Desa Sidowarno: Menelusuri Napak Tilas Sejarah Panjang Wayang Kulit yang Semakin Langka
adisaputro November 17, 2025 04:31 AM

TRIBUNWOW.COM – “Tok, tok, tok”, bunyi pukulan palu terdengar nyaring bersahutan di telinga saat mengunjungi Desa Sidowarno di Klaten.

Terlihat, meja panjang banyak terpampang di teras rumah.

Palu kecil (ganden), pisau tatah, besi pipih, lem, lakban dan tatakan memenuhi meja panjang itu.

Tepat di belakangnya, beberapa pria paruh baya tengah dengan telaten mengayunkan palu kecilnya ke besi pipih.

Sembari tangan kirinya memegang besi pipih yang diarahkan ke kulit wayang yang diletakkan di tatakan.

Di beberapa sudut lainnya, beberapa orang dengan tenang tengah mewarnai kulit wayang setelah selesai ditatah.

Goresan cat dengan rapi menghiasi setiap bagian kulit wayang yang sudah ditatah.

Itu hanya sepenggal aktivtas harian masyarakat yang bisa ditemui saat berada di Dusun Butuh, Desa Sidowarno, Kabupaten Klaten.

Aktivitas yang terbilang semakin langka ditemui di beberapa desa dan daerah lainnya.

Napak Tilas Sejarah Panjang Wayang Kulit di Sidowarno

Momen pengrajin ketika melakukan proses pembuatan wayang kulit di Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024).
Momen pengrajin ketika melakukan proses pembuatan wayang kulit di Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024). (HO TribunWow.com)

Napak tilas sejarah panjang kesuksesan Desa Wisata Wayang tak terlepas dari campur tangan dan kolaborasi masyarakat lintas generasi yang ada Sidowarno, Klaten.

"Di tahun 2009, kami membentuk Usaha Bersama (UB) yang dinamakan Bima, dari 2009 itu di Sidowarno ada 20 UB, itu atas prakarsa bapak Rujito Suprayoga (kades sidowarno)," jelas Nardi Baron.

"Waktu itu kita, dari setiap UB ada 10 anggota, pak Rujito membuat UB dengan 20 kelompok kurang lebih 200 orang, yang berjalan hanya UB Bima yang diketuai oleh Mamik Raharjo, bendahara Hasan, dan Sekretaris Suryono," lanjutnya.

Nardi menjelaskan, awalnya keanggotaan UB Bima mengalami pasang surut drastis.

"Dari 10 orang kita jatuh bangun sampai anggota hanya menyisakan 5 sampai 6," bebernya sembari mengenang masa itu.

Lebih lanjut, saya tanya apa manfaat terus melestarikan wayang kulit, Nardi menjawabnya seraya menitihkan air mata mengenang perjuangannya dan rekan-rekannya.

Tujuannya mulia, tidak ingin mencari pekerjaan melainkan menciptakan pekerjaan.

"Kalau saya kelingan brebes mili mas, kita jatuh bangun, berkolaborasi berjuang bagaimana caranya untuk bisa membangun, ada empat pilar, satu pilar pendidikan, kesehatan, wirausaha, dan lingkungan."

"Tapi saya dkk waktu itu punya komitmen, komitmen ini, kita tidak mencari pekerjaan, tapi kita ingin ciptakan pekerjaan, seiring berjalannya waktu jatuh bangun kita kembali lagi 12 orang, semua pengrajin wayang kulit saling bergabung berkolaborasi," jelas Local Champions Kampung Berseri Astra Nardi Baron seraya tersedu-sedu saat dihubungi kembali oleh TribunWow.com, Kamis (13/11/2025).

"Kita di setiap tanggal 28 ada pertemuan rutin, di tanggal itu kita membuat program, program apa yang akan kita buat, program apa yang akan kita buat yang kemarin, kita evaluasi program kemarin," imbuhnya.

Satukan Gerak Terus Berdampak Astra & Masyarakat Sidowarno

Suparno Mejeng (kiri) dan Sukari (kanan), dua pengrajin wayang yang tengah melakukan proses pewarnaan.
Suparno Mejeng (kiri) dan Sukari (kanan), dua pengrajin wayang yang tengah melakukan proses pewarnaan. (HO TribunWow.com)

Jauh sebelum mapan, ada andil besar Astra di balik kebangkitan Desa Wisata Wayang Sidowarno.

