TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyakit endometriosis diketahui memang dapat menyebabkan nyeri haid.
Tapi tidak hanya itu, endometriosis juga berpotensi memicu gangguan kesuburan pada wanita.
Bahkan, tidak sedikit kasus endometriosis baru terdiagnosis saat seorang wanita menjalani pemeriksaan karena sulit hamil.
Endometriosis adalah kondisi kronis saat jaringan yang mirip lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, seperti di ovarium, tuba falopi, atau usus, yang menyebabkan peradangan, nyeri hebat (terutama saat haid).
Baca juga: Nyeri Haid yang Menyiksa, Bisa Jadi Tanda Alami Endometriosis
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Eka Hospital PIK, dr. Hardi Susanto, Sp.OG menyebutkan bahwa infertilitas merupakan salah satu komplikasi paling serius dari endometriosis.
Kondisi ini berkaitan dengan perubahan anatomi organ reproduksi dan peradangan kronis yang terjadi dalam jangka panjang.
“Endometriosis dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan kesuburan (infertilitas) akibat kelainan anatomi dan infeksi kronis yang menimbulkan kista cokelat serta pelekatan,” kata dr. Hardi Susanto, Sp.OG pada media briefing di Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Pelekatan yang terjadi pada ovarium atau saluran tuba dapat menghambat pertemuan antara sel telur dan sperma.
Akibatnya, peluang terjadinya kehamilan secara alami menjadi menurun.
Kondisi ini dapat terjadi baik pada penderita yang memiliki keluhan nyeri haid berat maupun pada wanita yang sebelumnya tidak merasakan gejala khas endometriosis.
Faktor risiko endometriosis antara lain menstruasi pertama di usia dini, siklus haid yang pendek, perdarahan haid berlebihan, menunda kehamilan, serta adanya kelainan pada organ reproduksi.
Faktor genetik keluarga juga diketahui berperan dalam meningkatkan risiko.
Dalam menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis menyeluruh, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti USG transvaginal, MRI, dan laparoskopi diagnostik bila dibutuhkan.
Pemeriksaan ini penting untuk menilai tingkat keparahan penyakit dan menentukan pilihan terapi.
Penanganan endometriosis terkait kesuburan dapat dilakukan melalui terapi medis jangka panjang dengan obat-obatan hormonal atau melalui tindakan bedah, seperti laparoskopi.
Pada kondisi tertentu, tindakan bedah bertujuan memperbaiki anatomi organ reproduksi untuk meningkatkan peluang kehamilan.
Karena endometriosis merupakan penyakit yang bergantung pada hormon estrogen dan baru mereda setelah menopause.
Kesadaran untuk melakukan deteksi dini menjadi langkah krusial, terutama bagi wanita yang merencanakan kehamilan.
(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)