Makkah (ANTARA) - Matahari sore perlahan merunduk di ufuk barat kota Makkah. Cahaya keemasan mulai membias menyelimuti langit Masjidil Haram serta gedung-gedung sekitarnya.

Sementara menara Abraj Al-Bait, atau yang dikenal sebagai Zamzam Tower, berdiri megah seolah menatap langsung sang surya yang perlahan tenggelam.

Di satu bukit, rombongan umrah dari berbagai daerah tampak berhenti sejenak. Mereka menatap cakrawala, menunggu satu momen ketika matahari tampak sejajar dengan menara tertinggi di Makkah itu.

Pemandangan semacam ini tidak bisa dinikmati dari sembarang tempat. Salah satu titik terbaik untuk menyaksikannya adalah Jabal Khandamah, sebuah bukit di sisi timur Makkah yang kini kian sering dikunjungi wisatawan.

Gersang, namun menawan

Jabal Khandamah merupakan satu dari banyak bukit yang mengelilingi kota Makkah. Bukit ini terletak sekitar 6,5 kilometer dari Masjidil Haram.

Kendati tidak sepopuler Jabal Nur yang dikenal karena Gua Hira-nya, atau Jabal Rahmah yang menjadi simbol pertemuan Nabi Adam dan Hawa, Jabal Khandamah punya daya tarik tersendiri.

Gemerlap cahaya kota Makkah sore hari dari Jabal Khandamah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (29/10/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

Dari bukit ini, pemandangan kota Makkah yang terbentang luas bisa dinikmati dari ketinggian. Para pengunjung bisa melihat hampir keseluruhan pemandangan kota Makkah, termasuk keagungan Masjidil Haram dari atas.

Medannya gersang dan berbatu, khas bentang alam Hijaz. Permukaannya dipenuhi batu-batu hitam keras yang memantulkan panas matahari.

Siang hari, suhu di sini bisa mencapai lebih dari 40 derajat celsius. Tak heran, hampir tak ada pengunjung yang datang saat matahari sedang terik. Namun sebaliknya, menjelang sore, suasana berubah. Angin mulai berembus lembut, langit berwarna oranye keemasan, dan udara terasa lebih bersahabat. Inilah waktu terbaik untuk berkunjung mengejar senja di atas Makkah.

Perjalanan menuju puncak Jabal Khandamah tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20 menit berkendara dari kompleks Masjidil Haram. Jalan menuju titik pengamatan (viewpoint) cukup menanjak dan berkelok, namun masih bisa dilalui mobil. Biasanya, mobil parkir di sisi bukit.

Dari situ, para pengunjung tinggal berjalan kaki beberapa meter untuk sampai di tepian tebing yang dikenal sebagai titik pengamatan, tempat pemandangan Makkah terbentang di depan mata.

"Kalau siang pasti panas sekali, tapi kalau sore menjelang maghrib, anginnya sejuk dan pemandangannya cantik," ujar Mujiono (59), peserta umrah asal Yogyakarta, Indonesia.

Sore itu, jamaah pemenang program UMRAH untuk Sahabat Adira itu datang bersama rombongan yang lain. Dengan biaya tambahan sekitar 25 riyal, perjalanan singkat ini menurutnya sangat layak dikunjungi di sela perjalanan umrah.

"Dari sini bisa melihat semua kota Makkah," katanya.

Rombongan jamaah program UMRAH untuk Sahabat Adira sedang asyik berfoto dengan latar kota Makkah, Jabal Khandamah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (29/10/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

Sekitar pukul 17.00 waktu setempat, di atas Jabal Khandamah suasana terasa damai. Angin sore berhembus pelan dari lembah, kendati masih terasa kering. Dari atas, Masjidil Haram tampak seperti permata putih dengan pijaran lampu putih di tengah lautan bangunan. Abraj Al-Bait berdiri kokoh, dikelilingi gedung-gedung perhotelan yang padat memenuhi celah-celah Makkah al-Mukarramah.

Para peserta umrah terpaku mengamati pemandangan itu sambil duduk di atas bebatuan pinggir bukit. Untuk mengabadikan momen, banyak dari mereka yang juga sibuk memotret pemandangan dengan gawai masing-masing.

Saksi sejarah Rasulullah SAW

Di balik ketenangan sore yang memukau itu, Jabal Khandamah menyimpan sejarah panjang yang mengiringi perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Bukit ini pernah menjadi bagian dari jalur yang dilalui Nabi saat berhijrah dari Makkah menuju Madinah. Dalam perjalanan penuh risiko itu, Rasulullah SAW dan sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu (RA), melewati berbagai medan berat, termasuk perbukitan di sekitar Khandamah.

Kontur terjal dan berbatu membuat kawasan ini menjadi tempat perlindungan yang ideal dari ancaman kaum Quraisy yang mengejar mereka.

Tak hanya itu, Jabal Khandamah juga tercatat dalam peristiwa Penaklukan Kota Makkah atau yang dikenal sebagai Fathu Makkah. Ketika Rasulullah SAW bersama 10 ribu pasukan Muslim memasuki kota dengan damai, sebagian pasukan melintasi wilayah timur, termasuk jalur di sekitar Khandamah. Dari arah bukit inilah mereka turun menuju lembah Makkah, memastikan penaklukan berlangsung tanpa pertumpahan darah.

Namun jauh sebelum itu, konon Jabal Khandamah juga menjadi saksi masa kelam dalam sejarah awal Islam.

Di lembah-lembah di sekitar bukit ini, Rasulullah SAW dan para pengikutnya dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib pernah mengalami masa boikot oleh kaum Quraisy selama tiga tahun.

Mereka diisolasi dari perdagangan dan kehidupan sosial, dilarang berinteraksi, bahkan sulit mendapatkan makanan. Dalam beberapa riwayat disebutkan, mereka bertahan hidup dengan memakan dedaunan kering dan kulit hewan. Tangis anak-anak yang kelaparan disebut pernah bergema di antara bebatuan bukit.

Namun, dari penderitaan itulah lahir keteguhan iman yang luar biasa. Khandamah beserta bentang perbukitan di sekitarnya menjadi simbol kesabaran dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Dari lembah di sekitarnya, cahaya Islam justru menyala semakin terang.

Kini, Jabal Khandamah bukan lagi tempat persembunyian atau pengasingan. Ia menjadi ruang perenungan dan obyek wisata yang dicari jamaah umrah. Dari puncaknya, Makkah tampak dalam dua wajah. Makkah yang modern dengan gemerlap lampu dan gedung-gedung yang padat, serta sisi Makkah yang spiritual dengan Masjidil Haram dan Ka'bah sebagai pusat cahaya yang tak pernah padam.

Pemandangan matahari terbenam kota Makkah dari Jabal Khandamah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (29/10/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

Menjelang maghrib, langit Makkah kian berubah. Cahaya oranye perlahan memudar berganti gelap.

Suara azan dari Masjidil Haram mulai terdengar menggema lembut. Para anggota jamaah terdiam, sebagian menengadahkan tangan, namun tak sedikit yang memegang gawai untuk mengambil video kota Makkah dengan iringan suara azan. Kemudian, lampu-lampu kota mulai menyala satu per satu.

Selepas azan, rombongan pun masuk ke mobil masing-masing untuk turun bukit dan menunaikan shalat maghrib. Saat langkah-langkah mereka menjauh, Jabal Khandamah kembali sunyi. Hanya angin senja yang tersisa, berhembus lembut menyentuh batu-batu yang kini mulai dingin.

Jabal Khandamah pun kembali pada keheningannya.