TRIBUNJAKARTA.COM - Akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia, Rhenald Kasali, ikut angkat bicara soal ramainya drama kehilangan Tumbler merek Tuku milik penumpang Kereta Rel Listrik (KRL).
Akibat kejadian itu, seorang pegawai KAI bernama Agri terancam kehilangan pekerjaan.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial, Rhenald menekankan pentingnya empati dalam menyikapi situasi seperti itu.
Apalagi, katanya, dampaknya bisa menyeret kehidupan seseorang yang bekerja di tingkat bawah.
"Nah pertanyaannya adalah, ketika kita kehilangan tumbler atau barang yang kita sukai, ya tentu kita melapor tetapi kita juga harus punya empati, harus berhitung akan ada orang kecil yang menjadi korban," katanya seperti dikutip dari TikTok Rhenald Kasali pada Kamis (27/11/2025).
Selain itu, Rhenald juga menyinggung masalah dampak yang terjadi kepada orang di sekitar kita hanya karena satu unggahan, komentar atau sentimen yang tidak terkontrol.
Rhenald secara terbuka menawarkan bantuan lowongan pekerjaan bagi Agri jika kasus ini benar-benar mengancam kariernya.
"Kalau mereka kehilangan pekerjaan kasihan untuk Agri kalau bener-bener kamu terancam pekerjaan dan kamu butuh pekerjaan datang ke tempat saya, kontak saya, DM saya, barangkali saya bisa bantu dengan pekerjaan," jelasnya.
Ia mengatakan bahwa Agri adalah orang baik.
Kendati demikian, publik juga harus menahan diri agar tidak memperburuk keadaan.
Rhenald menuturkan bahwa fenomena saling berkomentar di ruang digital kini kian mudah.
Akan tetapi, kemudahan itu kadang bisa memberikan dampak buruk terhadap orang lain.
Ia lalu membandingkan dengan pengalamannya, ketika tempat usahanya pernah diberikan ulasan buruk.
"Saya juga pernah (di posisi itu), ada orang nulis di tempat saya sembarangan hanya karena toilet sedang dipakai akhirnya jadi heboh. Kemudian kasih bintang satu, apa-apaan ini. Tapi setelah saya lihat lagi, orang yang sering memberikan bintang satu, selalu di mana-di mana memberikan komentar negatif apakah harus seperti itu?" tanyanya.
Rhenald pun mengajak publik untuk lebih sadar bahwa ketikan di media sosial punya konsekuensi nyata bagi kehidupan orang lain.
"Jadi, ini lah keadaan di zaman sekarang kita hidup dari kata-kata dari apa yang dikatakan oleh orang lain, bagaimana menurut kalian? Apa komentar kalian tentang hal ini, jadi ramai nih. Stay relevant," pungkasnya.
Anita Dewi dan suaminya Alvin Harris akhirnya muncul ke hadapan publik dengan wajah pucat nan lesu setelah drama tumbler hilang viral di media sosial.
Tumbler Anita hilang di KRL Commuter Line rute Tanah Abang-Rangkasbitung , pada Senin (17/11/2025).
Anita kemudian menceritakan kejadian tersebut di media sosial Threads hingga berujung pada pemecatan Argi, petugas pelayanan KRL Commuter Line, dari tempat kerjanya.
Kini Anita dan Alvin, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka melalui sebuah video klarifikasi yang diterima Kompas.com, Kamis (27/11/2025).
Dalam video tersebut, Alvin mengakui bahwa kasus yang berkembang belakangan ini merupakan dampak dari perilaku mereka berdua.
Oleh sebab itu, ia menyampaikan permohonan maaf, khususnya kepada Argi dan pihak-pihak lain yang terdampak.
“Kami ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya, khususnya kepada saudara Argi dan semua pihak yang terkena dampak dan dirugikan atas ucapan dan perbuatan kami,” ujar Alvin dikutip Kompas.com, Kamis.
Sementara itu, Anita, mengaku sangat menyesal dengan perbuatan yang sudah dilakukannya.
Ia menyadari bahwa cara mereka menyikapi kejadian tersebut sehingga memicu reaksi negatif dari banyak pihak.
“Kami sangat sadar cara kami menyikapi kejadian ini sangat tidak bijak sehingga melukai banyak perasaan orang di luar sana," kata Anita.
Ia menambahkan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran penting agar mereka lebih berhati-hati ke depannya.
"Dari lubuk hati kami yang paling dalam, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya,” tutup Anita.
Kasus ini berawal ketika Anita lupa membawa cooler bag yang dibawanya usai menaiki KRL rute Tanah Abang-Rangkasbitung pada Senin (17/11/2025) pukul 19.00 WIB.
Anita menaiki KRL green line tersebut sepulang kerja dan berada di gerbong khusus perempuan.
Sekitar pukul 19.40 WIB, ia turun di Stasiun Rawa Buntu.
Saat itu, ia baru menyadari bahwa cooler bag miliknya tertinggal di bagasi Commuter Line.
Ia kemudian melapor kepada petugas. Malam itu juga, cooler bag tersebut ditemukan oleh petugas keamanan.
Barang itu langsung diamankan dan sempat didokumentasikan. Keesokan harinya, Anita bersama suaminya, Alvin, mengambil cooler bag tersebut di Stasiun Rangkasbitung.
Namun, ia terkejut karena isi di dalam cooler bag itu, yakni sebuah tumbler sudah hilang.
Tasnya kembali, tetapi isinya tidak.
Saat dikonfirmasi, petugas stasiun, Argi mengakui bahwa ia tidak memeriksa isi cooler bag milik Anita saat menerima barang tersebut dari securiti.
Ia menyadari kelalaiannya karena kondisi stasiun sedang ramai dan ia masih bertugas berjaga, sehingga cooler bag itu disimpan tanpa pengecekan detail.
Argi kemudian menghubungi Alvin dan meminta maaf melalui pesan singkat.
Bahkan, dalam pesan itu, Argi akan membantu Anita dan Alvin untuk melakukan pencarian melalui rekaman CCTV.
Jika tidak ditemukan, ia bersedia mengganti tumbler tersebut sesuai harganya, yakni Rp 300.000.
"Ini kesalahan saya dikarenakan tidak dicek terlebih dahulu, saya akan tanggung jawab dengan mengganti barang tsb Pak," tulis Argi dalam pesan untuk Alvin yang diunggah di akun Threads @argi_bdsyh, Rabu (26/11/2025).