TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty, menyoroti tantangan regenerasi pengrajin tenun di Palembang saat melakukan kunjungan spesifik ke Sentra Songket Tuan Kentang, Palembang. Kunjungan tersebut bertujuan meninjau langsung keberadaan para pengrajin serta melihat perkembangan pusat pameran produk songket dan jumputan.
Evita menilai keberadaan sentra seperti Griya Songket Tuan Kentang merupakan langkah baik dari pemerintah daerah dalam memberikan ruang bagi para pengrajin untuk memamerkan karya mereka. Menurutnya, tempat seperti ini penting karena berfungsi sebagai showcase sekaligus butik bagi produk-produk tenun khas Palembang.
“Ini ide yang sangat baik. Pengrajin kita perlu sentra seperti ini agar produk yang dihasilkan bisa dipamerkan dengan layak. Showcase seperti ini menjadi rumah bagi kreativitas mereka,” ujar Evita kepada Parlementaria di Griya Songket Tuan Kentang, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (2/12/2025).
Namun, ia mengungkapkan adanya tantangan serius terkait semakin menurunnya minat anak muda untuk belajar menenun. Menurut Evita, proses menenun yang membutuhkan ketelitian tinggi membuat sebagian generasi muda enggan melanjutkan tradisi tersebut.
“Tahapan awal mungkin masih diminati, tetapi tahap berikutnya yang lebih detail menjadi tantangan. Ini menjadi pekerjaan besar bagi Komisi VII DPR dan Kementerian UMKM agar warisan budaya ini tidak punah,” jelasnya.
Evita menegaskan bahwa peningkatan minat hanya akan terjadi jika profesi penenun memberikan nilai ekonomi yang jelas. Karena itu, membuka pasar bagi para pengrajin menjadi kunci utama. Ia menilai pemerintah pusat maupun daerah perlu berperan aktif dalam memastikan produk tenun memiliki pasar yang menjanjikan.
“Orang akan berminat kalau hasil kerjanya laku. Karena itu harus ada jaminan pasar. Pemerintah harus membuka ruang market yang lebih besar untuk para penenun,” tegasnya.
Lebih lanjut, Evita menekankan pentingnya memperluas pemasaran produk, baik secara offline maupun online. Meski begitu, ia mengakui bahwa untuk produk seni seperti songket, pemasaran offline masih menjadi sarana paling efektif.
“Pemerintah daerah sudah mengikuti berbagai pameran, dan itu harus diperkuat. Kementerian UMKM juga harus membantu karena biaya booth pameran sering kali mahal dan memberatkan pengrajin,” katanya.
Ia menilai pameran dalam dan luar negeri tetap menjadi ajang utama untuk memperkenalkan karya para penenun, terutama karena keaslian dan keunikan kain hanya dapat diapresiasi dengan melihat langsung. Evita berharap seluruh dukungan ini dapat menjaga keberlanjutan kerajinan tradisional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan para pengrajin di Palembang dan Sumatera Selatan.