Titik kebangkitan itu hadir setelah adanya tawaran dari Corporate Social Responsibility Astra (CSR Astra).

"Alhamdulilah di Februari 2017, itu ada CSR masuk penawaran dari ASTRA, dari CSR Astra kita hanya ber-11 orang, gak langsung kita terima, sebelum bola ini menggelinding besar kita itu mau gimana, seperti apa dan mau kemana," jelasnya.

"Ada potensi wayang, dan wayang ini kan udah diakui oleh UNESCO," imbuh Nardi.

Barulah, pada 11 Agustus 2018, atas keputusan bersama, UB Bima membulatkan tekad bekerjasama dengan Astra yang saat itu hendak menjadikan Dusun Butuh Sidowarno sebagai desa wisata wayang.

Hadirnya Astra jadi pelecut bagi warga Desa Sidowarno untuk berani kembangkan desa.

Tak sekedar ingin jadikan desa wisata, Astra juga turut menjamin pendidikan anak-anak yang ada di Desa Sidowarno.

"Setelah CSR Astra ini masuk, mereka memberikan sumbangsih berupa pembuatan dua gapura, kita juga dibikinkan bank sampah, terus kita juga dikasih beasiswa lestari astra kurang lebih 35 anak, dan kita juga dikasih fasilitas-fasilitas lain untuk kemudahan akses," ujar Nardi.

"Untuk beasiswa, anak sd mendapatkan 10 kuota, SMP 10, SMA 15 yang dilakukan secara bergiliran. Pertama kali, anak SD mendapatkan 15 kuota, SMP 15, dan SMA 5, besarannya untuk anak SD sebesar Rp500.000, SMP Rp630.000, SMA Rp750.000 per satu semester, kalau satu tahun dua semester jadi kita cair dua kali," sambungnya.

Tak berhenti sampai disitu saja, Astra juga turut menjadi cikal bakal berdirinya Joglo Dusun Butuh Sidowarno yang digunakan sebagai ikon dari Desa Wisata Wayang.

Pembuatan Joglo Dusun Butuh, Sidowarno dilakukan pada bulan Juli tahun 2022.

"Berjalannya waktu, kita bisa buat joglo, di bulan Juli 2022, datang dari ASTRA pusat untuk meresmikan Joglo," jelasnya.

Setelah mampu membangun Joglo sebagai ikon wisata, di tahun yang sama, Dusun Butuh, Sidowarno mendapatkan bantuan dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNS.

Bantuan yang diberikan berupa administrasi pemberkasan dalam pengajuan Surat Keterangan (SK) Dusun Butuh, Sidowarno ke Disporapar untuk menjadi satu di antara beberapa desa wisata yang ada di Kabupaten Klaten.

"Setelah berjuang panjang, menguraikan prestasi, barulah di tahun 2022, kita dibantu mahasiswa KKN untuk pembuatan SK desa wisata, tapi sebelum itu, saya ke kelurahan untuk minta SK dari desa, SK desa turun, dari KKN UNS melakukan bantuan SK ke Disporapar Kabupaten Klaten," jelasnya.

Sumbangsih Para Pemudi

Tokoh-tokoh penggerak Desa Wisata Wayang dan enam pemudi tim IT di Dusun Butuh, Sidowarno, Wonosari, Klaten.
Tokoh-tokoh penggerak Desa Wisata Wayang dan enam pemudi tim IT di Dusun Butuh, Sidowarno, Wonosari, Klaten. (Instagram @desawisatawayang)

Generasi Nardi tak akan bisa berdiri tegap jika tak ada topangan dari barisan para pemudi di Desa Sidowarno.

Enam pemudi datang menopang kekurangan generasi Nardi yang tak begitu paham dengan teknologi

Enam pemudi asli Sidowarno, Fadilla Arsy, Dinda, Mita, Berliana, Olivia dan Nia secara sukarela bahu membahu jadi tulang punggung terdepan di balik semakin dikenalnya Desa Wisata Wayang baik skala nasional sampai internasional.

