapkan emosi dengan cara yang meledak-ledak, maka itu tanda belum punya kematangan emosional,” jelasnya.

Kondisi tersebut dapat menjadi sumber konflik baru setelah menikah dan memengaruhi keharmonisan rumah tangga. Oleh karena itu, kemampuan mengelola emosi menjadi kunci penting agar pasangan dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat.

“Hal ini bisa berpotensi memunculkan konflik baru setelah menikah. Maka lebih baik dimatangkan dulu emosinya sebelum menikah,” tutur Ayu.

“Mulai dikenali dulu sebenarnya kamu itu merasa apa, gimana cara mengelola, dan juga mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih sehat,” ujarnya.

Dengan mengenali emosi, seseorang dapat memahami kebutuhan diri dan menentukan respons yang tepat terhadap berbagai situasi. Misalnya, saat merasa marah, individu yang matang secara emosional akan memilih menenangkan diri terlebih dahulu sebelum berbicara dengan pasangannya.

Ayu juga menambahkan bahwa kesiapan menikah dapat dilihat dari dua sisi utama, yaitu intrapersonal dan interpersonal. Aspek intrapersonal berkaitan dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, sedangkan aspek interpersonal mencakup kehidupan sosial dengan orang lain.

“Intrapersonal itu adalah interaksi kita dengan diri sendiri, bagaimana kita merefleksi diri, memahami emosi kita,” tutur Ayu.

“Sementara interpersonal itu adalah bagaimana interaksi kita dengan orang di luar diri. Contohnya kita bertukar pendapat dengan orang di sekitar,” tambahnya.

Ayu menegaskan bahwa pernikahan yang langgeng tidak hanya bergantung pada cinta, tetapi juga pada kemampuan pasangan untuk saling memahami dan mengelola emosi dengan bijak. Kematangan emosional membantu setiap individu menghadapi konflik tanpa menyalahkan satu sama lain serta menjaga komunikasi tetap terbuka dan sehat.

Sementara itu, melansir dari TribunHealth.com, kematangan emosional yang menunjukkan kesiapan menuju pernikahan bisa dilihat dari kemampuan dalam memecahkan masalah. Selain itu, ada juga komunikasi yang efektif, menghadapi tantangan dengan bijaksana, serta mampu bekerja untuk mencari nafkah.

Psikolog Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. menjelaskan bahwa setelah memasuki kehidupan pernikahan, bekerja menjadi hal yang penting. Hal ini agar kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, baik kebutuhan sehari-hati, finansial, maupun perencanaan masa depan.

"Tentunya mental harus siap, bagaimana memecahkan masalah, mengendalikan emosi, terus saat hidup mengalami kekurangan apa yang perlu dilakukan," ujar Adib.

Dalam kehidupan berumah tangga, tentu akan ada berbagai tantangan dan masalah yang harus dihadapi bersama. Hal ini bisa menjadi lebih sulit jika seseorang memutuskan untuk menikah di usia dini atau saat belum cukup matang, baik secara emosional maupun mental.

"Seseorang yang dewasa atau matang sebenarnya tidak terpengaruh pada usia, tetapi tergantung bagaimana cara berfikir, cara berkomunisasi, cara memandang masalah, dan cara memutuskan sesuatu," jelasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.