Grid.ID - Polisi mengungkap fakta penemuan kerangka Reno dan Farhan. Jasad Reno dan Fahan sebelumnya ditemukan di Gedung ACC Kwitang, Jakarta Pusat.
Penemuan jasad korban berawal saat tim inspeksi PT QIES, selaku vendor renovasi gedung, mencium aroma tak sedap di lantai dua Gedung ACC, tepatnya di ruang underwriting. Dari lokasi itu, ditemukan dua kerangka manusia yang tertimbun reruntuhan plafon dan puing bangunan.
Polisi kemudian mengambil sampel DNA dari keluarga Reno untuk proses identifikasi. Pengumuman hasil tes DNA tersebut dilakukan di RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (7/11/2025).
Setelah melalui sejumlah proses, polisi akhirnya mengungkap sejumlah fakta. Berikut ini merupakan beberapa fakta penemuan kerangka Reno dan Farhan yang berhasil dirangkum.
Melansir tribunnews.com, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, menegaskan bahwa Reno dan Farhan terjebak di dalam gedung saat kebakaran terjadi. Rekaman video amatir menunjukkan keduanya berada di sekitar lokasi saat kerusuhan berlangsung. Polisi memastikan tidak ada indikasi pemindahan jenazah atau pembunuhan.
"Pada saat ditemukan itu kan saat olah TKP, termasuk dilihat ada bukti-bukti yang mendukung bahwa jenazah itu berada di situ. Kenapa? Karena tertimpa oleh puing-puing," kata Budi, Jumat (7/11/2025).
Ia menjelaskan, kondisi puing dan posisi jenazah di lokasi memperkuat dugaan bahwa korban memang berada di gedung saat kebakaran terjadi, bukan diletakkan setelahnya.
"Jadi puing-puing ini kan bisa kita lihat, apakah itu diletakkan orang setelah menaruh jenazah atau memang dalam kondisi yang saat kejadian memang runtuh. Ini dijelaskan juga oleh pemilik gedung bahwa dinding, atap, dan beberapa komponen bangunan memang mudah rapuh dan runtuh," ujarnya.

Budi menambahkan, dua kerangka yang teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid ditemukan berdekatan di lantai dua gedung.
"Posisinya saling berdekatan, sekitar satu sampai dua meter. Mereka terjebak di lantai dua karena memang ada tralis, jadi tidak bisa untuk melarikan diri," jelasnya.
Dilansir dari Kompas.com, polisi ungkap fakta penemuan kerangka Reno dan Farhan. Terkuak hasil identifikasi dua kerangka manusia yang ditemukan di Gedung ACC Kwitang, Jakarta Pusat.
Tim Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati memastikan kerangka tersebut merupakan Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan, dua orang yang sebelumnya dinyatakan hilang sejak demo berujung ricuh pada Agustus 2025. Kepala Biro Laboratorium Kedokteran dan Kesehatan (Labdokkes) Polri Brigjen Sumy Hastry menjelaskan, identifikasi dilakukan melalui analisis tulang tengkorak, panggul, pemeriksaan DNA, serta kecocokan gigi jenazah.
"Hasil pemeriksaan DNA dan gigi post mortem 0080 cocok dengan Ante Mortem 002 sehingga teridentifikasi Reno Syahputra Dewo anak biologis dari bapak Muahamad Yasin," ujar Sumy di RS Polri Kramat Jati, Jumat (7/11/2025).
Ia menambahkan, identifikasi terhadap kerangka lainnya dilakukan melalui data sekunder berupa perhiasan kalung dan kepala ikat pinggang, serta pemeriksaan DNA tulang.
"Hasil pemeriksaan nomer Post mortem 0081 cocok dengan ante mortem 001 sehingga teridentifikasi Muhammad Farhan," jelasnya.
Terlihat di sekitar lokasi saat kericuhan
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto menyampaikan, kedua korban sempat terlihat di sekitar Gedung ACC saat kerusuhan terjadi.
"Ada video amatir yang menunjukan dua orang itu berada di sekitar lokasi kejadian kalau kegiatannya kami enggak bisa (memastikan)," kata Budi.
Budi menuturkan, saat itu anggota Brimob tengah bertahan dari serangan massa, termasuk provokasi yang datang dari arah gedung.
"Kita melakukan defense terhadap itu, tetapi serangan banyak, salah satunya ada provokasi di gedung," ujarnya.
"Kenapa gedung itu menjadi suatu titik sasaran? Ada provokasi yang disampaikan sehingga gedung itu menjadi titik amuk yang dilakukan pembakaran," ujarnya.
Bukan korban pembunuhan
Budi memastikan Reno dan Farhan meninggal karena terjebak dalam kebakaran yang melanda gedung, bukan akibat tindak kekerasan.
"Bukan (korban pembunuhan)," tegas Budi.
Budi menjelaskan, Reno dan Farhan tewas akibat kebakaran yang terjadi di Gedung ACC pada akhir Agustus 2025 lalu.
"Yang bersangkutan terperangkap di gedung yang terbakar pada saat aksi kerusuhan, bukan korban pembunuhan," tambahnya.
Kedua kerangka ditemukan berdekatan di lantai dua gedung dalam kondisi tertimpa reruntuhan.
"Saling berdekatan, kedua (korban) itu (jasadnya berada) di lantai dua. (Mereka) terjebak (kebakaran) karena memang di lantai dua itu diteralis, jadi tidak bisa untuk melarikan diri," jelas Budi.
Berdasarkan temuan di lapangan, ditemukan fakta penemuan kerangka Reno dan Farhan. Keduanya sudah menjadi kerangka tertimpa puing saat pertama kali ditemukan.
“Itu kan saat olah TKP termasuk dilihat ada bukti-bukti yang mendukung, bahwa jenazah itu berada di situ, kenapa? Tertimpa oleh puing-puing. Apakah itu diletakkan orang setelah menaruh jenazah atau memang dalam kondisi yang saat kejadian memang runtuh,” ungkap Budi.
Baru ditemukan dua bulan setelah kebakaran
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat Roby Saputra menjelaskan, kerangka korban baru dapat ditemukan karena tertimbun puing dan kondisi sisa kebakaran menyulitkan proses identifikasi. Pascakebakaran, kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pertama pada 2 September 2025 usai pemilik gedung melaporkan insiden kebakaran.
Namun, saat itu hasil olah TKP tidak menemukan kerangka kedua korban. Polisi juga tidak mencium apa pun di sana.
“Karena dari lokasi tersebut itu bercampur dengan puing-puing sisa kebakaran,” ujar Roby.
Pada 19 September 2025, tim Labfor juga melakukan olah TKP dan tidak menemukan kerangka korban.
“Tanggal 19 (September) juga ada lagi dari Labfor. Iya karena memang kondisinya kalau kebakaran, kalau daging terbakar itu sama dengan bau kayu terbakar gitu, kalau terbakar yang full menyeluruh,” terang Roby.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan bahwa dengan ditemukannya Reno dan Farhan, jumlah korban tewas dalam kerusuhan Agustus 2025 bertambah menjadi 11 orang.
"Jumlah orang yang meninggal dalam peristiwa unjuk rasa dan kerusuhan menjadi 11 orang, yang selama ini ada sembilan di berbagai daerah," kata Komisioner Komnas HAM Saurlin P. Siagian.