Tangis Warga Suku Anak Dalam Lepas Bilqis Balita Korban Penculikan: Sudah Sangat Dekat
muslimah November 11, 2025 01:32 PM

TRIBUNJATENG.COM - Kisah penculikan Bilqis Ramadhani alias BQ balita usia 4 tahun asal Makassar menjadi viral.

Penculikan dilakukan sebuah komplotan. Bilqis kemudian dijual dan dibawa melintasi pulau dengan jarak ribuan km.

Terakhir, Bilqis dijual ke Suku Anak Dalam (SAD) Jambi seharga Rp 80 Juta.

Saat bersama SAD, Bilqis tampak sudah dekat dengan mereka.

Warga SAD bahkan sempat tak rela melepas Bilqis.

Lantas bagaimana ceritanya SDA bisa mendapatkan Bilqis? 

Salah satu warga SAD bernama Bedengang angkat bicara terkait BQ yang dijual ke kelompoknya.

Begedang menyebut awalnya istrinya didatangi seorang dari luar.

Wanita tersebut diketahui membawa anak perempuan bernama BQ yang diubah namanya jadi Kiky.

Orang luar yang diduga penculik balita BQ tersebut meminta untuk merawat karena diklaim berasal dari keluarga kurang mampu dan tidak sanggup membiayai kehidupannya.

"Penyerahan anak ini disertai selembar surat bermaterai Rp 10 ribu yang menyatakan bahwa anak ini diserahkan oleh ibu kandungnya, dan tidak akan ada tuntut menuntut di kemudian hari," ujar Anggota Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Robert Aritonang dalam pernyataannya, Senin(10/11/2025) melansir dari Tribunnews.com, Senin (10/11/2025).

Namun, sekitar dua hari anak tersebut berada di kawasan Suku Anak Dalam Jambi ada informasi tentang penculikan.  

"Begendang pun menyerahkan anak tersebut ke pihak berwenang," ujar Robert.

KKI Warsi menegaskan dalam kasus ini, Suku Anak Dalam Jambi atau Orang Rimba merupakan korban dari sistem yang lebih besar korban dari kemiskinan struktural. Mereka kehilangan wilayah hidup dan ketidakadilan sosial.

"Ada pihak lain yang memanfaatkan kerentanan mereka. Melalui narasi palsu, janji ekonomi, atau bujukan emosional. Orang Rimba dijadikan alat dalam jejaring kejahatan yang mereka sendiri tidak pahami," kata Robert.

KKI Warsi menyerukan agar penegakan hukum dan pemberitaan media dilakukan dengan perspektif perlindungan terhadap kelompok rentan. Publik dan aparat diminta berhati-hati agar tidak menjadikan Orang Rimba kambing hitam atas persoalan sosial yang lebih luas.

"Yang perlu diusut bukan hanya siapa yang terlibat, tetapi siapa yang memanfaatkan Orang Rimba dan menciptakan kondisi yang membuat mereka terjebak dalam situasi ini," tegas Robert Aritonang.

Dia berharap kasus ini diharapkan menjadi momentum untuk melihat secara utuh problematika Orang Rimba, dan mulai langkah-langkah untuk pemulihan persoalan sosial mereka.

"Bisa dilakukan dengan memperluas akses terhadap pendidikan, layanan dasar, dan pengakuan hak atas wilayah hidup," ujarnya. 

Polisi Sempat Negosiasi Alot dengan SAD

Proses evakuasi BQ ternyata jauh lebih rumit daripada penangkapan para pelaku.

Untuk mendapatkan kembali BQ,Tim Opsnal Satreskrim Polres Kerinci bersama Tim Resmob Polda Jambi dan Tim Satreskrim Polrestabes Makassar, harus bernegosiasi selama dua malam penuh dengan para tetua adat SAD.

Negosiasi itu berlangsung sejak Jumat (7/11/2025) hingga Sabtu  malam di wilayah pedalaman yang hanya bisa ditempuh lewat perjalanan darat belasan jam.

“Dari Merangin masuk lagi ke daerah kampung dalam (SAD) untuk koordinasi dengan kepala-kepala suku adatnya di situ agar anak itu diserahkan kembali,” kata Kasubnit II Jatanras Satreskrim Polrestabes Makassar, Ipda Supriadi Gaffar, Senin (10/11/2025), dilansir dari Kompas.com.

