TRIBUNJATENG.COM, MAGELANG - Masih dalam rangka Bulan Ber-Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) menyelenggarakan Kajian Jumat Spesial memperingati Milad Muhammadiyah ke-113. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Jumat (14/11) di Auditorium Kampus 1 UNIMMA dengan menghadirkan Gus Sholahuddin Zuhri, M.Pd., da’i muda Muhammadiyah, sebagai narasumber. Kajian dikemas dalam bentuk diskusi Kemuhammadiyahan yang diikuti dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa.
Dalam kajiannya, Gus Sholahuddin menegaskan bahwa Muhammadiyah sejak awal didirikan merupakan gerakan dakwah dan gerakan amal. Karena itu, setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk terus bergerak, berbuat, dan memberikan manfaat bagi umat. “Gerakan kita adalah gerakan dakwah, gerakan amal. Muhammadiyah itu tipe dakwahnya lil muwajjakhah, yaitu proaktif, rekonstruktif, dan membangun. Bukan sebaliknya, lil mu’arrodhoh yang reaktif dan mudah tersulut,” ungkapnya.
Ia menambahkan, sebagai organisasi yang telah berusia lebih dari satu abad, Muhammadiyah telah menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi dinamika sosial. “Ketika di luar banyak kegaduhan, Muhammadiyah dengan kestabilan dan ketenangan selalu membangun dan selalu mempunyai cara pandang yang jernih.
Kita ini sudah dewasa, Muhammadiyah sudah memperingati milad ke-113, karenanya kita selalu mencari pola, melihat ruang kosong, kemudian mengisi dan melakukan perbaikan demi perbaikan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Gus Sholahuddin mengajak peserta kajian untuk kembali meneladani tradisi pemikiran KH Ahmad Dahlan. “Mari melalui milad ini, kita kembali menengok apa yang menjadi tradisi Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam membangun persyarikatan ini. Kyai Ahmad Dahlan mengkontekstualisasikan teks sehingga teks itu mampu diejawantahkan dan diterjemahkan sebagai solusi jawaban kehidupan dunia,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengingatkan tiga jati diri Muhammadiyah, yaitu sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah, dan gerakan pembaharuan (tajdid). Ketiga identitas itu, menurutnya, harus menjadi refleksi bagi seluruh warga UNIMMA.
“Gerakan islam, pertanyakan pada diri kita, sudahkah kita berislam sesuai tuntunan? Kemudian gerakan dakwah, setelah kita mengetahui tuntunan, sudahkah kita syiarkan? Dan ketika sudah kita syiarkan, lantas memunculkan produk apa sebagai tajdid keumatan, tajdid pembaharuan dalam kehidupan. Maka, cetakan UNIMMA itu, nanti Ketika keluar, mampu menjawab tantangan keumatan,” tuturnya.
Melalui gelaran Kajian Jumat Spesial ini, semakin menguatkan langkah UNIMMA untuk terus menanamkan spirit dakwah, tajdid, dan karakter Kemuhammadiyahan sebagai fondasi dalam melahirkan lulusan yang unggul dan berkomitmen pada gerakan pencerahan.