TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Sarbagita Suwung akan resmi ditutup per 23 Desember 2025.
Kota Denpasar yang bergantung pada TPA Suwung dibuat kelimpungan dengan rencana penutupan TPA Suwung tersebut.
Apalagi hampir 70 persennya dari timbulan sampah di Denpasar masih dibuang ke TPA Suwung.
Untuk antisipasi penutupan TPA Suwung tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar menyewa sebanyak 60 truk.
Baca juga: Antisipasi Penutupan TPA Suwung Bali, Pemkot Denpasar Sewa 60 Truk
Truk ini nantinya akan digunakan untuk membuang sampah apabila ada tempat pembuangan lain yang memungkinkan.
“60 truk baru kami siapkan walaupun sewa apabila ada solusi buang di tempat lain,” kata Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara.
Apalagi jika melihat kenyataan jika setengah lebih sampah di Denpasar tak bisa tertangani.
Pasalnya, dengan pengolahan yang ada saat ini, baik TPS3R, TPST yang disulap menjadi pusat daur ulang (PDU) maupun teba modern dan bank sampah tak mampu mengatasi timbulan sampah harian.
Dalam sehari Denpasar menghasilkan rata-rata 1.050 ton. Selama ini, Denpasar hanya mengandalkan TPA Suwung untuk pembuangan sampah yang tak bisa diolah.
“Denpasar hanya memiliki TPA Suwung sebagai tempat pembuangan akhir, tidak ada lahan,” katanya.
Meski demikian, Pemkot Denpasar telah berupaya untuk melakukan pembelian lahan.
Di mana Pemkot menganggarkan Rp 150 miliar untuk membeli 3 hektare tanah di Pesanggaran.
Tanah tersebut rencananya akan digunakan untuk mengelola sampah.
“Itu komitmen kami, kami tidak mau bergantung dengan TPA Suwung,” paparnya.
Namun, oleh Danantara tidak diperbolehkan kerja sama dengan pihak lain.
Jika bekerja sama dengan pihak lain, maka subsidi listrik sebesar 20 sen per kWh tidak akan dikeluarkan.
“Sehingga pihak yang mau ajak kami kerja sama mundur. Tidak berani lagi karena dia mengharapkan mendapat subsidi listrik yang 20 sen per kWh-nya itu,” katanya.
Sehingga mau tak mau, pihaknya pun ikut dengan Danantara untuk penggarapan Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL).
Selain itu, Pemkot berupaya untuk menangani sampah. Satu di antaranya mengajak hotel untuk melakukan pengolahan sampah mandiri. Hal ini akan dilakukan bertahap, hingga nantinya hotel-hotel bisa melakukan pengolahan mandiri.
“Hotel kan memberikan kontribusi pembangunan di Denpasar. Kalau memutuskan tidak boleh kami tidak mau, nanti dibuang ke mana, kasihan juga. Caranya kami menghitung dulu seberapa persen dia buang sekarang,” kata Jaya Negara.
Pihaknya pun akan berdiskusi dengan pemilik hotel terkait hal ini.
Termasuk mengetahui anggaran dari hotel untuk bisa membeli mesin pengolah sampah.
“Kalau kita harapkan dia menyiapkan mesin, tapi kan untuk membeli mesinnya itu kapan, ya saat mesinnya ada baru kami tidak ambil sampahnya,” paparnya.
“Tapi kami akan berdiskusi betul dengan pihak hotel, apakah ada anggarannya membeli mesin, ke mana beli mesin, perlu dipikirkan betul,” imbuhnya.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan Denpasar hanya sanggup mengolah 500 ton sampah per hari.
Padahal, total timbulan sampah yang dihasilkan kota ini mencapai 1.050 ton setiap harinya.
“Dari peta mitigasi, maksimal kami baru bisa menyelesaikan 500 ton per hari. Sementara produksi sampah Denpasar 1.050 ton per hari. Ini yang harus segera kami pikirkan,” ujar Arya Wibawa.
Untuk mengatasi itu dalam waktu singkat, Pemkot Denpasar menempuh langkah mitigasi darurat berbasis sumber.
