TRIBUNJAMBI.COM – Seorang istri yang tengah hamil enam bulan mengalami guncangan batin setelah mengetahui suami diam-diam mengirimkan uang ratusan juta rupiah kepada mantan pacar.
Peristiwa ini bukan hanya memukul perasaan sang istri, tetapi juga menggoyahkan kepercayaan yang selama ini ia yakini kokoh dalam rumah tangganya.
Kisah tersebut dilansir dari Sanook.com, Senin (15/12/2025). Awalnya, sang istri sama sekali tidak mencurigai apa pun. Hubungan pernikahan yang dijalaninya selama ini terasa berjalan normal dan harmonis.
Namun semuanya berubah ketika ia membuka rekening bank milik suaminya.
Akses ke rekening itu bukan tanpa alasan. Sang suami sebelumnya memang pernah memintanya untuk membantu mengingat kata sandi perbankan, karena ia kerap lupa. Dengan niat biasa, sang istri membuka mutasi transaksi tanpa menduga akan menemukan sesuatu yang mengubah pandangannya terhadap pernikahan.
Di layar ponsel, tercatat sebuah transaksi transfer senilai Rp190 juta yang dilakukan hanya beberapa jam sebelumnya. Jumlah yang besar itu langsung membuatnya terpaku, apalagi penerima transfer tercatat sebagai seorang perempuan yang tak asing baginya: mantan kekasih suaminya.
Baca juga: Bejatnya Polisi Cabuli Anak Tiri yang Masih SD, Beraksi Saat Istri Pergi dari Rumah, Aipda SAT Mabuk
Baca juga: Dipaksa Buka Celana, Pak Guru Digerebek Bersama Pria Muda di Toilet Masjid: Ngapain Kalian Didalam
Dalam kondisi hamil anak pertama dengan usia kandungan enam bulan, emosi sang istri tengah berada pada fase paling rapuh. Perubahan hormon, kelelahan fisik, dan kecemasan menjelang persalinan membuatnya sulit menahan gejolak perasaan.
Namun apa yang ia temukan hari itu bukan sekadar gangguan emosi biasa, melainkan pukulan telak terhadap rasa aman yang selama ini ia pegang.
Sebelum kejadian itu, sebenarnya ada tanda-tanda yang sempat ia rasakan. Suaminya pulang kerja lebih malam dari biasanya. Sepanjang malam, pria itu terlihat sibuk dengan ponselnya, wajahnya tampak tegang, dan jawabannya pendek-pendek.
Sikap tersebut berbeda dari kebiasaan suaminya yang biasanya terbuka dan suka berbagi cerita tentang keseharian di kantor.
Kecurigaan sang istri semakin menguat ketika suaminya masuk ke kamar mandi dan meninggalkan ponsel di atas meja. Tak lama kemudian, ponsel itu bergetar. Layarnya menyala tepat saat ia melintas.
Nama kontak yang muncul membuatnya terhenti: “mantan kekasih”.
Sang istri terdiam. Selama ini ia percaya bahwa masa lalu suaminya benar-benar telah selesai. Hubungan tersebut diketahui telah berakhir jauh sebelum mereka menikah.
Namun pesan singkat yang muncul di layar justru menimbulkan luka baru.
“Aku sudah menerimanya. Terima kasih,” tulis perempuan itu.
Pesan berikutnya semakin membuat dada sang istri sesak.
“Jangan khawatir, aku akan menepati janji. Semoga kamu bahagia.”
Kalimat-kalimat itu membuat pikirannya dipenuhi pertanyaan: apa yang telah diterima, janji apa yang dimaksud, dan mengapa semuanya dilakukan diam-diam?
Dalam kondisi emosi yang campur aduk, ia kembali membuka aplikasi perbankan suaminya dan menemukan transfer Rp190 juta tersebut.
Saat suaminya keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya memegang ponsel dengan wajah pucat, raut mukanya langsung berubah. Ia terdiam, seolah menyadari bahwa rahasia yang ia simpan telah terbongkar.
Sang istri kemudian menanyakan secara langsung alasan di balik pengiriman uang sebesar itu.
Awalnya, sang suami memilih diam. Ia duduk di samping istrinya dan mencoba menggenggam tangannya, namun langsung ditolak. Rasa marah, kecewa, terluka, dan takut bercampur menjadi satu.
Sang istri mengaku khawatir kondisi emosionalnya akan berdampak pada kandungan yang sedang ia jaga.
Setelah beberapa saat, suaminya akhirnya berbicara. Ia meminta maaf karena telah menyembunyikan hal tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada lagi hubungan emosional dengan mantan kekasihnya.
Namun permintaan maaf itu belum cukup menjawab satu pertanyaan besar: mengapa harus Rp190 juta?
Dengan suara bergetar, sang suami kemudian mengungkapkan alasan sebenarnya. Mantan kekasihnya baru saja didiagnosis menderita kanker serviks stadium awal dan tidak memiliki biaya untuk menjalani pengobatan.
Ia menjelaskan bahwa kondisi ekonomi keluarga perempuan tersebut sangat terbatas. Menurut dokter, peluang sembuh masih terbuka lebar jika pengobatan dilakukan sejak dini.
Penjelasan itu membuat sang istri terdiam.
Namun kebingungannya belum sepenuhnya terjawab. Ia mempertanyakan mengapa suaminya merasa bertanggung jawab sejauh itu terhadap seseorang dari masa lalunya.
Dengan mata berkaca-kaca, sang suami akhirnya mengakui bahwa di masa lalu, dialah yang meninggalkan perempuan tersebut saat kariernya mulai menanjak. Ia terlalu fokus mengejar pekerjaan dan penghasilan, sementara mantan kekasihnya tengah menghadapi kesulitan hidup yang berat.
Hubungan itu pun berakhir tanpa penyelesaian yang baik, meninggalkan luka yang belum sepenuhnya sembuh.
Sang suami menegaskan bahwa tindakannya bukan untuk menebus kesalahan masa lalu atau membuka kembali hubungan lama. Ia hanya merasa tidak sanggup berpaling ketika mengetahui seseorang yang pernah berarti dalam hidupnya terancam kehilangan nyawa karena ketiadaan biaya.
Namun ia juga mengakui kesalahan terbesarnya: mengambil keputusan besar tanpa melibatkan istrinya.
Perlahan, sang istri menyadari bahwa luka terdalam yang ia rasakan bukan semata soal uang, melainkan tentang kepercayaan yang terabaikan. Ia merasa dikeluarkan dari keputusan penting yang seharusnya dibicarakan bersama sebagai pasangan.
Meski belum sepenuhnya mampu memaafkan, sang istri akhirnya menyampaikan satu permintaan tegas: tidak ada lagi rahasia dalam rumah tangga mereka.
Ia ingin dilibatkan dalam setiap keputusan besar, apa pun risikonya.
Suaminya menyetujui hal tersebut dan berjanji untuk bersikap lebih jujur dan terbuka ke depannya.
Keesokan harinya, sang istri menyatakan bahwa ia tidak melarang suaminya membantu mantan kekasihnya, selama semuanya dilakukan dengan komunikasi yang jujur dan terbuka.
Baginya, kejujuran kini menjadi fondasi terpenting untuk mempertahankan pernikahan yang tengah diuji di saat paling rentan.