TRIBUNTRENDS.COM - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia harus ditingkatkan hingga sekitar 6,7 persen agar mampu menyerap tenaga kerja secara optimal.
Penekanan ini terutama ditujukan bagi generasi muda yang setiap tahun memasuki usia produktif dan mulai membanjiri pasar kerja nasional.
Menurut Purbaya, pertumbuhan ekonomi yang saat ini berada di kisaran 5,4 persen dinilai belum memadai untuk menampung seluruh tambahan angkatan kerja baru.
Jika kondisi ini terus berlanjut, risiko tidak terserapnya lulusan baru dan pencari kerja muda akan semakin besar.
Baca juga: Tak Mau Dibandingkan dengan Resbob! Yudo Anak Purbaya Lawan Stigma Anak Pejabat Arogan: Aku Berbeda
Ancaman Pengangguran Usia Muda
Purbaya memaparkan bahwa setiap tahun Indonesia menghadapi gelombang masuk tenaga kerja baru yang sangat besar.
Tanpa pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, peluang kerja tidak akan mampu mengejar pertambahan tersebut.
“Kalau pertumbuhan 5,4 persen, masih banyak anak muda yang masuk usia kerja tapi belum terserap. Kalau 6,7 persen, mencari kerja jauh lebih gampang,” ujar Purbaya.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara KompasTV Bisnis Economic Outlook 2026 bertema “Nyalakan Mesin Pertumbuhan Baru” yang digelar di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Bukan Sekadar Angka Statistik
Lebih jauh, Purbaya menekankan bahwa dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi bukan semata-mata soal mengejar angka di atas kertas.
Menurutnya, pertumbuhan yang lebih tinggi memiliki keterkaitan langsung dengan ketersediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, serta kualitas kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Ia menilai bahwa ekonomi yang tumbuh lebih kuat akan membuka peluang kerja di berbagai sektor, sekaligus menjadi jawaban atas tingginya tingkat pengangguran usia muda yang belakangan menjadi perhatian publik.
Peran Kebijakan Fiskal Pemerintah
Untuk menjaga dan mendorong momentum pertumbuhan, Purbaya menyebut pemerintah tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis.
Salah satu instrumen utama yang akan dioptimalkan adalah kebijakan fiskal yang bersifat countercyclical.
Baca juga: Diskon dan Subsidi Nataru Bukan Pura-pura, Purbaya: Uangnya Sudah Dihitung, Masyarakat Akan Nikmati
Kebijakan ini dirancang untuk melawan siklus alami ekonomi, yakni dengan mengambil langkah berlawanan saat perekonomian mengalami perlambatan.
“Saat ekonomi melambat, pemerintah akan memberikan dorongan agar aktivitas ekonomi kembali bergerak,” jelasnya.
Melalui strategi tersebut, pemerintah berharap dapat menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mendorong aktivitas usaha agar terus berjalan.
Optimisme Menyongsong Bonus Demografi
Dengan berbagai kebijakan yang tengah disiapkan, Purbaya menyatakan optimisme bahwa Indonesia mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Pertumbuhan yang kuat diharapkan dapat memaksimalkan bonus demografi, sehingga tidak berubah menjadi beban pengangguran massal.
Ia menegaskan bahwa fokus utama pemerintah ke depan adalah mengaktifkan kembali potensi ekonomi yang selama ini belum bergerak optimal.
“Jadi yang saya targetkan adalah menghidupkan semula investasi ekonomi yang kemarin menganggur,” tandasnya.
Dengan langkah tersebut, pemerintah berharap generasi muda Indonesia tidak hanya mendapatkan pekerjaan, tetapi juga berperan aktif sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan.
***