Pemerataan Energi Terbarukan, Listrik 24 Jam Masuk ke Wilayah Terpencil
Acos Abdul Qodir November 29, 2025 01:31 AM
Ringkasan Berita:
  • Anak-anak di sebuah kampung terpencil kini bisa belajar malam, kampung terpencil akhirnya terang sepanjang hari.
  • Ibu-ibu mengolah hasil kebun dan laut, ekonomi lokal mulai bergerak naik.
  • Pembangkit energi komunitas jadi simbol pemerataan, target nasional EBT masih tertinggal jauh.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerataan energi Nusantara kini semakin nyata. Di Kampung Ausem, Distrik Pulau Yerui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Kamis (27/11/2025), warga untuk pertama kalinya menikmati listrik 24 jam penuh melalui pembangkit energi terbarukan terpadu.

Kehadiran listrik ini mengubah kehidupan masyarakat, dari pendidikan hingga ekonomi lokal, sebagai bagian dari upaya pemerataan energi nasional.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) berkapasitas 10 kW dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 7 kWp kini resmi beroperasi. Ausem menjadi kampung pertama di Distrik Pulau Yerui yang menikmati listrik sepanjang hari berbasis energi terbarukan. Program ini merupakan hasil kerja sama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) melalui Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), bersama Yayasan Ibeka dan didukung Kementerian ESDM.

Potensi ekonomi masyarakat meningkat signifikan, dengan estimasi produksi 3–11 ton hasil perikanan per bulan dan pendapatan Rp58–167 juta. Hasil tangkapan laut bahkan berpeluang dipasarkan ke wilayah Biak dan Serui. Target nasional bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 masih menghadapi tantangan, dengan realisasi baru sekitar 16% hingga pertengahan tahun.

Direktur Eksekutif Ibeka, Tri Mumpuni, menegaskan bahwa pembangkit ini bukan sekadar proyek teknis, melainkan wujud nyata transformasi berbasis komunitas.

“Pembangkit ini diharapkan dapat bertahan sampai ke generasi selanjutnya,” ujar Tri dalam keterangannya, dikutip Jumat (28/11/2025).

Menurutnya, keberadaan listrik membuka peluang ekonomi yang sebelumnya tertutup, sekaligus memperkuat peran masyarakat sebagai pengelola utama energi.

Dampak Sosial dan Lokal

Kepala Kampung Ausem, Yan Kristian Berotabui, menyampaikan dampak langsung bagi warganya.

“Dengan adanya listrik anak-anak bisa belajar lebih lama di malam hari,” katanya.

Selain mendukung pendidikan, listrik juga memberi manfaat bagi ibu-ibu yang kini dapat mengelola hasil kebun dan laut secara lebih produktif. Anak-anak muda pun memiliki ruang berkreasi melalui workshop dan pelatihan, membuka peluang lahirnya inovasi lokal.

Dikutip Tribun Papua, Bupati Kepulauan Yapen, Benyamin Arisoy, menilai kehadiran pembangkit ini bukan sekadar infrastruktur, melainkan awal transformasi besar bagi masyarakat Ausem.

Sebelum listrik tersedia, warga hanya mengandalkan lampu minyak dengan aktivitas ekonomi terbatas. Kini rumah, sekolah, dan rumah ibadah terang sepanjang hari, anak-anak belajar lebih lama, ibu-ibu mengolah hasil panen dan laut, dan anak muda aktif di ruang pelatihan.

Energi Terbarukan di Wilayah Terpencil

Secara nasional, Papua kini sejajar dengan program Desa Energi Berdikari Pertamina di 252 desa lain, menunjukkan tren pemerataan energi berbasis komunitas.

Meski kapasitas pembangkit masih terbatas dan keberlanjutan membutuhkan perawatan rutin serta dukungan teknis, program ini dinilai mendukung komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi, menegaskan bahwa inisiatif seperti ini memperkuat langkah menuju energi berkelanjutan.

Listrik 24 jam wilayah terpencil itu menjadi wujud pemerataan energi berbasis komunitas yang memberi manfaat nyata bagi pendidikan, ekonomi, dan generasi muda, sekaligus mendukung komitmen nasional menuju energi berkelanjutan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.