Cerita Warga Aceh 2 Hari Tak Ada Makanan, Jalan Kaki 8 Jam Cari Beras
kumparanNEWS December 03, 2025 10:00 AM
Rahmansyah, warga Desa Arul Gading, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, datang tergopoh-gopoh ke posko Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI Perjuangan di Kabupaten Bireuen.
Rahmansyah dan tiga pemuda lainnya mendatangi posko Baguna untuk mencari beras. Di tempat mereka, sudah dua hari tidak ada beras. Mereka bertahan hidup dengan makanan sisa.
“Kami butuh beras, Pak. Intinya beras, Pak. Kami dua hari tak ada makanan. Banyak yang kelaparan,” pinta Rahmansyah.
Rahmansyah terpaksa berjalan kaki selama delapan jam untuk mendapatkan bantuan beras. Akses ke tempatnya terputus. Bantuan logistik tak menjangkau mereka.
Mereka berjalan melalui beberapa jembatan yang terputus lalu menyambung perjalanan dengan ojek dan menyewa sampan untuk menyeberang ke Bireuen. Akses Bener Meriah menuju Bireuen saat ini memang masih lumpuh. Jembatan penghubung dua kabupaten tersebut putus total.
Warga yang ingin mengakses dua kabupaten itu terpaksa menggunakan sampan atau jembatan penyeberangan darurat dengan menggantung di tali seling yang dibentangkan di atas sungai.
“Kami menggunakan uang masjid untuk perjalanan ke sini [Bireuen]. Banyak yang kelaparan di sana,” kata Rahmansyah.
Bantuan adalah satu-satunya harapan. Mereka sebenarnya masih bisa membeli beras, namun tidak ada stok. Tidak ada beras yang dijual. Kalaupun ada, harganya dipasang berkali-kali lipat dari harga biasa alias mark up.
Rahmansyah menyebut ada sekitar 500 jiwa yang terisolir di tempatnya. Mereka tak mendapatkan distribusi logistik. Sementara akses keluar pun terputus. Rahmansyah bersama tiga pemuda bertaruh demi mendapatkan beras untuk warga di dusunnya. Mereka rela berjalan dari dusun pukul 07.00 dan tiba di Bireuen sekitar pukul 15.00 WIB.
Rahmansyah dan kawan-kawan menempuh perjalanan delapan jam demi bertahan dari kelaparan. Padahal, bila perjalanan normal, dari dusunnya ke Kota Bireuen hanya ditempuh satu setengah jam.
“Di sana listrik mati, sinyal susah. Untuk penerangan, pakai lampu teplok [pelita],” cerita Rahmansyah.
“Mohon beras, Pak. Sebagian enggak makan di sana, Pak,” tambahnya.
Ketua Baguna DPP PDI Perjuangan Tri Rismaharini turun langsung mendistribusikan bantuan banjir di Aceh. Foto: Hedi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Baguna DPP PDI Perjuangan Tri Rismaharini turun langsung mendistribusikan bantuan banjir di Aceh. Foto: Hedi/kumparan
Permohonan bantuan Rahmansyah dan kawan-kawan disambut cepat oleh DPD PDIP Aceh. Mereka memberikan bantuan untuk persediaan 500 jiwa, di antaranya puluhan sak beras isi 15 kilogram, susu bayi, telur, dan makanan cepat saji lainnya.
Rahmansyah sebenarnya berjudi dengan mendatangi Baguna PDIP. Ia tidak tahu apakah beras akan tersedia di posko Baguna atau tidak. Dengan bermodalkan kontak yang disebarkan Baguna Aceh, Rahmansyah nekat berjalan ke Bireuen. Pilihan itu lebih masuk akal baginya daripada mati kelaparan.
Ketua DPD PDI-P Aceh, Jamaluddin Idham, memang menyebarkan kontak bantuan bencana banjir ke seluruh wilayah terdampak di Aceh, terutama daerah-daerah yang belum terjamah bantuan.
“Kami memang menyebarkan kontak bantuan bencana ke seluruh wilayah terdampak di Aceh. Bila memungkinkan dan wilayahnya bisa diakses, kami usahakan untuk mengantarkan langsung kebutuhan mereka. Bila wilayahnya tidak bisa diakses, kami mencari jalan untuk pengiriman dan distribusi,” kata Anggota Komisi XIII DPR RI tersebut.
Ketua DPD PDI-P Aceh Jamaluddin Idham di posko logistik Baguna PDIP.  Foto: Hedi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPD PDI-P Aceh Jamaluddin Idham di posko logistik Baguna PDIP. Foto: Hedi/kumparan
Kondisi Aceh per 2 Desember 2025 memang masih membutuhkan bantuan. Banjir sudah mulai surut, tetapi beberapa wilayah terdampak masih minim bantuan logistik karena akses terputus. Beberapa kawasan hanya bisa dijangkau melalui akses udara, seperti di Aceh Tengah, Tamiang, dan Bener Meriah.
Beberapa desa di Bireuen juga masih minim bantuan. Salah satunya wilayah terdampak banjir bandang di Kecamatan Jangka yang sempat didatangi kumparan. Di sana, warga masih membutuhkan bantuan, terutama persediaan makanan dan pakaian.
Isi rumah dan pakaian mereka tersapu banjir. Yang tersisa hanya sehelai baju di badan.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.