TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA - Pemerintah Kabupaten Sumbawa menggelar Gerakan Penanaman Pohon Serentak bertajuk Sumbawa Hijau Lestari di kawasan Bendungan Beringin Sila, Kecamatan Utan, Rabu (17/12/2025).
Gerakan ini difokuskan pada upaya pemulihan hutan gundul dan lahan kritis yang dinilai berpotensi mengancam keberlanjutan sumber daya air dan lingkungan.
Kegiatan penanaman pohon serentak tersebut menyasar total 93 hektare lahan kritis yang tersebar di tiga lokasi di Kabupaten Sumbawa. Area di atas Bendungan Beringin Sila dipilih sebagai lokasi utama karena berfungsi strategis sebagai daerah tangkapan air (catchment area).
Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, mengatakan gerakan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memastikan keberlanjutan sumber daya alam bagi generasi mendatang.
“Ini adalah upaya nyata untuk memulihkan lahan-lahan kritis dan gundul, sekaligus membangun kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga lingkungan,” ujar Jarot.
Menurutnya, kondisi lahan gundul di sekitar bendungan perlu segera ditangani agar tidak berdampak pada fungsi utama bendungan.
“Kondisi lahan kritis ini kami nilai berpotensi mengancam keberlanjutan fungsi bendungan jika tidak segera ditangani,” katanya.
Di kawasan Bendungan Beringin Sila, Pemkab Sumbawa menanam sebanyak 5.000 bibit pohon yang terdiri dari jenis kemiri, mangga, dan asam. Jenis tanaman tersebut dipilih karena memiliki daya dukung ekologis yang kuat sekaligus nilai ekonomi yang dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Baca juga: Kemiri Jadi Solusi Rehabilitasi Lahan Kritis di NTB dan Sumber Ekonomi Baru
Bupati Jarot menyebut gerakan ini sebagai momentum penting bagi Kabupaten Sumbawa.
“Hari ini adalah hari bersejarah bagi kita semua. Kita menanam pohon di lahan-lahan kritis, gundul, dan tandus. Pohon-pohon yang kita tanam memiliki nilai ekonomis tinggi dan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” ujarnya.
Selain di Kecamatan Utan, penanaman pohon serentak juga dilaksanakan di Kecamatan Moyo Hilir. Lokasi pertama berada di kawasan Bara Batu atau eks Kampung Banjir dengan luas lahan sekitar 30 hektare. Di lokasi ini ditargetkan penanaman 12.000 bibit sengon sebagai bagian dari rehabilitasi lahan kritis.
Lokasi kedua berada di Arena Pacuan Kuda, Desa Moyo Hilir. Di area seluas sekitar 3 hektare, peserta menanam 500 bibit jambu kristal dan mangga.
“Sejumlah aparat serta masyarakat setempat berkolaborasi menyukseskan penanaman di dua lokasi itu,” kata Jarot.
Lebih lanjut, Bupati Sumbawa mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif menjaga hutan dan sumber mata air sebagai fondasi kehidupan.
“Mari kita hijaukan Sumbawa. Mari kita jaga hutan kita dan mata air kita. Kita bangun Sumbawa yang hijau lestari untuk anak cucu kita ke depan. Kita jadikan Sumbawa sebagai role model untuk pelestarian lingkungan untuk masyarakat kita dan untuk dunia,” ajaknya.
Jarot berharap Gerakan Sumbawa Hijau Lestari dapat memberikan dampak nyata terhadap pemulihan lingkungan, menjaga ketersediaan sumber air, serta mendorong pembangunan daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
“Saya mengajak seluruh masyarakat ikut dan bergabung dalam Safari Sumbawa Menanam ini. Bibit akan disediakan, bersama dan berkolaborasi dengan riang gembira menanam untuk investasi kehidupan masa depan. Sebab, bibit yang ditanam adalah untuk masyarakat juga, punya nilai ekonomi tinggi, dan dinikmati oleh para pemilik lahan,” ujarnya.
Berdasarkan data Pemkab Sumbawa, luas hutan sangat kritis di wilayah tersebut mencapai 51.434 hektare yang tersebar di 91 desa. Sementara itu, hutan berpotensi kritis tercatat seluas 131.000 hektare di 95 desa, serta kawasan nonhutan kritis sekitar 41.000 hektare.
Untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis tersebut diperlukan sekitar 51 juta pohon, sehingga kebutuhan bibit mencapai kurang lebih 54 juta bibit.
“Dari data itu lah kami mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama mulai menanam, menjaga, dan merawat hutan, lingkungan, serta sumber daya air Sumbawa,” pungkasnya.
(*)