Keenamnya bertugas sebagai Marketing and Communication Desa Wisata Wayang.

"Bermula sebagai anggota Bima Junior di KBA Solo. Nah KBA Solo itu sebagai awal mula desa wisata wayang. Setelah KBA Solo perlahan berkembang, dibentuklah tim admin yang mengurus segala administrasi dan sosial media. Dari situlah tim kami juga merangkap menjadi tim Marketing and Communication Desa Wisata Wayang," jelas Dinda satu di antara 6 pemudi penggerak di Desa Wisata Wayang.

Dinda menuturkan, awal mula keikutsertaan menjadi Marketing and Communication Desa Wisata Wayang terjadi di tahun 2021.

Saat itu, Dinda dkk tak secara langsung ditugaskan sebagai tim Marketing and Communication melainkan lebih dulu menjadi staff administrasi.

"Sejak tahun 2021, karena Desa Wisata Wayang mulai dibentuk pada tahun 2021 dan turun SK pada tahun 2022. Jadi awal mulanya dibentuk Desa Wisata Wayang kita masuk ke dalam tim admin, setelah berjalan beberapa saat, kami memutuskan untuk membentuk tim Marketing and Communication dengan tugas yang lebih komprehensif."

"Saat menjadi admin, kami hanya mengurus sosial media dan pemasaran, tetapi dibentuknya tim Marketing and Communication ini, jobdesk dan pelaksanaan tugasnya menjadi lebih menyeluruh, mulai dari mengurus administrasi pendaftaran pengunjung dari wa dan ig, membuat rundown, konten berupa promosi desa wisata di platform Instagram, Tiktok, dan Youtube, untuk Youtube tim Marketing and Communication bekerjasama dengan orang lain," lanjutnya. 

Untuk rincian tugasnya, Dinda menjabarkan, dari enam tim Marketing and Communication, dua menjadi admin pendafataran, sedangkan empat lainnya bertugas sebagai penanggungjawab semua platform sosial media Desa Wisata Wayang.

Sedangkan untuk jobdesk pembuatan pamflet, link, konten, dan pengeditan dikerjakan secara bersama-sama.

"Untuk jobdesknya sendiri, 2 orang sebagai admin pendaftaran dan untuk 4 orang lainnya mengurus semua platform sosial media. Untuk jobdesk merekam bahan atau konten, pengeditan, pembuatan pamflet, pembuatan link, dll itu dikerjakan bersama-sama," ujar Dinda.

Ikhtiar Lestarikan Wayang Kulit di Sidowarno

Ikhtiar masyarakat Desa Sidowarno dalam melestarikan wayang kulit dan seni tari hingga kini terus dilakukan dengan mengenalkannya sejak dini kepada anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD).

"Pertama kita kenalkan dulu wayang, setiap 3 bulan sekali untuk anak PAUD dan TK, lalu kita ajak ke Joglo. Setelah anak ini masuk ke sd kelas 1, kita bilang ke bapak ibu guru kalau kita ada program pilar pendidikan. Di pilar pendidikan ini, untuk program kelas 1 dan kelas 2 kita arahkan untuk mewarnai dulu."

"Untuk waktu pelaksanaanya PAUD selama 3 bulan, kalau kelas 1 dan 2 itu  waktunya tak terduga, kita punya waktu ayo, kadang satu bulan dua atau tiga pertemuan, yang pertama untuk mengenalkan wayang, kedua untuk mengurangi gadget," jelas Nardi Baron.

Mulai anak kelas 3 sampai dengan 5 SD, warga Desa Wisata Wayang mengenalkan program seni tari.

Di mana, alokasi dana pelatihan seni tari tak dibebankan kepada para siswa melainkan diambil dari alokasi dana pilar pendidikan yang dimiliki Desa Wisata Wayang.

"Kelas 3 kita buat nari, untuk menari, dari sekolah kita gratiskan, biaya memang dari kita, kita alokasikan dana untuk pilar pendidikan. Setelah itu, dari anak-anak ini saya ingin mengembangkan tarinya. Tarinya bisa di display atau kita pamerkan ke pengunjung. Program tari ini dari kelas 3 sampai dengan kelas 5," lanjutnya.