Menurut Supriadi, negosiasi sempat berjalan sangat alot.

Polisi bahkan harus memohon dengan penuh kesabaran agar warga SAD bersedia menyerahkan Bilqis.

“Kami memohon karena kami datang dengan hati nurani. Kalau anak itu tidak pulang, kami juga tidak akan pulang. Kami bujuk terus, mereka bertahan, karena sudah menganggap anak itu sebagai milik mereka sendiri,” ujarnya.

Saat akhirnya BQ  diserahkan, suasana berubah menjadi haru.

Warga SAD menangis, sementara BQ sempat meronta karena sudah begitu dekat dengan orang-orang yang merawatnya.

“Iya, betul, orang di sana menangis. BQ sempat meronta karena menganggap itu bapaknya, saking dekatnya mereka,” kata Supriadi.

Terungkap BQ sempat diganti nama saat dijual. Dia dikenalkan dengan nama Kiky saat dijual.

Sebelumnya, Tim Opsnal Satreskrim Polres Kerinci mendapat informasi dari Tim Satreskrim Polrestabes Makassar, bahwa pelaku penculikan atas nama Adefrianto Syahputra S dan Mery Ana berada di Kota Sungai Penuh. 

Tim lintas provinsi itu meminta back-up untuk melakukan penangkapan. 

Akhirnya, Tim Opsnal Satreskrim Polres Kerinci bersama Tim Resmob Polda Jambi dan Tim Satreskrim Polrestabes Makassar, melakukan penyelidikan terkait keberadaan atau alamat pelaku di wilayah Kota Sungai Penuh.

Direktur Reserse Kriminal Tindak Pidana Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi, Kombes Pol Jimmy Christian Samma mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan informasi terkait dengan penculikan anak.

Pada Jumat (7/11), ada informasi bahwa pelaku sementara waktu menginap di sebuah tempat dekat Masjid Raya, Kelurahan Pasar Sungai Penuh, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh. 

Sekira pukul 13.30 WIB, polisi menyergap pelaku Ade dan Mery.

Berdasarkan keterangan kedua pelaku, sebelum ke Sungai Penuh, mereka telah menjual BR ke kawasan Suku Anak Dalam di Desa Mentawak, Kabupaten Merangin, dengan harga Rp80 juta.

Berbekal informasi itu, selanjutnya, Tim Satreskrim Polrestabes Makassar dan Tim Resmob Polda Jambi membawa pelaku Adefrianto Syahputra S dan Mery Ana untuk mencari BR ke Merangin.

Di sana, tim gabungan melakukan pendekatan persuasif kepada para temenggung (pimpinan) Suku Anak Dalam untuk membantu proses pengembalian anak.

Upaya itu berhasil, korban ditinggal hidup di sebuah gubuk di tengah hutan sebuah perkampungan SAD.

"Di Merangin dapat data, siapa saja orang yang terlibat kemudian dilakukan penangkapan bersama anggota Polrestabes Makassar kemudian dikembangkan. Kita simpulkan bahwa anak itu ada di hutan di perkampungan Suku Anak Dalam," jelas Kombes Pol Jimmy, dilansir dari Tribunjambi.com.

Saat ditemukan, BQ dalam keadaan sehat namun sedikit syok karena telah terpisah dengan keluarganya lebih dari satu pekan.

"Anak tersebut cukup baik, cuma memang sudah banyak komunikasi dengan banyak orang SAD jadi anaknya ada kebingungan," ujarnyam

Selain itu, saat ditemukan BQ juga tidak banyak berbicara.

Jimmy menjelaskan anak tersebut diduga trauma karena selama diculik, sudah beberapa kali dipindahkan tangankan oleh orang-orang yang berbeda.

"Kemudian juga dia banyak ketemu orang beda. Dari Makassar beda, yang ambil beda, kemudian di Jambi kemudian dioper oleh kedua pelaku yang namanya Meriani dan pacarnya. Kemudian dipindahkan lagi ke orang namanya Lina kemudian di bawa ke Suku Anak Dalam," jelas Jimmy.

Saat ini, BQ sudah dikembalikan kepada orangtuanya di Makassar.

Sementara itu, Polisi kini terus mendalami kasus ini untuk membongkar seluruh jaringan yang terlibat dalam tindak pidana penjualan anak ini.

(TribunSumsel.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.