Jakarta (ANTARA) -

Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama dengan Ikatan Alumni (IA) ITB dan Rumah Amal Salman menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), dan Sumatera Utara (Sumut).

Penyaluran bantuan tersebut turut berkolaborasi dengan dengan Pengda IA ITB Aceh, IA ITB Sumatera Barat, dan IA ITB Sumatera Utara.

“Gerakan bertajuk ITB Peduli Sumatera ini menjadi salah satu bentuk kolaborasi yang disusun untuk mempercepat respons bantuan, khususnya di wilayah yang paling terdampak,” kata Direktur Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB Zulfiadi Zulhan di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan sejak akhir pekan lalu, berbagai bantuan sudah digulirkan, salah satunya unit filter air yang merupakan bantuan dari PT Horizon Teknologi, yang tiba di Landasan Udara Halim Perdanakusuma dan langsung diterbangkan ke Aceh dengan menggunakan pesawat Hercules TNI AU pada Sabtu (29/11).

Menurut dia, perangkat itu kini dalam proses instalasi oleh tim Pengda IA ITB Aceh untuk penyediaan layanan air bersih keliling di dapur-dapur umum. ITB juga mengerahkan inovasi teknologi untuk membantu pemenuhan kebutuhan air minum warga yang terdampak bencana tersebut.

Pihaknya, kata dia, telah menyiapkan 47 unit teknologi IGW Membran Ultrafiltrasi (UF), dan delapan unit di antaranya telah dibawa langsung ke Aceh pada Minggu (30/11) oleh tim yang sudah dijadwalkan untuk melakukan Pengabdian Masyarakat di Bener Meriah.

“Akses ke Bener Meriah tidak dapat dilewati melalui jalur darat, pemasangan UF ini diputuskan di Kabupaten Pidie Jaya yang masih dapat diakses dari Banda Aceh. Sementara, 16 kotak berisi 41 unit UF akan didistribusikan ke Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh, bekerja sama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan TNI AU,” ujar Zulfiadi.

Menurut dia, akses komunikasi darurat turut menjadi perhatian, dan satu unit Starlink yang merupakan hibah dari alumni ITB telah dipasang di Idi dan Langsa bersama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Aceh untuk memperkuat konektivitas di daerah terdampak. Namun, sejumlah titik yang terisolasi lainnya masih membutuhkan tambahan perangkat serupa agar koordinasi bantuan dapat berjalan lebih efektif.

Selain intervensi teknologi, bantuan kebutuhan pokok juga mulai disalurkan. Melalui Pengda IA ITB Aceh dan Rumah Amal USK di Pidie Jaya, distribusi makanan siap saji, di antaranya tenda, selimut, peralatan kebersihan, serta logistik lainnya telah dilakukan sejak Minggu (30/11).

Bantuan tersebut akan diperluas ke Sumatera Barat dan Sumatera Utara secara bertahap melalui Pengda IA ITB Sumbar dan IA ITB Sumut dengan menyesuaikan akses dan verifikasi lokasi sehingga penyaluran tepat sasaran.

Sementara itu, Ketua IA ITB Agustin Peranginangin menuturkan bencana merupakan kejadian yang tidak diharapkan, namun menjadi panggilan moral bagi alumni ITB untuk hadir, terlibat, dan bergerak cepat.

Melalui Badan Ganesha Peduli, sambung dia, IA ITB memastikan seluruh alumni dapat mengambil peran nyata.

“Kehadiran kami di tengah masyarakat adalah bentuk kepedulian dan pengabdian untuk negeri dengan bertindak cepat, tepat, dan berkolaborasi dengan semua pihak,” ucap Agustin.

Di sisi lain, Direktur Rumah Amal Salman Syachrial menyebutkan pihaknya membuka kanal donasi publik untuk memperkuat suplai bantuan, khususnya bagi daerah yang belum tersentuh layanan darurat.

Kolaborasi kampus, alumni, lembaga zakat, dan mitra, seperti BNPB serta TNI AU, kata dia, menunjukkan pola respons yang lebih adaptif, cepat, terukur, dan berbasis kebutuhan di lapangan. Gerakan ITB Peduli Sumatera itu pun ditargetkan berjalan hingga fase tanggap darurat beralih ke pemulihan.

“Kolaborasi multidisiplin ini diperlukan untuk merespons bencana berskala besar. ITB bergerak tidak hanya dengan tangan relawan, tetapi juga dengan teknologi yang relevan dan dapat langsung digunakan,” tegas Syachrial.

Lebih lanjut, Sekjen IA ITB Pengda Aceh Mulkan Fadhli ​​​​​​​ mengungkapkan pihaknya bersama dengan sejumlah relawan mengawal penyaluran bantuan itu di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh dan sekitarnya.

Dia menyebutkan kendala yang ditemui pada dua hari pertama, yakni kondisi jalan yang tertutup lumpur. Namun kini situasi berangsur kondusif sehingga akses menuju lokasi terdampak menjadi lebih mudah.

“Untuk menyalurkan bantuan, kami bekerja sama dengan mitra lokal yang telah terseleksi, seperti mitra yang memiliki akses ke perbankan (ATM) dan mitra yang bisa mengakses pasar untuk belanja keperluan sembako,” terang Mulkan.

Seluruh bantuan, kata dia, disalurkan secara langsung kepada masyarakat yang terdampak, yang terpusat di Kecamatan Lansa, Takengon, dan Lhoksukon. Sementara wilayah lainnya, yakni Sumatera Utara dan Sumatera Barat sedang dipantau untuk penyaluran bantuan cepat tanggap.