Hingga saat ini, sudah ada 4 tari yang berhasil dikreasikan dengan dilatih secara langsung oleh pelatih yang didatangkan dari Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI).

"Sampai saat ini sudah ada 4 tari, tapi tari klasik bukan kreasi, satu tari kuda-kuda, kedua ada tari topi, tiga Candek Ayu, empat tari pangpung, lima tari kupu-kupu yang sampai saat ini kita kembangkan, untuk pembelajaran tari, setiap Minggu diajarkan dengan durasi 1 sampai 2 jam dengan mendatangkan guru benar-benar dari ahlinya yang kami datangkan dari ISI," ungkapnya.

Tak cuma memberikan pendampingan pelatihan tari, warga Desa Wisata Wayang juga turut memberikan pendampingan ekstrakulikuler natah.

"Kita juga membuat program, supaya program ini bisa dibuat ekstrakulikuler natah. Konsepnya kita datang ke sekolahan, anak-anak kita kumpulkan di kelas masing-masing kita beri pelajaran. Kita sudah bilang ke bapak ibu guru untuk menjadikan program ini program pembelajaran yang dirancang oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (P5) atau dulu namanya ekstrakulikuler," ungkap pria yang juga bertanggung jawab sebagai Koordinator Lapangan Desa Wisata Wayang Butuh Sidowarno.

Manfaat program itu pun sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.

"Alhamdulilah, setelah kita berikan edukasi tari, alhamduliah bermanfaat sekali, setiap acara 17 Agustus bisa mengeluarkan, kemarin di Desa Sidowarno itu ad aprogram PKK unggulan kita sudah bisa tampilkan, kemarin di festival Kabupaten Klaten 18 Agustus sudah kami sajikan," jelasnya.

Bukan sekedar untuk tampil, program pelatihan tari Desa Wisata Wayang ini juga sukses menghasilkan produk tari ciri khas dari Desa Sidowarno.

Tari tersebut diberi nama tari Indahing Sidowarno yang diperankan oleh 5 anak yang di ambil dari SMP sampai SMA.

"Kami juga membuat tarian yang tidak dipunyai kampung lain, dan nama tarinya ini Indahing Sidowarno. Tari Indahing Sidowarno ini diperankan oleh 5 anak dari SMP dan SMA," ujarnya.

Buah kerja keras kolaborasi masyarakat dan pemudi Dusun Butuh, Sidowarno, deretan prestasi di tingkat Provinsi Jawa Tengah hingga nasional melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berhasil mereka dapatkan.

Pada bulan November 2022, Desa Wisata Wayang ikut serta dalam kompetisi Jateng Gayeng yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, di Kembang Limus, Borobudur.

"November baru kita masuk kompetisi Jateng Gayeng diadakan di Kembang Limus, Borobudur. Kita masuk di desa wisata Jawa Tengah kurang lebih 40 peserta, pada akhirnya, 16 November 2022 kita lolos 10 besar untuk tingkat Jateng, dan di 26 November kita ikut grand final desa wisata jateng, alhamdulilah kita diberikan juara harapan satu untuk Jawa Tengah," ujar Nardi.

Tak puas sampai di situ saja, para tokoh penggerak Desa Wisata Wayang kembali mengembangkan diri dengan mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Kembali, Desa Wisata Wayang berhasil mengukir prestasi dengsn sukses lolos sampai ke babak 75 besar se-Indonesia.

Keberhasilan Desa Wisata Wayang lolos ke babak 75 besar membuat mereka mendapatkan kesempatan untuk dikunjungi langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.

"Dari 75 kan diundang untuk zoom meeting, besok ada pengumuman 75 besar, lolos 75, teman-teman saya sampai menangis haru, alhamdulilah lolos dan akan didatangi oleh pak Sandi," ungkapnya.

Untuk menyambut kedatangan Sandiaga Uno, masyarakat Dusun Butuh, Sidowarno (Desa Wisata Wayang) melakukan kerjabakti serta gotong royong untuk memperindah desa.

