Saat GKR Mangkubumi Jamu Wagub Kyoto Makan Gudeg Lesehan di Pinggir Jalan Jogja
Pandangan Jogja November 11, 2025 04:20 AM
Bukan di restoran mewah, bukan pula di hotel berbintang. Putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, justru memilih menjamu tamunya dari Kyoto di warung gudeg pinggir jalan — sederhana, tapi penuh kehangatan.
Malam itu, Selasa (4/11) tepat pukul 21.30, GKR Mangkubumi yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DIY, mengajak dua tamu penting dan rombongan dari Jepang, yakni Ketua Dewan Prefektur Kyoto Ryuzo Aramaki dan Wakil Gubernur Kyoto Furukawa Hironiri, menikmati gudeg lesehan di Warung Gudeg Ibukota, Jalan Solo, Yogyakarta.
Tanpa meja atau kursi, mereka duduk di trotoar beralas tikar, di antara riuh kendaraan dan alunan pengamen yang datang silih berganti. Di bawah temaram lampu jalan, sepiring gudeg dan obrolan lintas budaya jadi pengikat hangat malam itu.
Warung Gudeg Ibukota di pinggir Jalan Solo, Jogja. Foto: Pandangan Jogja/Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Warung Gudeg Ibukota di pinggir Jalan Solo, Jogja. Foto: Pandangan Jogja/Widi RH Pradana
Pemilik warung, Murtijah, mengaku tak menyangka warung sederhananya menjadi tempat jamuan tamu penting dari Jepang.
“Kalau dari keluarga Keraton, terutama putri-putri Keraton, memang sering makan di sini. Tapi kalau sampai pejabat Jepang diajak ke sini, saya juga kaget,” ujar Murtijah, Selasa (4/11) malam.
Pemilik warung Gudeg Ibukota, Murtijah. Foto: Pandangan Jogja/Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik warung Gudeg Ibukota, Murtijah. Foto: Pandangan Jogja/Widi RH Pradana
Ia menyebut menu yang paling banyak dipesan malam itu adalah gudeg dengan lauk paha ayam dan telur bacem.
“Senang sekali bisa dikunjungi sama Putri Dalem (GKR Mangkubumi), apalagi mengajak pejabat dari Jepang,” tambahnya.
“Pokoknya maturnuwun sanget kagem Gusti Mangku, kok nggih kepikiran mriki niku sing kulo rasane mak nyes teng ati. (Terima kasih banyak untuk Gusti Mangku, kok bisa terpikir untuk menjamu tamu penting ke sini itu yang bikin hati saya terasa mak nyes),” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, GKR Mangkubumi menjelaskan alasannya memilih tempat lesehan di pinggir jalan.
“Ya simpel aja karena saya sering makan di sini, saya ngajak mereka untuk merasakan makanan yang lokal banget dan sekaligus gudeg ini kan makanan tradisi Jogja,” katanya.
40 Tahun Persahabatan Jogja–Kyoto
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, dan Ketua Dewan Prefektur Kyoto Ryuzo Aramaki. Foto: Dok. Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, dan Ketua Dewan Prefektur Kyoto Ryuzo Aramaki. Foto: Dok. Pemda DIY
Kunjungan rombongan dari Kyoto ke Yogyakarta merupakan bagian dari peringatan 40 tahun kerja sama sister city antara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Prefektur Kyoto. Persahabatan yang telah terjalin selama empat dekade ini meliputi kerja sama di bidang kebudayaan, pendidikan, pariwisata, dan industri.
Dalam jamuan makan malam resmi di Bangsal Kepatihan, Senin (3/11), Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyampaikan bahwa hubungan Yogyakarta dan Kyoto tumbuh dari akar kebudayaan yang sama-sama kuat.
“Jika Kyoto dikenal sebagai ‘Jantung Peradaban Jepang’, maka Jogja adalah ‘Jiwa Peradaban Jawa’. Dua entitas wilayah yang sama-sama menjadikan budaya sebagai panduan untuk menata masa depan. Empat puluh tahun perjalanan kerja sama adalah kisah, tentang bagaimana dua kota berjiwa budaya memaknai persahabatan lintas generasi,” ungkap Sri Sultan dikutip dari keterangan resmi Pemda DIY, Senin (3/11).
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X. Foto: Dok. Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X. Foto: Dok. Pemda DIY
Sultan menambahkan, keberhasilan berbagai program bersama membuat hubungan DIY–Kyoto mendapat penghargaan dari Pemerintah Jepang sebagai salah satu kerja sama daerah paling produktif dan berkelanjutan.
“Empat dekade telah menempa hubungan Kyoto dan Jogja, sebagai dua jiwa kebudayaan, yang saling menuntun menuju kemajuan. Dan atas nama Pemerintah Daerah DIY dan seluruh masyarakatnya, saya menyampaikan terima kasih yang tulus atas persahabatan yang penuh makna ini,” papar Sri Sultan.
“Semoga kunjungan ini mempererat kizuna (hubungan) yang telah kita rawat bersama, dan membuka jalan menuju 40 tahun berikutnya yang lebih gemilang,” tegasnya.
Dari pihak Kyoto, Ketua Dewan Prefektur Kyoto Ryuzo Aramaki menyampaikan tekad untuk memperkuat dan memperluas kolaborasi dengan Yogyakarta.
“Tahun ini Kyoto dan DIY bersama menyambut dan merayakan 40 tahun kerja sama dan persahabatan. Menurut saya Yogyakarta dan Kyoto memiliki banyak kesamaan. Kedua daerah ini kaya dengan budaya tradisional dan juga cagar budaya. Dan saya yakin, ke depan kita dapat meningkatkan hubungan kerja sama Kyoto dan Yogyakarta,” ujarnya.
Ketua Dewan Prefektur Kyoto, Ryuzo Aramaki. Foto: Dok. Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Prefektur Kyoto, Ryuzo Aramaki. Foto: Dok. Pemda DIY
Aramaki menambahkan, dalam pertemuannya dengan Sri Sultan, keduanya sepakat memperluas kerja sama ke bidang industri, pendidikan, dan ekonomi.
“Kami juga ingin sekali untuk membawa semangat kerja sama yang semakin dikukuhkan pada malam ini ke Kyoto. Kami berharap, Sri Sultan diberi kesehatan karena sosok beliau sangat penting untuk merealisasikan kerja sama ke depannya antara Yogyakarta dan Kyoto,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Aramaki juga menyampaikan penghormatan atas penghargaan The Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star yang dianugerahkan kepada Sri Sultan oleh Pemerintah Jepang.
“Selamat atas penghargaan yang telah diterima. Penghargaan ini merupakan penghargaan yang luar biasa dan bergengsi. Dan saya juga berharap agar Yogyakarta menjadi daerah yang sejahtera dan maju selalu,” ujarnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.