Penampakan Jaring Laba-laba Terbesar di Dunia, Dibuat oleh 111.000 Arakhnida
kumparanSAINS November 10, 2025 02:40 PM
Ilmuwan menemukan sebuah jaring laba-laba raksasa di bawah tanah perbatasan Albania dan Yunani. Saking besar ukurannya, peneliti menyebut bahwa jaring ini mampu menjerat paus sekali pun.
Diterbitkan di jurnal Subterranean Biology, sarang ini membentang seluas 106 meter persegi, menjadikannya sarang laba-laba terbesar yang pernah ditemukan. Peneliti menyebut, jaring tersebut diciptakan bukan oleh satu laba-laba raksasa.
Hasil penelusuran peneliti di dalam gua yang lembap, mereka memperkirakan bahwa jaring tersebut dibangun oleh sekitar 111.000 arakhnida yang hidup berkoloni. Yang menarik, sarang tersebut tidak dibuat oleh satu jenis laba-laba, melainkan hasil gotong royong dari dua spesies berbeda.
Dari sampel genetik yang diambil, diketahui sekitar 69.000 ekor laba-laba rumah (barn funnel weaver) dan lebih dari 42.000 ekor Prinerigone vagans ikut membangun sarang ini. Para ilmuwan menyebut temuan ini sebagai kasus pertama yang terdokumentasi di mana dua spesies laba-laba bekerja sama membuat jaring koloni.
Biasanya, kedua jenis laba-laba ini hidup terpisah dan tidak berinteraksi di permukaan. Namun di dalam gua ini, hukum alam tampaknya sedikit berbeda.
Adapun sarang raksasa ini ditemukan di Sulfur Cave, sebuah gua berliku yang sebagian berada di Yunani bagian utara dan sebagian lagi menjulur ke selatan Albania. Bersama dua gua lainnya, kawasan ini membentuk labirin bawah tanah yang diukir oleh Sungai Sarandaporo menembus batuan kapur, menciptakan ngarai Vromoner, yang secara harfiah berarti “air bau” dalam bahasa Yunani.
Nama itu bukan tanpa alasan. Di dalam gua, air mengalir kaya sulfur dengan bau seperti telur busuk atau bahkan lebih tajam. Air berbau tajam itu berasal dari mata air panas alami yang muncul dari dasar gua, membentuk sungai sulfurik yang melintasi gua hingga keluar ke Sungai Sarandaporo.
Perbesar
Tata letak Gua Sulfur, tempat para ilmuwan menemukan jaring laba-laba terbesar di dunia. Foto: Subterranean Biology
Biasanya, kehidupan di Bumi bergantung pada fotosintesis, tumbuhan dan ganggang menyerap energi dari sinar matahari untuk memulai rantai makanan. Namun, di dalam Gua Sulfur, kehidupan bertahan dengan cara berbeda.
Ekosistem di sini disokong oleh chemoautotrophy, di mana mikroorganisme memanfaatkan reaksi kimia dari senyawa sulfur untuk menghasilkan energi, tanpa butuh cahaya sama sekali.
Bakteri penyuka sulfur tumbuh subur di dinding gua, membentuk lapisan lendir lengket (biofilm) yang menjadi makanan bagi larva serangga kecil dan lalat. Dan tentu saja, di atas rantai makanan itu berdiri para laba-laba pemburu, yang memakan serangga-serangga kecil itu.
Tak heran, bagian terbesar dari jaring kolosal ini ditemukan di dinding yang dipenuhi gerombolan lalat kecil, surga bagi ribuan laba-laba lapar.
Meski sarang di Gua Sulfur ini dibangun oleh koloni besar, beberapa spesies laba-laba lain juga bisa menciptakan jaring super besar sendirian. Salah satunya adalah Darwin’s bark spider, laba-laba kecil asal hutan dataran rendah timur Madagaskar.
Meski ukurannya tak lebih besar dari koin, ia mampu membuat jaring bundar raksasa dengan bentang hingga 25 meter di atas sungai. Ukuran jaringnya berkisar antara 900 hingga 28.000 centimeter persegi, cukup untuk menutupi fasad rumah kecil.
Penemuan sarang laba-laba terbesar di dunia ini bukan sekadar rekor baru, tetapi juga cerminan bagaimana kehidupan beradaptasi di tempat paling ekstrem di Bumi. Dari ribuan laba-laba yang bekerja tanpa cahaya, hingga mikroba yang hidup dari reaksi kimia, dan gua sulfur di perbatasan Albania-Yunani membuktikan bahwa alam selalu punya cara untuk bertahan, bahkan di tempat paling aneh sekalipun.