Dan pada akhirnya, kerja keras masyarakat Desa Wisata Wayang berhasil memuaskan Sandiaga Uno ketika berkunjung.

Saat itu, Sandiaga Uno pun tak ragu menyanjung keindahan Desa Wisata Wayang dengan menyebutnya dengan istilah Italia "Numero Uno".

Selang beberapa waktu setelah kunjungan Sandiaga Uno, beberapa perwakilan Desa Wisata Wauang diundang ke Jakarta untuk menghadiri pemberian penghargaan pemenang dalam kompetisi ADWI.

Di mana, pada saat itu, Desa Wisata Wayang mampu menyabet penghargaan sebagai kategori souvenir terbaik keempat se-Indonesia.

Souvenir yang diberikan Desa Wisata Wayang kepada Sandiaga Uno pada saat itu adalah Wayang Gatotkaca.

"Satu Jawa Tengah ada lima, batang, blora, banyumas, Contro, Klaten, kita juara empat kategori souvenir se-Indonesia, souvenir saya wayang, waktu kesini dikasih wayang Gatotkaca, di sini masuknya kategori seni kriya dan budaya," jelas Nardi.

Desa Sidowarno di Mata Masyarakat & UNESCO

Sudah 14 tahun lamanya, Wuryanto bekerjasama dengan warga Desa Sidowarno untuk menjadi pemasok wayang yang akan ia gunakan untuk mentas.

"Sudah dari kecil suka wayang, saya selalu pesan dari Butuh Sidowarno," jelas Wuryanto kepada TribunWow.com pada Kamis (13/11/2025). 

Menurut Wuryanto, kualitas wayang di Desa Sidowarno berbeda dari beberapa tempat lain yang pernah didatangi.

"Pernah juga coba beberapa tempat lain tapi kurang suka, manyaran juga pernah, namun kurang suka, dan perjalanan ketemu dengan mas nardi baron, awalnya lihat-lihat dulu hasil karyanya, terus akhirnya ambil wayang sejak 2011 sampai sekarang," lanjutnya.

Di tahun 20-12, Wuryanto pernah memesan wayang sebanyak 25 biji dari Desa Sidowarno.

"Tahun 2012 saya pernah pesan langsung 1 tokoh, anoman buto, saya butuh wayang 25 biji, saya ambil disini. Kalau awal dulu beli cakil, janaka, arjuna terus ambil lagi anoman buto buat mentas," kisahnya.

Wuryanto berharap, para generasi muda dan para pengrajin wayang di Desa Sidowarno agar senantiasa melestarikan satu di antara budaya nusantara ini.

"Harapan saya untuk generasi muda, wayang itu aset, jadi harus dibudidayakan kelestarian wayang, generasi-generasi harus perduli, jadi sekolah-sekolah harus mengajarkan agar tidak hilang, jadi generasi muda harus mengadakan kegiatan dan diajarin kebudayaan wayang melalui karangtaruna. Untuk teman-teman pengrajin, jangan berhenti, semoga pengerjaannya semakin bagus dan banyak customer lain yang bisa datang," ungkapnya.

Di sisi lain, Direktur UNESCO Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa pernah mengatakan, Desa Wisata Wayang Sidowarno membuatnya sangat bersyukur.

Selain karena mendapatkan pengalaman berharga terkait wayang, hubungan antar warga yang saling harmonis satu sama lain jadi faktor lainnya.

 "Saya bersyukur karena mendapat pengalaman yang sangat bernilai saat melihat langsung cara pembuatan wayang kulit yang ternyata sangat panjang, melibatkan banyak orang, membutuhkan dedikasi sehingga kini saya bisa mengapresiasi wayang lebih mendalam lagi," ujar Maki Katsuno dikutip TribunWow.com dari Kompas.com saat menghadiri workshop di Desa Wisata Wayang di Hari Wayang Nasional, Kamis (7/11/2024).

"Hubungan antar warga di sini sangat luar biasa dalam pengembangan wisata wayang kulit termasuk bagaimana anak-anak kecil diikutsertakan agar mereka tidak melupakan bahwa wayang kulit adalah suatu (budaya) yang besar," pungkasnya.

(TribunWow.com/Adi Manggala S)

 

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.