Ringkasan Berita:
- PT Petrokimia Gresik (PTPG) mendukung upaya dekarbonisasi global melalui penerapan strategi Ekonomi Sirkular. PTPG telah aktif menjalankan berbagai inisiatif dekarbonisasi. sejak tahun 2021
- Penerapan Ekonomi Sirkular Petrokimia Gresik fokus pada pemanfaatan produk samping (byproduct) menjadi produk bernilai tambah.
- Petrokimia Gresik Juga memaksimalkan seluruh potensi produk samping agar tak terbuang, diubah menjadi bahan baku atau energi alternatif yang mendukung keberlanjutan operasional
SURYA CO.ID, GRESIK - PT Petrokimia Gresik (PTPG) perusahaan anggota holding PT Pupuk Indonesia (PTPI) menyatakan komitmen dalam mendukung upaya dekarbonisasi global yaitu pengurangan emisi karbon melalui penerapan strategi Ekonomi Sirkular.
Upaya itu dilakukan sejak tahun 2021, PTPG telah aktif menjalankan berbagai inisiatif dekarbonisasi.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob.mengatakan, PTPG mengoperasikan 36 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan mencapai 11 juta ton, mencakup produk pupuk dan non pupuk.
Ekosistem produksi tentu memiliki dampak lingkungan. Oleh karena itu, sejak tahun 2021,PTPG ltelah aktif menjalankan berbagai inisiatif dekarbonisasi yang didukung oleh strategi Ekonomi Sirkular.
Lebih lanjut Daconi menambahkan, dampak positif yang dihasilkan dari strategi ini meliputi peningkatan kualitas lingkungan, penurunan potensi risiko kesehatan dan keselamatan kerja, serta terciptanya lingkungan kerja yang lebih nyaman dan kondusif.
"Penerapan Ekonomi Sirkular di Petrokimia Gresik berfokus pada pemanfaatan produk samping (byproduct) menjadi produk bernilai tambah. Yang awalnya merupakan cost center sebagai bagian dari komitmen kami mengurangi emisi karbon, kini berhasil menciptakan nilai tambah sekaligus menawarkan solusi konkret dalam menjaga kelestarian lingkungan perusahaan," kata Daconi, dalam rilis Humas PTPG, Selasa (18/11/2025).
Sementara itu, SVP Teknologi PTPG, Bambang Ariwibowo, menambahkan, implementasi strategi tersebut, antara lain melalui Optimalisasi Gipsum, produk samping dari proses produksi, untuk diolah lebih lanjut; Pemanfaatan Fly Ash Bottom Ash (FABA); Pemanfaatan Karbon Dioksida untuk produksi dry ice dan lainnya.
"Kami memaksimalkan seluruh potensi produk samping agar tidak terbuang, melainkan diubah menjadi bahan baku atau energi alternatif yang mendukung efisiensi dan keberlanjutan operasional kami," kata Bambang.
Salah satu inovasi signifikan adalah pemanfaatan FABA sebagai bahan baku pengisi filler pupuk NPK, menggantikan tanah liat.
"Berdasarkan hasil uji coba, penggunaan FABA sebagai pengganti clay (tanah liat) dalam pupuk NPK terbukti tetap memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Aplikasi pupuk NPK dengan FABA pada tanaman padi, juga menunjukkan kualitas hasil yang setara dengan pupuk NPK tanpa FABA," katanya.
Selain itu, menurut Bambang, bahan baku filler pupuk NPK umumnya adalah white clay didapat melalui proses penambangan.
Sementara dengan memanfaatkan FABA yang merupakan limbah padat, PTPG tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan tambang baru, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi secara berkelanjutan.
"FABA memiliki karakteristik dan kandungan yang setara dengan clay. Inovasi ini secara langsung meningkatkan daya saing pupuk NPK yang kami produksi, sehingga manfaatnya juga optimal dirasakan oleh petani sebagai konsumen utama kami," katanya.