Hingga akhir tahun ini, pemerintah akan menyiapkan total 6.815 unit sarana pengolahan sampah ke desa dan kelurahan. Ini terdiri atas 3.220 unit teba modern, dan 3.595 unit tong komposter.
Selain itu, optimalisasi dilakukan pada 24 Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) dan pengaktifan kembali 338 bank sampah.
Namun, Arya Wibawa mengakui TPS3R menghadapi kendala klasik berupa overload, di mana kapasitas mesin rata-rata 5 ton sering kali kalah cepat dibandingkan volume sampah masuk yang bisa mencapai 10 ton.
Di sisi lain, tiga Pusat Daur Ulang (PDU) di Padangsambian Kaja, Kertalangu, dan Tahura kini diperkuat dengan 9 unit mesin berkapasitas total 30 ton per hari, ditambah dua mesin yang sedang dalam tahap perakitan.
Arya Wibawa, mengatakan Pemkot terus mempercepat kesiapan seluruh fasilitas pengolahan sampah, terutama menjelang penutupan TPA Suwung.
“Atas arahan Bapak Wali Kota, kami juga melakukan pemetaan lokasi untuk kemungkinan penambahan mesin. Di Tahura dan Kertalangu masih ada ruang untuk meningkatkan kapasitas,” ujarnya.
Di sisi lain Pemkot Denpasar mengubah TPST Kesiman Kertalangu Denpasar yang sempat mangkrak kini telah beroperasi kembali menjadi Pusat Daur Ulang (PDU).
Dalam tahap uji coba ini, PDU ini baru mengolah sebanyak 14 ton sampah per hari.
Sampah yang diolah berupa kayu, sampah organik dan plastik yang baru dicacah.
Dengan pengoperasian penuh PDU Kesiman Kertalangu dan Tahura, Pemkot berharap kemampuan penanganan sampah dapat terus ditingkatkan secara bertahap. (sup)
TPST Baru di Kuta Tak Bisa Maksimal
Masalah sampah di Kabupaten Badung sampai saat ini belum juga tuntas. Bahkan Pemkab Badung kini sudah membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Wilayah Tuban, Kecamatan Kuta.
Hanya saja semua itu dinilai belum bisa menyelesaikan masalah.
Pasalnya mesin inceniator yang didatangkan hanya bisa mengolah kurang lebih 40 ton sampah dalam sehari.
Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3 DLHK Badung, Anak Agung Dalem saat dikonfirmasi Selasa 16 Desember 2025 tidak menampik hal tersebut.
Pihaknya mengaku jika pada TPST yang dibangun terdapat empat mesin incenerator.
“Nanti akan ada empat mesin di sana (TPST Tuban) namun belum juga maksimal karena pengolahannya mungkin maksimal 40 ton dalam sehari,” ujarnya.
Diakui jika dibandingkan dengan jumlah sampah yang masih dibuang ke TPA Suwung semua itu tidak sebanding.
Pasalnya jumlah sampah yang dibuang ke TPA Suwung mencapai 250 ton dalam sehari.
“Jadi kami tetap memaksimalkan pengolahan sampah. Karena ada empat mesin di TPST, kan tidak maksimal juga dengan jumlah yang dihasilkan sangat banyak,” bebernya.
Sebelumnya Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa juga mengatakan jika dirinya saat ini menuntaskan proyek TPST di Tuban. Hal itu pun nantinya untuk menampung sampah di wilayah, Kuta, Tuban dan sekitarnya.
“Dengan pembangunan TPST ini, harapan kami bisa minimalisir sampah, mulai dari yang ada di Tuban, termasuk yang ada di Jimbaran,” jelasnya.
Pihaknya mengaku tidak bisa diam begitu saja. Pasalnya saat ini Badung baru memiliki satu TPST yakni di Mengwitani.
“Volume sampah yang ada kan banyak, tidak mungkin hanya diolah di Memgwitani saja. Bahkan kita juga akan maksimal TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) yang ada di Badung. Sehingga desa-desa bisa maksimal mengolah sampahnya,” kata dia. (gus)