Produksi Film AI ‘Diponegoro Hero’ Cuma Habiskan Rp40 Juta, Siap Tayang di Dubai
Pandangan Jogja November 11, 2025 04:20 AM
Film bertema kepahlawanan berjudul Diponegoro Hero menjadi salah satu karya sinema berbasis kecerdasan buatan (AI) pertama di Indonesia yang akan diikutsertakan dalam kompetisi Festival Film Internasional Dubai 2026.
Film berdurasi 35 menit ini diproduksi dalam waktu satu bulan dengan biaya sekitar Rp40 juta.
Produser film, King Bagus, menjelaskan seluruh proses produksi dilakukan menggunakan teknologi AI, mulai dari penulisan naskah, visualisasi karakter, hingga sinematografi.
“Sekitar 70 persen kami pakai Veo 3 AI, sisanya pakai Flow AI dan beberapa tools dari Google. Semuanya dikerjakan cepat, hanya satu bulan, dengan biaya tak sampai Rp40 juta,” ujarnya kepada Pandangan Jogja, Jumat (7/11).
Perbesar
Produser film AI 'Diponegoro Hero', King Bagus, Jumat (7/11). Foto: Pandangan Jogja/Gigih Imanadi
King menyebut, secara konvensional, film kolosal bertema perang seperti Diponegoro Hero biasanya membutuhkan waktu hingga tiga tahun dengan anggaran mencapai Rp30 miliar.
“AI membuat proses ini jauh lebih efisien. Hasilnya tetap maksimal walau modalnya kecil,” katanya.
Film Diponegoro Hero mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Menurut King, teknologi AI memungkinkan timnya memvisualisasikan kembali babad perjuangan dengan gaya yang lebih segar dan relevan bagi generasi muda.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Diponegoro bukan hanya pahlawan lokal, tapi simbol kebangkitan Nusantara. Dengan visual yang modern, anak muda bisa belajar sejarah tanpa merasa bosan,” jelasnya.
Sebelum tayang, tim produksi berkoordinasi dengan Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi) untuk memastikan keaslian cerita. Ketua Umum Patra Padi, Rahadi Saptata Abra, mengatakan pihaknya memberikan panduan sumber sejarah dan catatan primer agar film tetap akurat.
“Kami arahkan agar sumbernya dari data primer, seperti catatan Babad Diponegoro, Babad Ngayogyakarta, hingga arsip Belanda,” katanya.
Perbesar
Ketua Umum Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi), Rahadi Saptata Abra, Jumat (7/11). Foto: Pandangan Jogja/Gigih Imanadi
Ia menambahkan, pihaknya juga memberi koreksi pada sejumlah detail, termasuk pengucapan istilah dan hubungan antar tokoh.
“Misalnya, cara memanggil antara Diponegoro dan Sentot harus sesuai. Sentot itu adik ipar, bukan kakang,” ujarnya.
Rahadi menilai film ini memiliki nilai edukatif bagi generasi muda.
“Anak-anak sekarang lebih suka belajar lewat gambar daripada membaca. Film seperti ini bisa jadi cara baru mengenalkan sejarah tanpa kehilangan nilai moral,” tuturnya.
Film Diponegoro Hero telah tayang perdana pada 14 Agustus 2025 dan kini tengah disiapkan untuk dikirim ke Dubai. King berharap karya ini dapat menjadi inspirasi bagi sineas muda Indonesia untuk berani bereksperimen dengan teknologi AI.
“Kami terbuka kalau film ini mau diputar di sekolah atau museum. Tujuannya sederhana: memantik rasa ingin tahu generasi muda tentang sejarah bangsanya,” ujarnya.