TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) diproyeksikan naik selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
Permintaan Gasoline diperkirakan naik sekitar 3,2 persen dibandingkan realisasi normal. Rinciannya, permintaan Pertalite naik 1,3 persen, Pertamax 9,6 persen, Pertamax Green 4,2 persen, dan Pertama Turbo 9,8 persen.
Sementara itu, permintaan Gasoil diperkirakan turun 7,6 persen, di mana Solar turun 8,1 persen, Dexlite naik 0,2 persen, dan Pertamina Dex turun 1,8 persen.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuka Posko Nasional Sektor ESDM periode Nataru 2025/2026.
Masa kerja posko mulai beroperasi Senin, 15 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026 dan bertempat di kantor BPH Migas.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ahmad Erani Yustika menegaskan pentingnya kerja sama antaranggota posko agar kebutuhan energi masyarakat tertangani dengan baik.
"Kita dikumpulkan dalam satu posko ini diminta untuk bekerja bergandengan tangan, bukan berjalan sendiri-sendiri," katanya dikutip dari siaran pers pada Selasa (16/12/2025).
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dan Pertamina telah menyiagakan 125 terminal BBM, 7.885 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), serta 72 depot pengisian pesawat udara (DPPU).
Fasilitas tambahan juga disiapkan di wilayah dengan permintaan tinggi. Ketahanan stok untuk Gasoline, Gasoil, Kerosene, dan Avtur dijaga pada kisaran 17-23 hari.
Selain permintaan BBM yang diperkirakan meningkat, permintaan LPG juga diproyeksi naik sekitar 7,2 persen dibanding rata-rata penyaluran normal.
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM bersama Pertamina menyiagakan 40 terminal LPG, 736 Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SP(P)BE), serta 6.634 agen LPG.
Prognosa menunjukkan ketahanan stok LPG nasional dalam kondisi aman dengan coverage days sekitar 12 hari. Di wilayah berpermintaan tinggi, agen dan pangkalan LPG disiagakan 24 jam.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Kawah Putih Ciwidey Bandung Buat Liburan Akhir Tahun 2025
Penyaluran gas bumi untuk 3.334 pelanggan komersial dan industri, 2.845 pelanggan kecil, lebih dari 817.000 pelanggan rumah tangga (jargas), serta pasokan untuk pembangkit listrik melalui lebih dari 34.000 km jaringan pipa gas, 16 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan Mobile Refueling Unit (MRU), serta 3 terminal Liquefied Natural Gas (LNG) yang tersebar di 18 provinsi dan 74 kabupaten/kota, dipastikan dalam kondisi aman.
Untuk sektor niaga, diprediksi terjadi penurunan volume sebesar 5,4 persen dibanding realisasi Nataru 2024.
Di bidang kelistrikan, proyeksi menunjukkan pasokan tenaga listrik pada sistem Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, dan sebagian besar wilayah Indonesia Timur dalam kondisi aman pada periode Nataru.
Baca juga: Tarif Tol Solo–Semarang Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2026
Beban puncak diperkirakan sebesar 46.808 MW, dengan daya mampu pasok (DMP) 53.930 MW, sehingga tersisa cadangan total sekitar 7.122 MW (15,2 persen).
Dari subsektor geologi, telah dibentuk Tim Tanggap Darurat Bencana Geologi yang siap merespons setiap kejadian bencana dalam jangka 24 jam.
Tim ini juga meningkatkan pemantauan terhadap beberapa gunung api aktif untuk memperkecil risiko bagi masyarakat.
Erani mengatakan, penyelenggaraan posko kali ini memiliki karakter yang lebih spesifik karena masih berada dalam masa pemulihan pascabencana di wilayah Sumatra.
Pemerintah bersama berbagai pemangku kepentingan terus bekerja keras untuk memulihkan kondisi dan memastikan pelayanan yang baik bagi warga terdampak.
"Dalam beberapa pekan terakhir ini, seluruh pemangku kepentingan di Republik ini sudah berjuang keras untuk memastikan pengelolaan dan pemulihan di wilayah Sumatra tersebut," ujar Erani.
"Sampai hari ini semuanya masih berjuang untuk memberikan pelayanan yang terbaik, keamanan bagi warga yang terdampak di wilayah Sumatra," sambungnya.